Gapura Bajang Ratu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
perbaikan kecil
Baris 4:
 
== Penamaan ==
Nama "Bajang Ratu" dalam[[ bahasa Jawa]] berarti "[[raja]] / [[bangsawan]]) yang [[kecil]], [[kerdil]], atau [[cacat]]". Dari arti nama tersebut, gapura ini dikaitkan penduduk setempat dengan Raja Jayanegara (raja kedua Majapahit) dan tulisan dalam [[serat]] [[Pararaton]], danditambah cerita rakyat[[legenda]] setempatmasyarakat. Disebutkan, bahwa ketika dinobatkan menjadi raja, [[usia]] Jayanegara masih sangat muda ("[[bujang]]" / "''bajang''") sehingga diduga gapura ini kemudian diberi sebutan "Ratu Bajang / Bajang Ratu". Di(berarti situ"Raja jugaCilik"). disebutkanJika bahwa ketika meninggal, Jayanegaraberdasarkan di[[dharmalegenda]]kan disetempat, [[Kepompongan]]dipercaya sertabahwa dikukuhkanketika kecil Raja Jayanegara terjatuh di [[Antawulan]]gapura ([[Trowulan]]).ini Penyebutandan Bajangmengakibatkan Ratucacat munculpada pertamatubuhnya, kalisehingga dalamdiberi ''[[Oundheitkundignama Verslag]]''"Bajang Ratu" (OV"Raja Cacat") tahun [[1915]].
 
Sejarawan mengkaitkan gapura ini dengan [[Çrenggapura]] (Çri Ranggapura) atau [[Kapopongan]] di Antawulan (Trowulan), sebuah tempat suci yang disebutkan dalam kakawin [[Negarakretagama]] sebagai ''pedharmaan'' (tempat suci). Di situ disebutkan bahwa setelah meninggal pada tahun 1250 Saka (sekitar [[1328]] {{Masehi}}), tempat tersebut dipersembahkan untuk [[arwah]] Jayanegara yang wafat. Jayanegara di[[dharma]]kan di Kapopongan serta dikukuhkan di [[Antawulan]] ([[Trowulan]]). Penyebutan Bajang Ratu muncul pertama kali dalam ''[[Oundheitkundig Verslag]]'' (OV) tahun [[1915]].
 
 
== Struktur bangunan ==
Menurut buku [[Drs]] I.G. Bagus L Arnawa, dilihat dari bentuknya gapura atau candi ini merupakan bangunan pintu gerbang tipe "''[[paduraksa]]''" (gapura beratap). Secara fisik keseluruhan candi ini terbuat dari [[batu bata merah]], kecuali lantai tangga serta ambang pintu bawah dan atas yang dibuat dari batu [[andesit]]. Berdiri di ketinggian 41,49 m dpl, dengan orientasi mengarah timur laut-tenggara. Denah candi berbetuk segiempat, berukuran ± 11,5 ([[panjang]]) x 10,5 [[meter]] ([[lebar]]), [[tinggi]] 16,5 meter, lorong pintu masuk lebar ± 1,4 meter. <ref name="arnawa">I.G. Bagus Arnawa. 1998. "Mengenal Peninggalan Majapahit di Daerah Trowulan". Penerbit Koperasi Pegawai Republik Indonesia Purbakala Trowulan.</ref> <!-- /ataukah "Arwana"? -->
 
Secara [[vertikal]] bangunan ini mempunyai 3 bagian: '''[[kaki]]''', '''[[tubuh]]''', dan '''[[atap]]'''. Mempunyai semacam sayap dan pagar tembok di kedua sisi. Kaki gapura sepanjang 2,48 meter. Struktur kaki tersebut terdiri dari bingkai bawah, badan kaki dan bingkai atas. Bingkai-bingkai ini hanya terdiri dari susunan sejumlah pelipit rata dan berbingkai bentuk genta. Pada sudut-sudut kaki terdapat hiasan sederhana, kecuali pada sudut kiri depan dihias relief menggambarkan cerita "''[[Kidung Sri Tanjung|Sri Tanjung]]''". Di bagian tubuh diatas ambang pintu ada relief hiasan "''[[kala]]''" dengan relief hiasan sulur suluran, dan bagian atapnya terdapat relief hiasan rumit, berupa [[kepala]] "''kala''" diapit [[singa]], relief [[matahari]], [[naga]] berkaki, [[kepala]] [[garuda]], dan relief bermata satu atau ''[[monocle cyclops]]''. Fungsi relief tersebut dalam kepercayaan budaya Majapahit adalah sebagai pelindung dan penolak mara bahaya. Pada sayap kanan ada relief cerita ''[[Ramayana]]'' dan pahatan binatang bertelinga panjang. <ref name="arnawa"/>
 
== Lokasi ==
Lokasi Candi Bajang Ratu berletak relatif jauh (2 [[km]]) dari dari pusat [[kanal]] [[perairan Majapahit]] di sebelah [[timur]], saat ini berada di [[Dusun Kraton]], [[Temon, Trowulan, Mojokerto|Desa Temon]], berjarak cukup dekat (0,7 km) dekat daridengan [[Candi Tikus]]. Alasan pemilihan lokasi ini oleh [[arsitek]] kerajaan Majapahit, mungkin untuk memperoleh ketenangan dan kedekatan dengan alam namun masih terkontrol, yakni dengan bukti adanya kanal melintang di sebelah depan candi berjarak kurang lebih 200 meter yang langsung menuju bagian tengah sistem kanal Majapahit, menunjukkan hubungan erat dengan daerah pusat kota Majapahit.
 
Untuk mencapai lokasi Gapura Bajang Ratu, pengunjung harus mengendara sejauh 200 meter dari jalan raya [[Mojokerto]] - [[Jombang]], kemudian sampai di perempatan [[Dukuh Ngliguk]], berbelok ke arak timur sejauh 3 km, di Dukuh Kraton, Desa Temon, [[Kecamatan]] Trowulan, [[Kabupaten]] Mojokerto. Di sekitar lokasi Gapura Bajang Ratu di Trowulan (bekas ibukota kerajaan Majapahit) tersimpan banyak peninggalan bersejarah lainnya dari zaman keeemasan saat kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan yang disegani di muka bumi.