Disentri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Novem~idwiki (bicara | kontrib)
rapikan. kok kayak buku teks kedokteran ya? :)
Baris 1:
'''Disentri''' berasal dari [[bahasa Yunani]], yaitu ''dys'' (=gangguan) dan ''enteron'' (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah <ref name="ref1">Kamus Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : FK-UI; 2001</ref>. Gejala-gejala disentri antara lain adalah:
{{rapikan}}
* Buang air besar dengan tinja berdarah
== '''SINDROMA DISENTRI
* Diare encer dengan volume sedikit
(DISENTRI)''' ==
* Buang air besar dengan tinja bercampur lender(mucus)
* Nyeri saat buang air besar (tenesmus)
 
==Etiologi==
 
# Bakteri (Disentri basiler)
== '''Definisi''' ==
#* ''Shigella'', penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella <ref name="ref3">Dharma, Andi Pratama. Buku Saku Diare Edisi 1. Bandung : Bagian/SMF IKA FK-UP/RSHS; 2001</ref>.
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah1.
#* ''Escherichia coli enteroinvasif'' (EIEC)
Disentri adalah suatu sindroma infeksi usus yang mencakup gejala-gejala2 :
#* ''Salmonella''
• Buang air besar dengan tinja berdarah
#* ''Campylobacter jejuni'', terutama pada bayi
• Diare encer dengan volume sedikit
# Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan ''Entamoeba hystolitica'', lebih sering pada anak usia > 5 tahun
• Buang air besar dengan tinja bercampur lender(mucus)
• Nyeri saat buang air besar (tenesmus)
 
==Patogenesis==
== '''Etiologi''' ==
 
:''Referensi:''<ref name="ref4">Behrman, et al. Nelson Textbook of Pediatrics 17th edition. UK : Saunders; 2004</ref><ref name="ref5">Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Volume 1. Jakarta : Bagian IKA FK-UI; 1998.</ref><ref name="ref6">Gandahusada, Srisasi, et al. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : FK-UI; 2000.</ref><ref name="ref11">Kumpulan catatan kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2004-2005.</ref>
1.Bakteri (Disentri basiler)
 
Transmisi : fecal-oral, melalui : makanan / air yang terkontaminasi, person-to-person contact.
a.Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hamper semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella3).
 
===Disentri basiler===
b.Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
 
====Shigella dan EIEC====
c.Salmonella
 
d.Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
 
2.Amoeba (Disentri amoeba) :
Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak usia > 5 tahun
 
 
 
 
== '''Patogenesis 4,5,6,11''' ==
Transmisi : fecal-oral, melalui : makanan / air yang terkontaminasi
person-to-person contact
 
 
1.Disentri basiler
a.Shigella dan EIEC
 
MO --> kolonisasi di ileum terminalis/kolon, terutama kolon distal  invasi ke sel epitel mukosa usus --> multiplikasi --> penyebaran intrasel dan intersel
Baris 44 ⟶ 29:
--> invasi ke lamina propia ? --> bakteremia (terutama pada infeksi S.dysenteriae serotype 1)
 
b. ====Salmonella====
 
MO --> kolonisasi di jejunum/ileum/kolon --> invasi ke sel epitel mukosa usus --> invasi ke lamina propia
Baris 51 ⟶ 36:
--> invasi ke Plak Peyeri --> penyebaran ke KGB mesenterium -->hipertrofi --> penurunan aliran darah ke mukosa --> nekrosis mukosa --> ulkus menggaung --> eritrosit dan plasma keluar ke lumen --> tinja bercampur darah.
 
c. ====Campylobacter jejuni====
 
MO --> kolonisasi di jejunum/ileum/kolon --> invasi ke sel epitel mukosa usus --> invasi ke lamina propia
Baris 59 ⟶ 44:
--> masuk ke sirkulasi (bakteremia).
 
2. ===Disentri amoeba===
 
Bentuk histolitika (trofozoit) --> invasi ke sel epitel mukosa usus --> produksi enzim histolisin  nekrosis jaringan mukosa usus --> invasi ke jaringan submukosa --> ulkus amoeba --> ulkus melebar dan saling berhubungan membentuk sinus-sinus submukosa --> kerusakan permukaan absorpsi  malabsorpsi --> ↑ massa intraluminal --> tekanan osmotik intraluminal --> diare osmotik.
 
==Manifestasi Klinis==
 
===Disentri basiler===
 
* Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
== '''Manifestasi Klinis''' ==
* Panas tinggi (39,50 - 400 C), appear toxic.
* Muntah-muntah.
* Anoreksia.
* Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
* Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).
 
1. ===Disentri basileramoeba===
 
* Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja.
* Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari)
Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
* Sakit perut hebat (kolik)
• Panas tinggi (39,50 - 400 C), appear toxic.
* Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).
• Muntah-muntah.
• Anoreksia.
• Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
• Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).
 
==Diagnosis==
2. Disentri amoeba
 
:''Referensi:''<ref name="ref3"/><ref name="ref4"/><ref name="ref5"/><ref name="ref7">Lengkong, John B. Prosedur Tetap (Standard Operating Procedure) Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta; 2004.</ref><ref name="ref11"/>
• Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
• Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari)
• Sakit perut hebat (kolik)
• Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).
 
