Kelenteng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Cun Cun (bicara | kontrib)
Wisnuest (bicara | kontrib)
Baris 98:
 
== Kelenteng dan wihara pada Orde Baru ==
Pada masyarakat awam, banyak yang tidak mengetahui bahwa kelenteng dan [[wihara]] adalah tempat ibadah bagi umat Buddha, jauh sebelum hadirnya pengaruh Taoisme ke Nusantara, dan Konghucu sebagai agama yang merupakan fenomena baru setelah abad ke-20. Kelenteng adalah wihara berarsitektur Tiongkok, yang sudah menjadi tempat ibadah umat Buddha Tionghoa sejak masa kolonial di Hindia Belanda. Kwan Im Teng pertama didirikan di Batavia sekira 1650 di daerah Petak Sembilan, dan kelak paska kerusuhan 1740 diubah namanya menjadi Jin De Yuan, dan pada masa Orde Baru menjadi Wihara Dharma Bhakti. Tempat pemujaan Kwan Im tertua lainnya juga didirikan di Banten, Cirebon, dan Semarang.<ref>{{Cite book|last=Salmon dan Lombard|first=Claudine dan Dennys|date=2003|url=https://books.google.co.id/books/about/Klenteng_klenteng_dan_masyarakat_Tiongho.html?id=KrtwAAAAMAAJ&redir_esc=y|title=Klenteng-Klenteng dan Masyarakat Tionghoa di Jakarta|location=Jakarta|publisher=Yayasan Ciptaloka Caraka|isbn=9799722934|url-status=live}}</ref>
Pada masyarakat awam, banyak yang tidak mengetahui perbedaan dari kelenteng dan [[wihara]]. Kelenteng dan wihara pada dasarnya berbeda dalam [[arsitektur]], umat, dan fungsi. Kelenteng pada dasarnya beraritektur tradisional [[Tionghoa]] dan berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial masyarakat selain berfungsi sebagai tempat spiritual. Namun, wihara juga ada yang berarsitektur tradisional Tionghoa seperti pada wihara Buddhis aliran [[Mahayana]] yang memang berasal dari Tiongkok. Contoh adalah kelenteng Taikak sie ( Da Jue si 大覺寺 ) Semarang yang termasuk tempat ibadah agama Buddha Mahayana. Hal ini perlu diketahui bahwa wihara dalam bahasa Mandarin adalah ''si'' 寺. Contoh wihara Shaolin 少林 atau yang dikenal dengan sebutan Shaolin si 少林寺.
 
Pada masyarakat awam, banyak yang tidak mengetahui perbedaan dari kelenteng dan [[wihara]]. Kelenteng dan wihara pada dasarnya berbeda dalam [[arsitektur]], umat, dan fungsi. Kelenteng pada dasarnya beraritektur tradisional [[Tionghoa]] dan berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial masyarakat selain berfungsi sebagai tempat spiritual. Namun, wihara juga ada yang berarsitektur tradisional Tionghoa seperti pada wihara Buddhis aliran [[Mahayana]] yang memang berasal dari Tiongkok. Contoh adalah kelenteng Taikak sie ( Da Jue si 大覺寺 ) Semarang yang termasuk tempat ibadah agama Buddha Mahayana. Hal ini perlu diketahui bahwa wihara dalam bahasa Mandarin adalah ''si'' 寺. Contoh wihara Shaolin 少林 atau yang dikenal dengan sebutan Shaolin si 少林寺.
Perbedaan antara kelenteng dan wihara kemudian menjadi rancu karena peristiwa [[Gerakan 30 September]] pada tahun [[1965]]. Imbas peristiwa ini adalah pelarangan [[kebudayaan Tionghoa]] termasuk kepercayaan tradisional Tionghoa oleh pemerintah [[Orde Baru]]. Kelenteng yang ada pada masa itu terancam ditutup secara paksa. Banyak kelenteng yang kemudian mengadopsi nama dari [[bahasa Sanskerta]] atau [[bahasa Pali]] yang mengubah nama sebagai wihara dan mencatatkan surat izin dalam naungan agama [[Buddha]] demi kelangsungan peribadatan dan kepemilikan, sehingga terjadi kerancuan dalam membedakan kelenteng dengan wihara .
 
Setelah peristiwa [[Gerakan 30 September]] pada tahun [[1965]], dilakukan penyesuaian nama tempat ibadah yang semula menggunakan mandarin ke bahasa Sanskerta ataupun Pali. Hal ini dilakukan umat Buddha karena pemerintah orde baru menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina. <ref>{{Cite web|title=Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1967|url=https://id.wikisource.org/wiki/Instruksi_Presiden_Republik_Indonesia_Nomor_14_Tahun_1967|website=wikisource|access-date=2023-04-11}}</ref> Sementara untuk tempat ibadah Konghucu, yang baru hadir pada 1906 di Surabaya dengan nama Boen Bio, maupun 1930 di Cirebon dengan nama Kong Tju Bio, tidak ada perubahan nama. Tempat pertama mengambilalih Klenteng Dewa Kebudayaan dan Literatur (Boen Tjang Sioe) sedangkan yang kedua mengubah Rumah Abu Yi Ci. Rumah abu ini awalnya adalah bagian dari tempat ibadah umat Buddha di Cirebon yaitu Tio Kak Sie.
Setelah Orde Baru digantikan oleh [[Orde Reformasi]], banyak wihara yang kemudian mengganti nama kembali ke nama semula yang berbau Tionghoa dan lebih berani menyatakan diri sebagai kelenteng daripada wihara atau menamakan diri sebagai Tempat Ibadah [[Tridharma]] (TITD).
 
Setelah Orde Baru digantikan oleh [[Orde Reformasi]], penggunaan nama mandarin tidak lagi menjadi persoalan, sehingga umat lebih bebas menunjukkan apresiasi budayanya. Selain tempat ibadah berlatar Chinese Buddhism, sebagai klenteng juga menamakan diri sebagai Tempat Ibadah [[Tridharma]] (TITD). Sam Kauw atau Tri Dharma sendiri sejak dikembangkan oleh Kwee Tek Hoay, akhirnya bergabung menjadi salah satu majelis kepanditaan agama Buddha, dengan nama Majelis Agama Buddha Tri Dharma Indonesia atau disingkat Magabutri. Organisasi inilah yang membina klenteng-klenteng dengan nama TITD di depan namanya.
 
== Lihat pula ==