Musica Studio's: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k clean up
Baris 22:
 
== Sejarah ==
Berawal dari pekerjaan Yamin Widjaja (Amin) sebagai pemilik toko elektronik dan distributor album rekaman yang membuka outletnya di kawasan [[Pasar Baru]], dari sanalah sejarah panjang industri rekaman terbesar di [[Indonesia]] dimulai. Toko elektronik dan distributor rekaman tersebut didirikan pada awal tahun [[1960|60-an]] dengan nama toko Eka Sapta. Pak Amin Cengli--begituCengli—begitu Yamin Widjaja biasa disapa--secaradisapa—secara tak sengaja banyak berkenalan dengan orang-orang tenar di dunia musik, antara lain almarhum [[Bing Slamet]], [[Ireng Maulana]], [[Enteng Tanamal]] dan [[Idris Sardi]]. Pergaulan di seputar orang musik itulah yang pada akhirnya menjadi inspirator lahirnya nama band [[Eka Sapta]].
 
Sebagai pemilik toko elektronik dan distributor rekaman yang ikut membangun band [[Eka Sapta]], Amin bergerak lebih jauh dengan mendirikan perusahaan rekaman sendiri. Pada awalnya ia meminjam alat rekaman milik perusahaan Remaco, membuat rekaman di [[Singapura]] dan membangun studio rekaman sendiri dengan nama PT Warung Tinggi di kawasan Warung Kopi Jakarta. Perusahaan ini pada awalnya memproduksi sejumlah rekaman, satu di antaranya adalah album [[Titiek Puspa]]. PT Warung Tinggi inilah yang merupakan embrio berdirinya PT Metropolitan Studio pada [[9 September]] [[1968]]. Hoki Amin Cengli--ayahCengli—ayah 6 anak dan istri Lanni Djajanegara itu--kianitu—kian berkembang. Pada awalnya memproduksi rekaman band [[Eka Sapta]], karya lagu dan suara almarhum [[Bing Slamet]], [[A. Riyanto]] dan sejumlah rekaman lain dalam bentuk piringan hitam (PH) dan kaset.
 
Seiring dengan sukses debut rekaman tersebut, pada [[Oktober]] tahun [[1970]], Amin mengubah nama PT Metropolitan Studio menjadi PT Musica Studio's dalam bentuk akta pendirian perusahaan rekaman formal. Sejak saat itulah berlangsung pembenahan perangkat lunak dan perangkat keras perusahaan rekaman ini, misalnya dari jumlah studio rekaman yang hanya 2 buah dengan masing-masing 4 tracks pada tahun [[1968]] menjadi 8 tracks pada tahun [[1979]], berkembang lagi menjadi 16 tracks pada [[1981]] dan 24 tracks pada tahun [[1983]]. Kini jumlah studio rekaman yang terletak di kompleks PT Musica Studio Jl. Perdatam [[Pasar Minggu]] [[Jakarta Selatan]] itu berjumlah 5 buah.
Baris 33:
Musica Studio's juga sering melakukan terobosan mengesankan dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan prestasi insan musik [[Indonesia]]. Di mulai pada tahun [[1983]], bertempat di [[Hotel Indonesia]] [[Jakarta]], diberikan penghargaan piringan emas (Gold Record) dan piringan perak (Silver Record) untuk artis rekaman berprestasi dari sisi penjualan PH atau album rekamannya. Nama [[Hetty Koes Endang]], [[Jamal Mirdad]], [[Rafika Duri]], Harvey dan [[Chrisye]], pernah menerima penghargaan ini. Tradisi pemberian Gold dan Silver Record terhenti pada awal tahun [[1990|90-an]], seiring dengan kian maraknya pemberian penghargaan dari institusi luar, antara lain [[BASF Awards]] dan Anugerah HDX. Dua lembaga penghargaan itu, belakangan menghilang, dan pada tahun [[1997]] yang lalu lahirlah lembaga lain bernama [[Anugerah Musik Indonesia]]. Pada tahun [[1980|80-an]] itu, sebenarnya tradisi awarding di dunia musik ala Musica bisa mendampingi kegiatan sejenis yang pernah dipopulerkan Angket Siaran [[ABRI]] yang dikelola oleh stasiun penyiaran [[RRI]] sejak awal dekade [[1970|70-an]]. Waktu itu sejumlah artis tenar Musica Studio's ikut meramaikan pesta kemenangannya sebagai 'mega bintang terpopuler'.
 
Memasuki abad globalisasi, jajaran pimpinan Musica Studio's sadar betul harus segera mengantisipasi perkembangan zaman dengan mengadakan banyak perubahan. Sumber Daya Manusia-nya lebih ditingkatkan, lebih khusus lagi yang membidangi masalah teknis rekaman. Kecuali membekali ''sound engineer'' dengan pengetahuan rekaman modern, pimpinan Musica Studio's juga mulai merancang tampilan yang lebih canggih dari peralatan rekaman, akustik ruang rekam dan tak kalah penting adalah, pembenahan fisik kantor. Belakangan--tepatnyaBelakangan—tepatnya sejak tahun [[1995]]--Musica—Musica Studio's untuk pertama kalinya melakukan pembenahan kualitas rekaman, juga membuka diri dalam mengerjakan jasa mastering disamping memperteguh kekuatannya sebagai produser eksekutif (lewat pimpinannya) dan distributor album produksi perusahaan lain.
 
