Rawa Pening: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Aldo samulo (bicara | kontrib)
←Membatalkan revisi 2649293 oleh 117.103.174.90 (Bicara)
Aldo samulo (bicara | kontrib)
←Membatalkan revisi 2649290 oleh 117.103.174.90 (Bicara)
Baris 1:
'''Rawa Pening''' adalah sebuah tempat wisata air di [[Kabupaten Semarang]], [[Jawa Tengah]].
Pada awalnya rawa pening adalah sebuah hutan rawa bergambut. Hutan rawa bergambut ini menghilang akibat letusan dua gunung berapi terdekat. Hingga yang tertinggal adalah telaga alam yang dikelilingi oleh deretan gunung yang tidak lagi aktif seperti : Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran. Deretan gunung ini membatasi di sebelah selatan, barat, dan utara.
Luasnya 2.670 hektare, dan menempati wilayah kecamatan [[Ambarawa, Semarang|Ambarawa]], [[Bawen, Semarang|Bawen]], [[Tuntang, Semarang|Tuntang]], dan [[Banyubiru, Semarang|Banyubiru]]. Rawa Pening berada di lereng [[Gunung Merbabu]], [[Gunung Telomoyo]], dan [[Gunung Ungaran]]. Hampir seluruh permukaan rawa ini tertutup tanaman [[enceng gondok]]. Tanaman sejenis gulma ini juga sudah menutupi [[Sungai Tuntang]], terutama di bagian hulu.
Sebelum terbentuk rawa seperti sekarang ini, dahulu masih berupa hutan rawa yang bergambut dengan kondisi fisik antara lain biodiversitas sangat tinggi, suhu cenderung stabil sepanjang tahun, (tertinggi bulan Maret, terendah bulan Agustus). Siklus nutrien khususnya mineral dan energi antara produsen, konsumen I, konsumen II, konsumen III, serta pengurai cenderung intensif. Simpanan biomassanyapun cukup tinggi.
 
Rawa pening sebagai telaga alam berukuran lebih kecil dibanding saat ini. Ekosistemnya dipengaruhi oleh kehadiran 3 gunung tersebut. Biodiversitas kini mulai didominasi oleh species-species aquatik. Siklus nutrient dan energi dalam lingkup rawa pening telah bercorak aquatik.
Menurut legenda, Rawapening merupakan muntahan air bah dari bekas cabutan lidi (''baru klinting'')cerita baru klinting yang berubah menjadi anak kecil yang penuh luka dan berbau amis sehingga tidak diterima masyarakat dan akhirnya di tolong janda tua ini sudah berlalu. Rawa ini digemari sebagai obyek wisata pemancingan dan sarana olahraga air. Namun akhir-akhir ini, perahu nelayan bergerak pun sulit.
Pada tahun 1916 dibangun sebuah bendungan oleh Belanda. Hingga tahun 1930 bendungan mulai diperbesar sehingga terbentuk rawa pening. Pembangunan bendungan ini dititikberatkan untuk pembangkit listrik.
 
Rawa pening memiliki luas 2,660 Ha disaat musim hujan dan hanya 650 Ha di musim kemarau. Perubahan kondisi ini membawa pengaruh yang kuat bagi ekosistem didalamnya. Tantangan utama ynag dihadapai adalah : peningkatan erosi sungai-sungai yang masuk ke rawa pening, terjadi eutrofikasi (perubahan sifat fisika, kimia, dan biologi air akibat kandungan Nitrat dan Phosfat hasil erosi), Peningkatan species asing yang menginvasi daerah disekilingnya yaitu tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes), dan terjadi evapotranspirasi yang tinggi.
[[Kategori:Tempat wisata di Jawa Tengah]]
[[Kategori:Kabupaten Semarang]]