Parasurama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
M. Adiputra (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 11:
| Alias = Bregupati; Rama Bhargawa
}}
'''Parasurama''' ([[SansekertaSanskerta]]: परशुरामभार्गव ; ''Parashurama Bhargava'') atau yang di [[Indonesia]] kadang disebut '''Ramaparasu''', adalah nama seorang tokoh [[ChiranjiwinCiranjiwin]] dalam ajaran [[agama Hindu]]. Secara [[harfiah]], nama ''Parashurama'' bermakna "Rama yang bersenjata kapak". Nama lainnya adalah ''Bhargawa'' yang bermakna "keturunan Maharesi Bhrigu[[Bregu]]". Ia sendiri dikenal sebagai [[awatara]] [[Wisnu]] yang keenam dan hidup pada zaman [[Treta YugaTretayuga]]. Pada zaman ini banyak kaum [[kesatria]] yang berperang satu sama lain sehingga menyebabkan kekacauan di dunia. Maka, Wisnu sebagai [[dewa]] pemelihara alam semesta [[awatara|lahir]] ke dunia sebagai seorang [[brahmana]] berwujud angker, yaitu '''Rama putra Jamadagni''', untuk menumpas para kesatria tersebut.
 
== Kisah masa muda ==
Parasurama merupakan putra bungsu [[Jamadagni]], seorang [[resi]] keturunan Bhrigu[[Bregu]]. Itulah sebabnya ia pun terkenal dengan julukan ''Bhargawa''. Sewaktu lahir Jamadagni memberi nama putranya itu ''Rama''. Setelah dewasa, Rama pun terkenal dengan julukan Parasurama karena selalu membawa kapak sebagai senjatanya. Selain itu, Parasurama juga memiliki senjata lain berupa busur panah yang besar luar biasa.
 
Sewaktu muda Parasuama pernah membunuh ibunya sendiri, yang bernama Renuka. Hal itu disebabkan karena kesalahan Renuka dalam melayani kebutuhan Jamadagni sehingga menyebabkan suaminya itu marah. Jamadagni kemudian memerintahkan putra-putranya supaya membunuh ibu mereka tersebut. Ia menjanjikan akan mengabulkan apa pun permintaan mereka. Meskipun demikian, sebagai seorang anak, putra-putra Jamadagni, kecuali Parasurama, tidak ada yang bersedia melakukannya. Jamadagni semakin marah dan mengutuk mereka menjadi batu.
Baris 32:
Meskipun jumlah kesatria yang mati dibunuh Parasurama tidak terhitung banyaknya, namun tetap saja masih ada yang tersisa hidup. Antara lain dari Wangsa Surya yang berkuasa di [[Kerajaan Kosala|Kerajaan Ayodhya]]. Salah seorang keturunan wangsa tersebut adalah [[Sri Rama]] putra [[Dasarata]]. Pada suatu hari ia berhasil memenangkan sayembara di [[Kerajaan Mithila]] untuk memperebutkan [[Sita]] putri negeri tersebut. Sayembara yang digelar ialah yaitu membentangkan busur pusaka pemberian [[Siwa]]. Dari sekian banyak pelamar hanya Sri Rama yang mampu mengangkat, bahkan mematahkan busur tersebut.
 
Suara gemuruh akibat patahnya busur Siwa sampai terdengar oleh Parasurama di pertapaannya. Ia pun mendatangi istana Mithila untuk menantang Sri Rama yang dianggapnya telah berbuat lancang. Sri Rama dengan lembut hati berhasil meredakan kemarahan Parasurama yang kemudian kembali pulang ke pertapaannya. Ini merupakan peristiwa bertemunya sesama [[awatara]] [[Wisnu]], karena saat itu Wisnu telah [[awatara|menjelma kembali]] sebagai Sri Rama sedangkan Parasurama sendiri masih hidup. Peran Parasurama sebagai awatara Wisnu saat itu telah berakhir namun sebagai seorang [[ChiranjiwinCiranjiwin]], ia hidup abadi.
 
Pada zaman [[Dwapara YugaDwaparayuga]] Wisnu terlahir kembali sebagai [[Sri Kresna]] putra [[Basudewa]]. Pada zaman tersebut Parasurama menjadi guru sepupu Sri Kresna yang bernama [[Karna]] yang menyamar sebagai anak seorang [[brahmana]]. Setelah mengajarkan berbagai ilmu kesaktian, barulah Parasurama mengetahui kalau Karna berasal dari kaum kesatria. Ia pun mengutuk Karna akan lupa terhadap semua ilmu kesaktian yang pernah dipelajarinya pada saat pertempuran terakhirnya. Kutukan tersebut menjadi kenyataan ketika Karna berhadapan dengan adiknya sendiri, yang bernama [[Arjuna]], dalam [[perang di Kurukshetra]].
 