Sementara itu--masihitu—masih berkaitan dengan era globalisasi--jajaranglobalisasi—jajaran pimpinan Musica Studio's lantas melebarkan sayapnya dengan bekerja sama lewat perusahaan rekaman lain. Struktur organisasi ditingkatkan, SDM kian dimantapkan dengan cara mempelajari teknologi baru di studio lain di luar negeri, termasuk memulai menerapkan tata cara mastering.
 
Memasuki tahun [[1998]] PT Musica Studio's memiliki karyawan sekitar 60 orang, 15 orang di antaranya menguasai teknis rekaman, sisanya adalah tenaga administrasi, promosi, sampai divisi 'pencari bakat'. Perusahaan rekaman ini akhirnya tak hanya bergerak di jenis musik yang banyak diburu orang seperti [[pop]] dan [[dangdut]], tetapi juga mulai merambah ke jenis musik lain, seperti R&B, [[rock]], rap, dance, alternatif, techno dan banyak lainnya. Jadi, sangat wajar jika pada perebutan beragam penghargaan untuk insan musik seperti [[BASF Awards]], Anugerah HDX, [[Anugerah Musik Indonesia]] atau yang bersinggungan dengan tayangan video klip seperti Video Musik [[Indonesia]], artis-artis tenar yang berkibar lewat bendera Musica Studio's, hampir selalu menduduki deret papan atas yang terkondang dan berkualitas.
 
== Daftar artis ==
Musica Studio's menjadi kantung-kantung dan markas besar para artis tenar Indonesia. Setelah era [[A. Riyanto]], [[Emilia Contessa]], [[Ineke Kusumawati]], [[Vivi Sumanti]], [[Rhoma Irama]] dan [[Ernie Djohan]] pada tahun [[1960|60-an]], kemudian muncul nama tenar [[Rafika Duri]], [[Harvey Malaiholo]], [[Jamal Mirdad]], [[Chrisye]], [[Andi Meriem Matalatta]], [[Hetty Koes Endang]], [[Ritta Rubby Hartland]], [[Elly Sunarya]], [[Grace Simon]] pada tahun [[1970|70-an]]. Pada dekade [[1980|80-an]] muncul nama-nama tenar [[Betharia Sonata]], [[Iwan Fals]], [[Nani Sugianto]], [[Ebiet G. Ade]], [[Broery Marantika]] dan lain-lain. Kemudian pada dekade [[1990|90-an]] seiring dengan munculnya trend grup dan jenis musik yang beragam, Musica Studio's membidani popularitas [[Trio Libels]], [[Kahitna]], Shamen, [[Java Jive]], Monkey Republics,komedian [[Project Pop]], dan penyanyi solo [[Inka Christie]], rapper [[Iwa K]] dan sejumlah album kompilasi. [[Nike Ardilla ]] join dengan Musica Studio's pada medio pertengahan 1992, dimana debut album the best of [[Tinggallah Ku Sendiri]] rilis pada 1993. Album tersebut meledak di pasaran dan menjadi lagu Nike paling iconic debut oleh Musica Studio's. Pada 1994 Nike mengeluarkan album kedua di bawah label Musica yaitu [[Biarkan Cinta Mu Berlalu]] album tersebut merupakan album paling laris 1994 secara penjualan nasional di bawah pita kaset HDX dan album terlaris 1994 artist Musica secara umum tahun tersebut. Selebihnya semua album Nike Ardilla sampai sekarang ada di bawah naungan Musica Studio's. Juga tak boleh dilupakan, Musica Studio's berperan besar pada lahirnya kelompok musisi remaja tenar [[Base Jam]]. Dan akhir-akhir ini dirilislah album-album yang membesarkan nama [[Noah (grup musik)|NOAH]], [[d'Masiv|D'MASIV]], [[Geisha (grup musik)|Geisha]], [[Nidji]], [[Sheryl Sheinafia]], [[Stevan Pasaribu]], [[Arvilla Band]] group band metal [[3 PEMUDA BERBAHAYA]] dan penyanyi cover [[Felix Irawan]] dan dulu juga pernah mengontrak artist lainnya seperti [[Ungu (grup musik)|Ungu]], [[Rossa]], [[Brisia Jodie]], [[Uut Permatasari]], [[Letto]] dan [[Gamaliel Audrey Cantika|GAC]]
 
== Pranala luar ==
* [http://www.musica.id Situs resmi]
 
{{perusahaan-indo-stub}}
 
[[Kategori:Label rekaman]]
Baris 52 ⟶ 50:
[[Kategori:Perusahaan yang didirikan tahun 1968]]
[[Kategori:Pendirian tahun 1968 di Indonesia]]
 
 
{{perusahaan-indo-stub}}