Filioque: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: perubahan kosmetika !
OrophinBot (bicara | kontrib)
k clean up, using AWB
Baris 11:
Di lain pihak, meskipun Perjanjian Baru mengajarkan bahwa ada hubungan antara Sang Anak dan Roh Kudus, keilahian Sang Anak dan Roh Kudus tidak sepenuhnya jelas dari Kitab Suci semata. Banyak teolog secara historis tidak teryakinkan oleh naskah-naskah Kitab Suci, dan bersedia mengutip Kitan Suci untuk membela penyangkalannya akan Trinitas.
 
Gereja Ortodoks Timur berkeyakinan bahwa Roh Kudus keluar dari Sang Bapa dan diutus (pada hari [[Pentakosta]]) dari Sang Bapa melalui Sang Anak. Gereja Latin di Barat menyatakan bahwa Roh Kudus keluar baik dari Sang Bapa maupun Sang Putera (''filioque''). Gereja di Roma menggunakan rumusan yang asli sebagaimana rumusan Gereja Ortodoks sampai awal [[abad ke-11]].<ref> Barbero, Allesandro, 2004, ''Charlemagne: Father of a Continent''. Allan Cameron, trans. Berkeley, CA: University of California Press</ref>
 
== Kontroversi Filioque ==
Baris 83:
Klausa filioque menjadi bagian integral dari sebagian teologi Barat mengenai Trinitas karena ajaran-ajaran para [[Bapa Gereja]] Barat seperti St. [[Augustinus dari Hippo]], [[Anselmus dari Canterbury]] dan [[Thomas Aquinas]] berisi pernyataan-pernyataan bahwa Roh Kudus keluar dari Sang Bapa dan Sang Putera. Para Bapa Gereja Timur, seperti St. [[Yohanes dari Damaskus]] dan [[Gregorius Palamas]], melestarikan tradisi Kredo asli yang dikeluarkan di Konstantinopel pada tahun 381 dan oleh karena itu filioque terasa asing bagi teologi Gereja Timur. Para teolog di Timur seperti Patriark Photius berkeberatan atas ajaran yang diekspresikan filioque, karena bertentangan dengan doktrin yang berterima dan alkitabiah. Mereka berpendapat bahwa karena Roh Kudus keluar dari Sang Bapa dan Sang Putera maka terdapat dua sumber keilahian, padahal di dalam Allah Yang maha Esa itu hanya boleh terdapat satu sumber keilahian atau ketuhanan saja.
 
Para teolog Barat menjawab keberatan ini dengan mengatakan bahwa Roh Kudus keluar dari Sang Bapa dan Sang Putera "selayaknya dari satu sumber."<ref name="Aquinas">{{cite book |first=Thomas |last=Aquinas |title=Summa Theolologiae, Part I, 36.4}}</ref> Akan tetapi pihak Timur sekali lagi berkeberatan dengan alasan formulasi ini akan menggabungkan dan membaurkan pribadi Sang Bapa dan pribadi Sang Putera. Mereka juga berpendapat bahwa jika Sang Bapa dan Sang Putera sama-sama merupakan sumber keilahian dan hanya Roh Kudus yang tidak demikian, artinya status Roh Kudus menjadi relatif lebih rendah dari pada Sang Bapa dan Sang Putera. Meskipun demikian, guna membela tradisi Barat, Thomas Aquinas berpendapat bahwa Roh Kudus adalah baik Roh dari Sang Bapa maupun Roh dari Sang Putera, dan bahwa Sang Bapa dan Sang Putera sudah termasuk dalam eksistensi Roh Kudus, sehingga menjadikan klausa filioque sebagai suatu kebutuhan teologis.<ref>{{cite book |first=Thomas |last=Aquinas |title=Summa Theolologiae, Part I, 36.2}}</ref> Dia menemukan perbedaan pribadi mereka dalam hubungan oposisi mereka (Sang Bapa secara aktif menggenerasi Sang Putera dan menspirasi Roh Kudus, Sang Putera secara pasif digenerasi dari Sang Bapa dan secara aktif menspirasi Roh Kudus, Roh Kudus secara pasif dispirasi dari Sang Bapa dan dari Sang Putera sehingga dengan demikian menghubungkan ketiga pribadi tersebut dalam hubungan oposisi, yang membedakan mereka satu sama lain) dan dia menemukan kesetaraan-penuh mereka dalam hakikat ilahiah mereka yang sama.<ref>{{cite book |first=Thomas |last=Aquinas |title=Summa Theolologiae, Part I, 36.2}}</ref> Karena Aquinas memandang kuasa untuk men-''spirasi'' (atau menghembuskan) Roh Kudus sebagai sesuatu yang berasal dari hakikat ilahi maka ia menganggap bahwa kemampuan itu tentunya dimiliki bersama oleh Sang Bapa dan sang Putera.<ref>{{cite book |first=Thomas |lastname="Aquinas |title=Summa Theolologiae, Part I, 36.4}}<"/ref>
 