Parasurama diyakini masih hidup pada zaman sekarang. Konon saat ini ia sedang bertapa mengasingkan diri di puncak gunung, atau di dalam hutan belantara.
Baris 40:
== Versi Pewayangan ==
[[Berkas:Ramaparasu.JPG|thumb|200px|right|Parasurama dalam bentuk [[wayang kulit]] digambarkan bertubuh tinggi besar dan berkulit hitam legam.]]
Parasurama juga ditampilkan sebagai tokoh dalam [[wayang|pewayangan]]. Antara lain di [[Jawa]] ia lebih terkenal dengan sebutan '''Ramabargawa'''. Selain itu ia juga sering dipanggil Jamadagni, sama dengan [[Jamadagni|nama ayahnya]].
 
Ciri khas pewayangan Jawa adalah jalinan silsilah yang saling berkaitan satu sama lain. Kisah-kisah tentang Ramabargawa yang bersumber dari naskah ''Serat Arjunasasrabahu'' antara lain menyebut tokoh ini sebagai keturunan [[Batara Surya]]. Ayahnya bernama [[Jamadagni]] merupakan sepupu dari Kartawirya raja [[Kerajaan Hehaya|Kerajaan Mahespati]]. Adapun Kartawirya adalah ayah dari [[Arjuna Sasrabahu]] alias [[Kartawirya Arjuna]]. Selain itu, Jamadagni juga memiliki sepupu jauh bernama [[Resi Gotama]], ayah dari [[Subali]] dan [[Sugriwa]].
 
Dalam pewayangan dikisahkan Ramabargawa menghukum mati ibunya sendiri, yaitu [[Renuka]], atas perintah ayahnya. Penyebabnya ialah karena Renuka telah berselingkuh dengan Citrarata raja Kerajaan Martikawata. Peristiwa tersebut menyebabkan kemarahan dan rasa benci luar biasa Ramabargawa terhadap kaum kesatria.
 
Setelah menumpas kaum kesatria, Ramabargawa merasa jenuh dan memutuskan untuk meninggalkan dunia. Atas petunjuk dewata, ia akan mencapai [[surga]] apabila mati di tangan [[awatara|titisan]] [[Wisnu]]. Adapun Ramabargwa versi Jawa bukan titisan Wisnu. Sebaliknya, Wisnu dikisahkan menitis kepada Arjuna Sasrabahu yang menurut versi asli adalah musuh Ramabargawa.
Baris 50:
Akhirnya, Ramabargawa berhasil menemui Arjuna Sasrabahu. Namun saat itu Arjuna Sasrabahu telah kehilangan semangat hidup setelah kematian sepupunya, yaitu [[Sumantri]], dan istrinya, yaitu Citrawati, akibat ulah [[Rahwana]] raja [[Kerajaan Alengka]] yang pernah dikalahkannya. Dalam pertarungan tersebut, justru Ramabargawa yang berhasil menewaskan Arjuna Sasrabahu.
 
Ramabargawa kecewa dan menuduh dewata telah berbohong kepadanya. [[Batara Narada]] selaku utusan [[kahyangan]] menjelaskan bahwa Wisnu telah meninggalkan Arjuna Sasrabahu untuk terlahir kembali sebagai [[Sri Rama]] putra [[Dasarata]]. Ramabargawa diminta bersabar untuk menunggu Rama dewasa. Beberapa tahun kemudian, Ramabargawa berhasil menemukan Rama yang sedang dalam perjalanan pulang setelah memenangkan [[sayembara]] [[Sita|Sinta]]. Ia pun menantang Rama bertarung. Dalam perang tanding tersebut, Ramabargawa akhirnya gugur dan naik ke kahyangan menjadi dewa, bergelar Batara Ramaparasu.
 
Pada zaman berikutnya, Ramaparasu bertemu [[awatara]] [[Wisnu]] lainnya, yaitu [[Sri Kresna]] ketika dalam perjalanan sebagai duta perdamaian utusan para [[Pandawa]] menuju [[Kerajaan Hastina]]. Saat itu Ramaparasu bersama Batara Narada, Batara Kanwa, dan Batara Janaka menghadang kereta Kresna untuk ikut serta menuju Hastina sebagai saksi perundingan Kresna dengan pihak [[Korawa]]. Kisah ini terdapat dalam naskah ''[[Kakawin Bharatayuddha]]'' dari zaman [[Kerajaan Kadiri]].
Beberapa tahun kemudian, Ramabargawa berhasil menemukan Sri Rama yang sedang dalam perjalanan pulang setelah memenangkan [[sayembara]] [[Sita|Sinta]]. Ia pun menantang Rama bertarung. Dalam perang tanding tersebut, Ramabargawa akhirnya gugur dan naik ke kahyangan menjadi dewa, bergelar Batara Ramaparasu.
 
Pada zaman berikutnya, Ramaparasu bertemu [[awatara]] [[Wisnu]] lainnya, yaitu [[Sri Kresna]] ketika dalam perjalanan sebagai duta perdamaian utusan para [[Pandawa]] menuju [[Kerajaan Hastina]]. Saat itu Ramaparasu bersama Batara Narada, Batara Kanwa, dan Batara Janaka menghadang kereta Kresna untuk ikut serta menuju Hastina sebagai saksi perundingan Kresna dengan pihak [[Korawa]]. Kisah ini terdapat dalam naskah ''[[Kakawin Bharatayuddha]]'' dari zaman [[Kerajaan Kadiri]].
 
== Lihat pula ==