Diagnosis klinis dapat ditegakkan semata-mata dengan menemukan tinja bercampur darah. Diagnosis etiologi biasanya sukar ditegakkan. Penegakan diagnosis etiologi melalui gambaran klinis semata sukar, sedangkan pemeriksaan biakan tinja untuk mengetahui agen penyebab seringkali tidak perlu dilakukan karena memakan waktu lama (minimal 2 hari) dan umumnya gejala membaik dengan terapi antibiotika empiris.
 
 
 
== '''Diagnosis3,4,5,7,11''' ==
 
 
Diagnosis klinis dapat ditegakkan semata-mata dengan menemukan tinja bercampur darah.
Diagnosis etiologi biasanya sukar ditegakkan. Penegakan diagnosis etiologi melalui gambaran klinis semata sukar, sedangkan pemeriksaan biakan tinja untuk mengetahui agen penyebab seringkali tidak perlu dilakukan karena memakan waktu lama (minimal 2 hari) dan umumnya gejala membaik dengan terapi antibiotika empiris.
 
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
* Pemeriksaan tinja
o ** Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan bentuk trofozoit dalam tinja
o ** Benzidin test
o ** Mikroskopis : fecal leukosit (petanda adanya kolitis), fecal blood.
* Biakan tinja :
o ** Media : agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS.
* Pemeriksaan darah rutin : leukositosis (5.000 – 15.000 sel/mm3), terkadang dapat ditemukan leucopenia.
 
 
 
== '''Komplikasi3,4,5,7''' ==
1. Dehidrasi
 
2. Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia
 
3. Kejang
 
4. Protein loosing enteropathy
 
5. Sepsis dan DIC
 
6. Sindoma Hemolitik Uremik
 
7. Malnutrisi/malabsorpsi
 
8. Hipoglikemia
 
9. Prolapsus rektum
 
10. Reactive arthritis
 
11. Sindroma Guillain-Barre
 
12. Ameboma
 
13. Toxic megacolon
 
14. Perforasi local
 
15. Peritonitis
 
==Komplikasi==
 
:''Referensi:''<ref name="ref3"/><ref name="ref4"/><ref name="ref5"/><ref name="ref7"/>
 
# Dehidrasi
# Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia
# Kejang
# Protein loosing enteropathy
# Sepsis dan DIC
# Sindoma Hemolitik Uremik
# Malnutrisi/malabsorpsi
# Hipoglikemia
# Prolapsus rektum
# Reactive arthritis
# Sindroma Guillain-Barre
# Ameboma
# Toxic megacolon
# Perforasi local
# Peritonitis
 
==Penatalaksanaan==
== '''Penatalaksanaan3,4,5,7,8,9,10,11''' ==
 
:''Referensi:''<ref name="ref3"/><ref name="ref4"/><ref name="ref5"/><ref name="ref7"/><ref name="ref8">A, Dini, et al. Pengaruh Pemberian Preparat Seng Oral Terhadap Perjalanan Diare Akut, dalam Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak II Ikatan Dokter Anak Indonesia. Batam; 2004</ref>
<ref name="ref9">Nafianti, Selvi, et al. Efektivitas Pemberian Trimetoprim-Sulfametoksazol pada Anak dengan Diare Disentri Akut, dalam Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak II Ikatan Dokter Anak Indonesia. Batam; 2004</ref>
<ref name="ref10">Cahyono, Haryudi Aji, et al. Manipulasi Perjalanan Diare Pada Anak dengan Bakteri Hidup, dalam Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak II Ikatan Dokter Anak Indonesia. Batam; 2004</ref>
<ref name="ref11"/>
 
1. Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi kurang, lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak. Waspadai adanya syok sepsis.
Baris 184 ⟶ 148:
 Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan dengan bersih sehabis membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi.
 
==Referensi==
----------------------------------------- kriz ’05 -----------------------------------------
For children, there is no tomorrow…
 
 
 
== '''Daftar Pustaka''' ==
 
<references/>
 
[[Kategori:Penyakit]]
1. Kamus Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : FK-UI; 2001
2. Desai, Samir. Clinician’s Guide to Diagnosis. USA : Lexi-Comp; 2001
3. Dharma, Andi Pratama. Buku Saku Diare Edisi 1. Bandung : Bagian/SMF IKA FK-UP/RSHS; 2001
4. Behrman, et al. Nelson Textbook of Pediatrics 17th edition. UK : Saunders; 2004
5. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Volume 1. Jakarta : Bagian IKA FK-UI; 1998.
6. Gandahusada, Srisasi, et al. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : FK-UI; 2000.
7. Lengkong, John B. Prosedur Tetap (Standard Operating Procedure) Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta; 2004.
8. A, Dini, et al. Pengaruh Pemberian Preparat Seng Oral Terhadap Perjalanan Diare Akut, dalam Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak II Ikatan Dokter Anak Indonesia. Batam; 2004
9. Nafianti, Selvi, et al. Efektivitas Pemberian Trimetoprim-Sulfametoksazol pada Anak dengan Diare Disentri Akut, dalam Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak II Ikatan Dokter Anak Indonesia. Batam; 2004
10. Cahyono, Haryudi Aji, et al. Manipulasi Perjalanan Diare Pada Anak dengan Bakteri Hidup, dalam Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak II Ikatan Dokter Anak Indonesia. Batam; 2004
11. Kumpulan catatan kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2004-2005.