Meskipun demikian, para teolog Timur berpendapat bahwa jika esensi ilahi itu sendiri merupakan sumber keilahian di dalam Allah, maka akan timbul masalah baru: orang akan beranggapan bahwa Roh Kudus keluar dari diriNya sendiri, karena Roh Kudus tentunya tidaklah terpisah dari esensi ilahi tersebut. Namun para teolog skolastik Barat seperti Anselmus dari Canterbury dalam karyanya ''Monologion,'' menggunakan Kitab Suci dan akal budi untuk menanggapi pokok bahasan tersebut serta menunjukkan bahwa memang terdapat suatu urutan prosesi dalam Keallahan yang mengatur prosesi Roh Kudus dari diriNya sendiri.
 
Sekalipun ada argumen-argumen para Bapa Barat tersebut, klausa filioque dan teologi yang terkait dengannya di Barat, tetaplah tidak dapat diterima di Gereja Timur. Hal ini terjadi karena para teolog utama Gereja Timur memahami perbedaan-perbedaan antar pribadi Trinitas itu sedemikian rupa sehingga mengharuskan prosesi Roh Kudus itu hanya dari Sang Bapa semata. Yohanes dari Damaskus, dalam karyanya ''Eksposisi yang Tepat dari Iman Ortodoks'' berpendapat bahwa perbedaan antara Sang Putera dan Roh Kudus terdapat dalam kekhasan cara mereka berasal-usul dari Sang Bapa, yang merupakan satu-satunya penyebab yang tak berasal-usul bagi kedua Pribadi Ilahi lainnya. Dia menerangkan bahwa Sang Putera secara unik "lahir" dari Sang Bapa sedangkan Roh Kudus itu "keluar" dari Sang Bapa, serta bahwa perbedaan antara kedua cara berasal-usul tersebut tidak dapat difahami oleh manusia<ref name="Damascus">{{cite book |first=John of|last=Damascus|title=An Exact Exposition of the Orthodox Faith, Chapter XIII, (p.9 in Nicene and Post-Nicene Fathers, vol. 9, edited by Philip Schaff)}}</ref>.
 
=== Mendamaikan tradisi Timur dan tradisi Barat ===
Para teolog Barat seperti Anselmus dari Canterbury dan Thomas Aquinas mengkritik pihak Timur karena tidak cukup menjelaskan hubungan dan urutan kekal antara Sang Putera dan Roh Kudus. Aquinas berpendapat bahwa jika benar bahwa Roh Kudus itu secara kekal "keluar dari" Sang Putera maka sampai tingkat tertentu Roh Kudus itu mesti pula secara kekal "berasal dari" Sang Putera, sebagainya yang dinyatakan oleh klausa filioque<ref>{{cite book |first=Thomas |last=Aquinas |title=Summa Theolologiae, Part I, 27 and 36.2 Answer paragraph 4}}</ref>. Akan tetapi hubungan antara Sang Putera dan Roh Kudus dijelaskan oleh para Bapa Timur dengan cara yang tidak perlu melibatkan filioque. Yohanes dari Damaskus menyatakan bahwa digenerasinya Sang Putera dan diprosesinya Roh Kudus itu terjadi bersamaan, dan bahwa Roh Kudus secara kekal keluar dari Sang Bapa dan hinggap pada Sang Putera.<ref>{{cite book |first=John of|lastname="Damascus|title=An Exact Exposition of the Orthodox Faith, Chapter XIII, (p.9 in Nicene and Post-Nicene Fathers, vol. 9, edited by Philip Schaff)}}<"/ref>. Teolog modern dari Gereja Ortodoks Timur, [[Dumitru Stăniloae]] melihat adanya sebuah jawaban yang lebih lengkap mengenai hubungan antara Sang Putera dan Roh Kudus ini dalam teologi dari Gregorius Palamas, karena dia mendapati dalam teologi Palamas terdapat gagasan bahwa Roh Kudus keluar dari Sang Bapa dan hinggap pada Sang Putera lalu kembali dari Sang Putera dalam wujud kasihnya akan Sang Bapa.<ref>{{cite book |first=Dumitru|last=Staniloe|title=Theology and The Church (p. 29 in Saint Vladimir's Seminary Press edition Translated by Robert Barringer)}}</ref>.
 
