Bujangga Manik (naskah): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wie146 (bicara | kontrib)
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 9:
| year =2006
| page =437
}}</ref> Jelas sekali, dari ceritera dalam naskah tersebut, bahwa naskah Bujangga Manik berasal dari jamanzaman sebelum [[Islam]] masuk ke Tatar Sunda. Naskah tersebut tidak mengandung satu pun kata-kata yang berasal dari [[bahasa Arab]]. Penyebutan [[Majapahit]], [[Malaka]] dan Demak [[Demak]] memungkinkan kita untuk memperkirakan bahwa naskah ini ditulis dalam akhir tahun 1400-an atau awal tahun 1500-an.<ref>{{cite book
| last =Noorduyn
| first =J.
Baris 24:
Nama penulis naskah ini, Prabu Jaya Pakuan, muncul pada baris ke-14. Nama alias dari penulis, yaitu Bujangga Manik, dapat ditemukan mulai baris ke-456. Dalam baris 15-20 diceritakan bahwa dia akan meninggalkan ibunya untuk pergi ke arah timur. Dia sangat teliti dalam menceritakan keberangkatannya. Dari kebiasaannya kita tahu bahwa dia mengenakan ikat kepala ("saceundung kaen" dalam baris 36).
 
Kemudian dia memulai perjalanan pertamanya yang dia lukiskan secara terperinci. Waktu Bujangga Manik mendaki daerah [[Puncak]], dia menghabiskan waktu, seperti seorang pelancong jamanzaman modern, dia duduk, mengpasi badannya dan menikmati pemandangan, khususnya [[Gunung Gede]] yang, pada baris ke 59 sampai 64, dia sebut sebagai titik tertinggi dari kota [[Pakuan]] (ibukota [[Kerajaan Sunda]]).
 
Dari Puncak dia melanjutkan perjalanan sampai menyeberangi Ci Pamali (sekarang lebih sering disebut [[Kali Brebes]]) untuk masuk ke daerah Jawa. Di daerah Jawa dia mengembara ke berbagai desa yang termasuk kerajaan Majapahit dan juga kerajaan Demak. Sesampai di Pamalang, Bujangga Manik merindukan ibunya (baris 89) dan memutuskan untuk pulang. Namun pada kesempatan ini, dia lebih suka untuk lewat laut dan menaiki kapal yang datang dari Malaka. Kesultanan Malaka mulai pertengahan abad ke-15 sampai ditaklukkan oleh Portugis menguasai perdagangan pada perairan ini.