Parasurama: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib) |
M. Adiputra (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 11:
| Alias = Bregupati; Rama Bhargawa
}}
'''Parasurama''' ([[
== Kisah masa muda ==
Parasurama merupakan putra bungsu [[Jamadagni]], seorang [[resi]] keturunan
Sewaktu muda Parasuama pernah membunuh ibunya sendiri, yang bernama Renuka. Hal itu disebabkan karena kesalahan Renuka dalam melayani kebutuhan Jamadagni sehingga menyebabkan suaminya itu marah. Jamadagni kemudian memerintahkan putra-putranya supaya membunuh ibu mereka tersebut. Ia menjanjikan akan mengabulkan apa pun permintaan mereka. Meskipun demikian, sebagai seorang anak, putra-putra Jamadagni, kecuali Parasurama, tidak ada yang bersedia melakukannya. Jamadagni semakin marah dan mengutuk mereka menjadi batu.
Baris 32:
Meskipun jumlah kesatria yang mati dibunuh Parasurama tidak terhitung banyaknya, namun tetap saja masih ada yang tersisa hidup. Antara lain dari Wangsa Surya yang berkuasa di [[Kerajaan Kosala|Kerajaan Ayodhya]]. Salah seorang keturunan wangsa tersebut adalah [[Sri Rama]] putra [[Dasarata]]. Pada suatu hari ia berhasil memenangkan sayembara di [[Kerajaan Mithila]] untuk memperebutkan [[Sita]] putri negeri tersebut. Sayembara yang digelar ialah yaitu membentangkan busur pusaka pemberian [[Siwa]]. Dari sekian banyak pelamar hanya Sri Rama yang mampu mengangkat, bahkan mematahkan busur tersebut.
Suara gemuruh akibat patahnya busur Siwa sampai terdengar oleh Parasurama di pertapaannya. Ia pun mendatangi istana Mithila untuk menantang
Pada zaman [[
Parasurama diyakini masih hidup pada zaman sekarang. Konon saat ini ia sedang bertapa mengasingkan diri di puncak gunung, atau di dalam hutan belantara.
Baris 40:
== Versi Pewayangan ==
[[Berkas:Ramaparasu.JPG|thumb|200px|right|Parasurama dalam bentuk [[wayang kulit]] digambarkan bertubuh tinggi besar dan berkulit hitam legam.]]
Parasurama juga ditampilkan sebagai tokoh dalam [[wayang|pewayangan]]. Antara lain di [[Jawa]] ia lebih terkenal dengan sebutan '''Ramabargawa'''. Selain itu ia juga sering dipanggil Jamadagni, sama dengan [[Jamadagni|nama ayahnya]].
Ciri khas pewayangan Jawa adalah jalinan silsilah yang saling berkaitan satu sama lain. Kisah-kisah tentang Ramabargawa yang bersumber dari naskah ''Serat Arjunasasrabahu'' antara lain menyebut tokoh ini sebagai keturunan [[Batara Surya]]. Ayahnya bernama [[Jamadagni]] merupakan sepupu dari Kartawirya raja [[Kerajaan Hehaya|Kerajaan Mahespati]]. Adapun Kartawirya adalah ayah dari [[Arjuna Sasrabahu]] alias [[Kartawirya Arjuna]]. Selain itu, Jamadagni juga memiliki sepupu jauh bernama [[Resi Gotama]], ayah dari [[Subali]] dan [[Sugriwa]].
Dalam pewayangan dikisahkan Ramabargawa menghukum mati ibunya sendiri, yaitu [[Renuka]], atas perintah ayahnya. Penyebabnya ialah karena Renuka telah berselingkuh dengan Citrarata raja Kerajaan Martikawata. Peristiwa tersebut menyebabkan kemarahan dan rasa benci luar biasa Ramabargawa terhadap kaum kesatria.
Setelah menumpas kaum kesatria, Ramabargawa merasa jenuh dan memutuskan untuk meninggalkan dunia. Atas petunjuk dewata, ia akan mencapai [[surga]] apabila mati di tangan [[awatara|titisan]] [[Wisnu]]. Adapun Ramabargwa versi Jawa bukan titisan Wisnu. Sebaliknya, Wisnu dikisahkan menitis kepada Arjuna Sasrabahu yang menurut versi asli adalah musuh Ramabargawa.
Baris 50:
Akhirnya, Ramabargawa berhasil menemui Arjuna Sasrabahu. Namun saat itu Arjuna Sasrabahu telah kehilangan semangat hidup setelah kematian sepupunya, yaitu [[Sumantri]], dan istrinya, yaitu Citrawati, akibat ulah [[Rahwana]] raja [[Kerajaan Alengka]] yang pernah dikalahkannya. Dalam pertarungan tersebut, justru Ramabargawa yang berhasil menewaskan Arjuna Sasrabahu.
Ramabargawa kecewa dan menuduh dewata telah berbohong kepadanya. [[Batara Narada]] selaku utusan [[kahyangan]] menjelaskan bahwa Wisnu telah meninggalkan Arjuna Sasrabahu untuk terlahir kembali sebagai [[
Pada zaman berikutnya, Ramaparasu bertemu [[awatara]] [[Wisnu]] lainnya, yaitu [[
▲Pada zaman berikutnya, Ramaparasu bertemu [[awatara]] [[Wisnu]] lainnya, yaitu [[Sri Kresna]] ketika dalam perjalanan sebagai duta perdamaian utusan para [[Pandawa]] menuju [[Kerajaan Hastina]]. Saat itu Ramaparasu bersama Batara Narada, Batara Kanwa, dan Batara Janaka menghadang kereta Kresna untuk ikut serta menuju Hastina sebagai saksi perundingan Kresna dengan pihak [[Korawa]]. Kisah ini terdapat dalam naskah ''[[Kakawin Bharatayuddha]]'' dari zaman [[Kerajaan Kadiri]].
== Lihat pula ==
|