Abdullah bin Zubair: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RianHS (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 40:
'''Abdullah bin Zubair bin Awwam''' yang juga dikenal sebagai '''Ibnu Zubair''' ({{lang-ar|عبد الله ابن الزبير ابن العوام|ʿAbd-Allāh ibn Zubayr ibn al-ʿAwwām}}; Mei 624 M – Oktober/November 692) adalah [[sahabat Nabi|sahabat]] Nabi Islam [[Muhammad]] dan pemimpin [[kekhalifahan]] yang berbasis di [[Makkah]] menyaingi [[Kekhalifahan Umayyah]] dari tahun 683 sampai kematiannya. Dia adalah putra dari [[Zubair bin Awwam]] dan [[Asma' binti Abu Bakar]].
 
Ibnu Zubair adalah anggota dari [[suku Quraisy]], suku terkemuka di [[ArabiaJazirah Arab]] saat itu. Ibnu Zubair merupakan anak pertama yang lahir dari kelompok [[Muhajirin]], [[mualaf]] paling awal. Sebagai seorang pemuda, dia berpartisipasi dalam [[penaklukan Muslim awal]] bersama ayahnya di [[Penaklukan Muslim atas Suriah|Suriah]] dan [[Penaklukan Mesir oleh Muslim|Mesir]]. Ia juga memainkan peran penting dalam penaklukan [[Ifriqiyah|Afrika Utara]] dan Iran utara pada tahun 647 dan 650. Selama [[Fitnah Pertama|Perang Saudara Muslim Pertama]], dia berperang di pihak bibinya, [[Aisyah]] melawan Khalifah [[Ali]] ({{reign|656|661}}). Meskipun sedikit yang terdengar tentang Ibnu Zubair selama masa pemerintahan berikutnya dari khalifah Umayyah pertama [[Muawiyah I]] ({{reign|661|680}}), diketahui bahwa dia menentang penunjukan atas putranya, [[Yazid I]], sebagai pengganti Muawiyah I. Ibnu Zubair, bersama dengan banyak orang Quraisy dan [[Anshar]], kelompok Muslim terkemuka di [[Hijaz]] (Arab barat), menentang pengubahan kekhalifahan yang demokratis menjadi monarki [[Dinasti Umayyah|Umayyah]].
 
Ibnu Zubair memosisikan dirinya di Makkah dan menggalang oposisi penentangan terhadap Yazid ({{memerintah|680|683}}), sebelum akhirnya memproklamasikan dirinya sebagai khalifah setelah kematian Yazid pada tahun 683, yang menandai dimulainya [[Perang Saudara Islam II|Perang Sudara Kedua]]. Sementara itu, [[Mu'awiyah II|putra dan penerus]] Yazid meninggal beberapa minggu setelah masa pemerintahannya, memicu runtuhnya otoritas Umayyah di seluruh Kekhalifahan, yang sebagian besar provinsinya kemudian menerima kedaulatan Ibnu Zubair. Meskipun diakui secara luas sebagai khalifah, otoritasnya sebagian besar bersifat nominal di luar Hijaz. Pada tahun 685, Kekhalifahan Umayyah telah dibentuk kembali di bawah kepemimpinan [[Marwan I]] di Suriah dan Mesir, sementara otoritas Ibnu Zubair ditentang di Irak dan Arab oleh pasukan [[Banu Ali]] dan [[Khawarij]]. Saudara laki-laki Ibnu Zubair, [[Mush'ab bin Zubair|Mush'ab]] menegaskan kembali kedaulatan Ibnu Zubair di Irak pada tahun 687, tetapi ia dikalahkan dan dibunuh oleh penerus Marwan, yaitu [[Abdul Malik bin Marwan|Abdul Malik]] pada tahun 691. Komandan Umayyah [[al-Hajjaj bin Yusuf]] menggerakkan pasukannya untuk [[Pengepungan Mekkah (692)|mengepung Makkah]], sehingga akhirnya Ibnu Zubair terbunuh di sana pada tahun 692.