Bligo, Ngluwar, Magelang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 31:
Dusun Curah Lor salah satu dusun di Desa Bligo dengan batas sebelah selatan : dusun Curah Kidul, sebelah utara : Dusun Cabeyan, sebelah barat : dusun Kolodanan, sebelah timur : dusun Bakalan Lor. Kepala Dusun : Bapak Moh. Solechan. Penduduk rata-rata bekerja sebagai petani. Jalan masuk menuju dusun Curah Lor bisa melalui dusun Cabeyan yaitu Masjid At-Taqwa ke barat sekitar 200 m lalu belok kiri. Atau melalui Pertigaan pohon beringin ke barat 200m lalu belok kanan (tetapi belum di aspal (mohon bantuan aspal untuk pihak2 yang terkait)
Dusun Curah Kidul adalah salah satu pedukuhan dari Desa Bligo, yang dipimpin oleh seorang kepala Dukuh yang bernama Bapak Sapari, yang berlokasi dibatasi oleh sebelah utara padukuhan Curah Lor, sebelah selatan dukuh macanan, sebelah barat dibatasi oleh selokan Mataram dan sebelah timur jalan kabupaten menuju Ibukota Kecamatan dan Ibukota Kabupaten
Pintu gerbang masuk Dukuh Curah kidul yaitu pada simpang tiga yang ada pohon beringin dengan persawahan disekelilingnya serta SD Bligo II. dengan kondisi jalan masih sangat memprihatinkan dimana existing masih tanah asli kurang lebih sepanjang 300 m (antara pertigaan pohon beringin s.d. perempatan). Mohon bantuannya dari Bapak-bapak yang ada di Kabupaten Magelang utamanya Dinas Pekerjaan Umum kiranya dapat memberi bantuan demi kelancaran infra struktur di pedesaan. Karena jalan ini merupakan pintu masuk 2 pedukuhan yaitu ke Curah Kidul dan ke Curah Lor
Dukuh Blaburan adalah salah satu pedukuhan paling [[selatan]] di Desa Bligo dan berbatasan dengan wilayah [[Kabupaten Sleman]]. Dukuh Blaburan ini dibatasi oleh sungai yaitu disebelah timur desa dibatasi oleh sungai Krasak, sebelah barat dibatasi oleh sungai Petel, sebelah selatan dibatasi oleh selokan Irigasi ''Vanderwijck'' (peninggalan zaman penjajah Belanda) dan sungai Progo, sebelah utara dibatasi dengan selokan Mataram (buatan zaman Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat).
Penduduk asli dukuhan ini adalah bercocok tanam ([[petani]]) karena saluran irigasi sudah terbangun sejak zaman kolonial [[Belanda]] dan [[Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]], sehingga dukuhan ini termasuk lahan pedukuhan yang sangat subur.