Li Huaixian: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glent (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi ''''Li Huaixian''' (Hanzi: 李怀仙, ?-8 Juli 768) adalah seorang panglima perang pada pertengahan Dinasti Tang. Ia tadinya adalah salah satu jenderal...'
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 24 Agustus 2009 04.15

Li Huaixian (Hanzi: 李怀仙, ?-8 Juli 768) adalah seorang panglima perang pada pertengahan Dinasti Tang. Ia tadinya adalah salah satu jenderal pemberontak dalam Pemberontakan Anshi, namun akhirnya menyerah pada pemerintah Tang ketika pemberontak sudah di ambang kekalahan. Setelah menyerah pada Tang ia tetap diijinkan berkuasa atas wilayah dan pasukannya serta diangkat sebagai gubernur militer Lulong. Ia membentuk persekutuan dengan lima gubernur militer lain untuk menuntut kekuasaan lebih besar pada pemerintah pusat. Di antara keenam gubernur militer pembangkang tersebut, Li adalah yang paling pertama menemui ajal dengan cara dibunuh oleh bawahannya sendiri Zhu Xicai, Zhu Ci, dan Zhu Tao.

Latar belakang

Tidak diketahui persis dimana dan kapan Li dilahirkan selain keluarganya yang berasal dari Liucheng (sekarang Chaoyang, Liaoning) dan berdarah suku barbar Xiongnu. Keluarganya turun-temurun melayani suku Khitan, namun ia sendiri menjadi pejabat Dinasti Tang dengan jabatan sebagai perwira militer di Yingzhou. Ia belakangan menjadi salah satu perwira An Lushan, gubernur militer Fanyang (sekarang Beijing).

Selama Pemberontakan Anshi

Pada akhir tahun 755, An Lushan memberontak terhadap Kaisar Tang Xuanzong, ia mendeklarasikan berdirinya Dinasti Yan dengan dirinya sebagai kaisar. Li berpartisipasi dalam kampanye militer An dan berhasil merebut beberapa wilayah strategis Tang. Musim semi 756, ia mengikuti kampanye militer di bawah pimpinan Linghu Chao, salah satu jenderal Yan lainnya, menyerang kota Yongqiu yang dipertahankan oleh Jenderal Zhang Xun yang setia pada Dinasti Tang. Kampanye militer ini gagal karena kegigihan Zhang dan pasukannya mempertahankan kota tersebut. Li mengabdi pada tiga kaisar Yan berturut-turut, yaitu An Qingxu (putra An), Shi Siming (tangan kanan dan sahabat An), dan Shi Chaoyi (putra Shi). Tahun 761, Shi Siming dibunuh oleh putranya sendiri, Shi Chaoyi yang lalu mengklaim tahta Yan bagi dirinya sendiri. Shi Chaoyi mengangkat Li sebagai walikota Fanyang. Berdasarkan dokumen Jimen Jiluan (薊门纪乱), karya sejarawan Ping Zhimei (dokumen asli sudah hilang namun banyak dikutip dalam dokumen lain), ketika Li tiba di Fanyang, kota itu sedang dilanda kerusuhan karena konflik internal di antara jenderal-jenderal pemberontak, mereka saling serang dan saling bunuh, pertempuran pecah di jalan-jalan kota pasca terbunuhnya Shi Siming. Li Huaixian lah yang berjasa memulihkan situasi dan keamanan di sana.

Tahun 762, kubu pemberontak sudah di ujung tanduk, pasukan Tang yang dibantu oleh Huige (suku Uyghur) berhasil mengalahkan Shi Chaoyi dalam beberapa pertempuran yang menentukan dan berhasil merebut kembali kota Luoyang (ibukota Yan). Shi Chaoyi melarikan diri ke Fanyang di utara. Setelah membaca situasi, Li akhirnya memutuskan untuk membelot. Sebelum Shi mencapai Fanyang, Li mengirim utusan menemui salah satu kasim Tang yang berpengaruh, Luo Fengxian, untuk menyatakan menyerah pada Dinasti Tang. Kemudian ia memerintahkan bawahannya, Li Baozhong, untuk mencegat Shi di Kabupaten Fanyang (bukan Kota Fanyang). Shi Chaoyi kabur lebih jauh ke utara setelah gagal menaklukkan wilayah itu. Li mengirim pasukannya untuk mengejar Shi. Shi Chaoyi, yang telah frustasi karena merasa tidak ada harapan lagi, akhirnya bunuh diri di tengah pelariannya. Li memotong kepala Shi dan mempersembahkannya pada Kaisar Tang Daizong (cucu Kaisar Xuanzong). Dengan kematian Shi, maka berakhirlah pemberontakan yang hampir meruntuhkan Dinasti Tang itu.

Pasca Pemberontakan Anshi

Dinasti Tang pasca pemberontakan Anshi sudah bukan Dinasti Tang yang perkasa seperti dulu lagi. Kekuasaan kaisar semakin lemah, sementara di tingkat daerah para gubernur militer semakin berkuasa, di tangan merekalah sesungguhnya kekuasaan atas daerah terletak. Terhadap para mantan jenderal pemberontak, pemerintah pusat pun ragu untuk bertindak karena tidak ingin terjadi pemberontakan lebih lanjut. Atas saran Jenderal Pugu Huai’en, Li bersama dengan tiga rekannya yang mantan jenderal pemberontak, yaitu Li Baochen, Tian Chengsi, dan Xue Song, diijinkan untuk tetap berkuasa atas wilayah dan pasukan mereka. Li diangkat sebagai gubernur militer Lulong (sekarang meliputi wilayah Beijing), ia membawahi enam prefektur. Li, ketiga rekannya tersebut, dan dua gubernur militer lainnya, Li Zhengji dan Liang Chongyi, membentuk persekutuan. Keenamnya menuntut hak waris atas jabatan mereka sebagai gubernur militer pada keturunan mereka, status semi independen dari pemerintah pusat, hak mengatur pasukan dan pajak sendiri tanpa harus melalui pusat. Kekuasaan Li tidak berlangsung lama, musim panas 768, ia dikudeta oleh tiga bawahannya, yaitu Zhu Xicai, Zhu Ci, dan Zhu Tao (adik Zhu Ci). Zhu Xicai membunuh Li dan keluarganya lalu mengambil alih komando atas wilayah Lulong. Li Baochen, yang berteman baik dengan Li Baochen, sangat berduka. Ia mengirim pasukannya untuk menyerang Zhu membalas dendam kematian sahabatnya itu, namun Zhu berhasil mengalahkannya. Pemerintah Tang yang lemah tidak dapat berbuat banyak dan tak lama kemudian mengakui Zhu sebagai gubernur militer Lulong yang baru.

Referensi