Jelangkung (film): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
penambahan info
Baris 12:
| editing = [[Jose Poernomo]]{{br}}[[Rizal Mantovani]]
| distributor = [[Rexinema]]
| release_date = 5 Oktober [[2001]]
| runtime = 102 menit
| country = [[Indonesia]]
Baris 24:
| imdb_id = 0298943
}}
'''Jelangkung''' adalah sebuah [[film]] [[horor]] dari [[Indonesia]] yang dirilis tahun [[2001]]. Film yang disutradarai [[Rizal Mantovani]] dan [[Jose Poernomo]] ini mengusung tema ritual mistis kuno ''[[jailangkung]]'' dari Indonesia dan legenda-legenda urban dari daerah [[Jakarta]], seperti legenda ''[[Hantu Rumah Kentang]]'' dan ''[[Suster Ngesot]]''. Dengan ''tag-line''-nya yang terkenal setelah dirilis, yaitu "''Datang tak dijemput, pulang tak diantar''", film ini berbiaya produksi hanya Rp 400 juta rupiah, namun telah ditonton sekitar 1,53 juta penonton di layar bioskop setelah dirilis dan meraup pendapatan sekitar lima miliar rupiah. <ref name="penonton">[http://kompas74.com125.153.132/kompassearch?q=cache:8b0BKzq2-cetakVIJ:www.gatra.com/0710/072003-04-01/utama/3907145artikel.htmphp "DanGatra Hantu-hantu Bergentayangan...Film "Tusuk Jelangkung" Pulang Diantar Merk Sponsor], Sulistiyo, Bambang. [[KompasGatra]]'' Nomor 19, 24 Maret 2003, diakses 719 Oktober 20072009</ref> <ref>[http://www.sixthsenseproductions.com/press/VarietyJelangkung.jpg Majalah Variety - Auds Scream for Horror Hit], Ryanto, Tony. [[Variety]] 2 Desember 2001</ref>
 
 
Kesuksesan komersial film ini dianggap telah menghidupkan perfilman horor di bioskop Indonesia, terutama karena saat dirilis, film ini tidak lagi bertumpu pada klise "wajah seram hantu" pada umumnya, namun juga pada ketegangan melalui gerak [[kamera]], [[spesial efek]], dan lokasi yang asing. <ref>[http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=53946 "Film Hantu yang Kagak Ada Matinya" - Pikiran Rakyat Online], diakses 17 Oktober 2009</ref> Film ini juga dikenal telah mengusung ide baru dalam film Indonesia karena mengolah musik [[pop]] dan kehidupan remaja modern dalam alur ceritanya. Kesuksesan film ini memancing keluarnya sinetron berjudul [[Jelangkung (sinetron)|sama]] yang sempat ditayangkan di stasiun [[televisi]] [[swasta]] [[RCTI]]. <ref>[http://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=Hiburan&id=30557 Sinetron Jelangkung di RCTI - Radar Sulawesi Tengah], diakses 17 Oktober 2009.</ref> Film ini dirilis dalam format [[VCD]] pada tahun 2002 dan dalam [[DVD]] pada tahun 2008.
== Latar belakang ==
Menurut artikel di ''Variety'', film "''Jelangkung''" pada awalnya sama sekali tidak diharapkan akan menjadi sebuah kesuksesan. Film ini diproduksi untuk ditayangkan di jaringan [[televisi]] [[swasta]] [[TransTV]], yang pada saat itu belum mulai mengudara di [[Indonesia]] (TransTV baru mulai mengudara awal tahun 2002). Produser [[Erwin Arnada]] menyarankan untuk menayangkan "''Jelangkung''" di bioskop, dan pada tanggal 5 Oktober akhirnya "''Jelangkung''" ditayangkan di salah satu bioskop [[Jakarta]]. Walau tanpa dukungan [[sponsor]] dan [[iklan]], film "''Jelangkung''" ternyata sangat sukses karena penonton yang kebanyakan adalah [[mahasiswa]] dan anak muda. Pada tanggal 18 November 2001, lebih dari 50 ribu tiket telah terjual untuk film ini, sehingga akhirnya [[Harris Lasmana]], pengusaha pemilik jaringan [[bioskop 21]] membeli hak tayang film ini untuk diputar di 25 bioskop 21. "''Jelangkung''" mulai tayang pertengahan Desember 2001 secara nasional. <ref>[http://www.sixthsenseproductions.com/press/VarietyJelangkung.jpg Majalah Variety - Auds Scream for Horror Hit], Ryanto, Tony. [[Variety]] 2 Desember 2001</ref>
 
Kesuksesan komersial film ini dianggap telah menghidupkan perfilman horor di bioskop Indonesia, terutama karena saat dirilis, film ini tidak lagi bertumpu pada klise "wajah seram hantu" pada umumnya, namun juga pada ketegangan melalui gerak [[kamera]], [[spesial efek spesial]], dan lokasi yang asing. <ref>[http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=53946 "Film Hantu yang Kagak Ada Matinya" - Pikiran Rakyat Online], diakses 17 Oktober 2009</ref> Film ini juga dikenal telah mengusung ide baru dalam film Indonesia karena mengolah musik [[pop]] dan kehidupan remaja modern dalam alur ceritanya. Kesuksesan film ini memancing keluarnya sinetron berjudul [[Jelangkung (sinetron)|sama]] yang sempat ditayangkan di stasiun [[televisi]] [[swasta]] [[RCTI]]. <ref>[http://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=Hiburan&id=30557 Sinetron Jelangkung di RCTI - Radar Sulawesi Tengah], diakses 17 Oktober 2009.</ref> Film ini dirilis dalam format [[VCD]] pada tahun 2002 dan dalam [[DVD]] pada tahun 2008.
 