== Posisi saat ini ==
Baris 147:
 
* "Filioque", '''Oxford Dictionary of the Christian Church'''. Oxford, 1997, halaman 611.
* David Bradshaw. '''Aristotle East and West: Metaphysics and the Division of Christendom'''. Cambridge: Cambridge University Press, 2004, halaman 214–220214-220.
* John St. H. Gibaut, "The ''Cursus Honorum'' and the Western Case Against Photius", '''Logos''' 37 (1996), 35–7335-73.
* Elizabeth Teresa Groppe. '''Yves Congar's Theology of the Holy Spirit'''. New York: Oxford University Press, 2004. Khususnya lihat halaman 75–7975-79, untuk rangkuman dari karya tulis Congar mengenai ''filioque''. Congar secara luas dianggap sebagai eklesiolog Katolik Romawi terpenting dari abad ke-20. Dia turut berperan dalam penyusunan beberapa dokumen Vatikan II. Yang terpenting dari semuanya, dia merupakan tokoh penting dalam asosiasi pneumatologi dan eklesiologi di Barat, suatu hal yang baru.
* Richard Haugh. '''Photius and the Carolingians: The Trinitarian Controversy'''. Belmont, MA: Nordland Publishing Company, 1975.
* Joseph Jungmann, S.J. '''Pastoral Liturgy'''. London: Challoner, 1962. Lihat "Christ our God", halaman 38–4838-48.
* James Likoudis. '''Ending the Byzantine Greek Schism'''. New Rochelle, New York: 1992. An apologetic response to polemical attacks. Buku ini cukup bermanfaat karena inklusinya atas naskah-naskah dan dokumen-dokumen penting; khususnya lihat ungkapan-ungkapan dan karya-karya tulis Tomas Aquinas, O.P., Demetrios Kydones, Nikos A. Nissiotis, dan Alexis Stawrowsky. Pilihan bibliografinya sangat bagus. Penulis memperlihatkan bahwa permasalahan ''filioque'' hanya difahami sebagai bagian dari permasalahan mengenai primasi kepausan dan tidak dapat dibahas lepas dari eklesiologi.
* Bruce D. Marshall, "''''Ex Occidente Lux?'''' Aquinas and Eastern Orthodox Theology", '''Modern Theology''' 20:1 (January, 2004), 23–5023-50. Mengemukakan kembali pandangan-pandangan Aquinas, teristimewa mengenai pengilahian dan rahmat, serta pandangan-pandangan para kritikus Ortodoksnya. Penulis berpendapat bahwa Aquinas mungkin memiliki perspektif yang lebih akurat dibanding para kritikusnya, mengenai permasalahan-permasalahan sistematis dari teologi yang berpautan dengan persoalan ''filioque''.
* John Meyendorff. '''Byzantine Theology'''. New York: Fordham University Press, 1979, halaman 91-94.
* Aristeides Papadakis. '''Crisis in Byzantium: The Filioque Controversy in the Patriarchate of Gregory II of Cyprus (1283–12891283-1289)'''. New York: Fordham University Press, 1983.
* Aristeides Papadakis. '''The Christian East and the Rise of the Papacy'''. Crestwood, NY: St. Vladimir's Seminary Press, 1994, halaman 232-238 dan 379-408.
* Duncan Reid. '''Energies of the Spirit: Trinitarian Models in Eastern Orthodox and Western Theology'''. Atlanta, Georgia: Scholars Press, 1997.
* A. Edward Siecienski. '''The Use of Maximus the Confessor's Writing on the Filioque at the Council of Ferrara-Florence (1438–14391438-1439)'''. Ann Arbor, Michigan: UMI Dissertation Services, 2005.
* Malon H. Smith, III. '''And Taking Bread: Cerularius and the Azyme Controversy of 1054'''. Paris: Beauschesne, 1978. Karya tulis ini masih bermanfaat guna memahami keterasingan budaya dan teologi timur dan Barat menjelang pergantian milenium. Kini terbukti bahwa masing-masing pihak tidak memahami pihak lainnya; baik para antagonis Yunani maupun Latin menganggap praktek mereka normatif dan otentik.
* Timothy [Kallistos] Ware. '''The Orthodox Church'''. New edition. London: Penguin, 1993, halaman 52–6152-61.
* Timothy [Kallistos] Ware. '''The Orthodox Way'''. Revised edition. Crestwood, New York: 1995, halaman 89–10489-104.
* [World Council of Churches] /Conseil Oecuménique des Eglises. '''La théologie du Saint-Esprit dans le dialogue œcuménique''' Dokumen # 103 [Iman dan Peraturan]/Foi et Constitution. Paris: Centurion, 1981.