Perang Barito: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 23:
Pada 22 Februari 1860, kembali kapal perang Celebes dan Monterado dikirim menyerang benteng Leogong. Benteng ini dikepung dengan dua buah kapal perang di hulu dan disebelah hilir serta 200 serdadu didaratkan. Pertempuran sengit pun terjadi sepanjang sungai Barito. Menyadari terhadap pengepungan ini Pangeran Antasari dan Tumenggung Surapati melakukan siasat mundur untuk menghindarkan banyaknya jatuh korban. Perang ini berakhir tanpa hasil yang memuaskan bagi Belanda. Untuk mengantisipasi kapal-kapal perang Belanda, Tumenggung Surapati dan Pangeran Antasari mengerahkan beratus-ratus perahu dengan sebuah perahu komando yang besar. Pada perahu besar ini dipancangkan bendera kuning. Armada perahu ini disertai pula dengan beberapa buah lanting kotta-mara (katamaran) semacam panser terapung. Bentuk kotta-mara ini sangat unik karena dibuat dari susunan bambu yang membentuk sebuah benteng terapung. Kotta-mara dilengkapi dengan beberapa pucuk meriam dan lila. Selain kapal perang “Onrust” yang berhasil ditenggelamkan pada [[26 Desember]] [[1859]], sebelumnya yaitu pada bulan [[Juli]] [[1859]] juga ditenggelamkan kapal perang Cipanas dalam pertempuran di sepanjang Barito di sekitar pulau Kanamit.
 
== bantuan Suku Dayak terhadap Perang banjar ==
== Perlawanan Dayak oleh Sutaono, Temanggung Nikodemus JayaNegara ==
Perang Banjar yang terjadi di barito, Memberikan posisi penting terhadap keperpihakan Dayak. Sutaono yang berasal dari desa tewang (tamiang layang) seorang kepala suku dayak maanyan dan temanggung nikodemus jaya negara seorang kepala suku dayak ngaju.
[[Kategori:Dayak]]