Film ini melambungkan nama [[Rizal Mantovani]] sebagai sutradara. [[Sekuel]] pertama, ''[[Tusuk Jelangkung]]'', diproduksi tahun [[2003]] dan disutradarai [[Dimas Djayadiningrat]], sedangkan sekuel berikutnya ''[[Jelangkung 3]]'', dirilis pada tahun 2007 dan disutradarai [[Angga Dwimas Sasongko]].
Baris 34 ⟶ 38:
Ferdi ([[Winky Wiryawan]]), Gita ([[Melanie Ariyanto]]), Gembol ([[Rony Dozer]]), dan Soni ([[Harry Panca|Harry Pantja]]) adalah empat sekawan berbeda karakter dari [[Jakarta]] yang selalu penasaran mencari pengalaman bertemu dengan [[hantu|makhluk halus]] di tempat-tempat [[angker]]. Mereka telah mendatangi berbagai tempat yang dikabarkan ber[[hantu]], namun tak kunjung menjumpai yang mereka cari. Lelah tidak menemukan yang mereka cari, mereka mendapat ide untuk pergi ke sebuah [[desa]] bernama [[Angkerbatu]] di daerah [[Jawa Barat]] yang dikabarkan banyak mendapat kasus penampakan makhluk halus dan orang [[kerasukan]].
 
Setibanya di desa Angkerbatu semua terasa biasa-biasa saja sampai mereka menemukan sebuah [[kubur]] tanpa nama di tengah hutan desa tersebut. Kubur tersebut sangat misterius karena tidak diletakkan bersama kubur lain seperti kubur-kubur pada umumnya. Setelah putus asa tidak menemukan penampakan apa pun selama tiga hari, tengahmereka putus asa dan memutuskan untuk pulang. Namun pada malam terakhir, Soni yang menginginkan untuk memiliki ilmu [[gaib]], diam-diam melakukan ritual ''[[jelangkung]]'' di kubur misterius tersebut,. ''Jelangkung'' adalah sebuah [[ritual]] [[mistik]] kuno yang konon bisa memanggil arwah dari [[alam baka]] untuk datang ke dunia nyata dan menitis ke sebuah [[boneka]] dari [[batok]] [[kelapa]] dan tongkat [[bambu]]. Soni menjalankan ritual sambil mengucapkan [[mantra]]: "''Jelangkung, jelangkung, di sini ada pesta kecil-kecilan, datang tak dijemput, pulang tak diantar''" untuk memanggil makhluk gaibhalus. Kemudian Soni menancapkan boneka ''jelangkung'' ke kubur tersebut. Ferdi, Gita, dan Gembol mengetahui hal ini, dan walau tertarik untuk melihat reaksi boneka ''jelangkung'', mereka memaksa Soni untuk menghentikan ulahnya tersebut. Kecewa karena tak ada reaksi dari boneka itu, Soni pun marah dan pergi meninggalkan teman-temannya beserta boneka yang masih tertanam. Mereka pun akhirnya meninggalkan kubur tersebut tanpa mencabut boneka ''jelangkung'', tanpa menyadari bahwa sesuatu telah terjadi pada boneka ''jelangkung'' setelah mereka pergi. Setibanya di Jakarta, rentetan peristiwa aneh pun mulai terjadi dengan mereka, masing-masing dengan cara tersendiri oleh sesosok hantu anak kecil yang mengerikan.
 
Saat mendatangi sebuah bangunan [[rumah sakit]] tua yang dikabarkan digentayangi oleh arwah hantu penasaran ''[[suster ngesot]]'', Ferdi, Gita, Gembol, dan Soni akhirnya menemukan kengerian yang selama ini mereka cari. Ketakutanlah yang akhirnya menyelimuti mereka. Zulfikar (Ian's Bahtiar), teman kuliah Ferdi, menyarankan supaya mereka menemui Sakimin (Chandra), seorang [[paranormal]] yang dia kira bisa membantu mereka keluar dari masalah mengerikan ini. Paranormal tersebut mengetahui perbuatan mereka dan menyuruh mereka untuk segera kembali ke desa [[Angkerbatu]], menemukan kubur misterius tersebut dan mencabut boneka ''jelangkung'' yang mereka tinggalkan. Namun perjalanan mereka tidak akan semudah yang mereka bayangkan. Nasib mengerikan sedang menanti mereka di kubur misterius desa Angkerbatu tersebut. <ref>[http://jibis.pnri.go.id/sinema/filmografi-nasional/thn/2008/bln/01/tgl/24/id/2350 Film Jelangkung di pnri.go.id], diakses pada 23 Juni 2009</ref>