Pondok Pesantren Daar El-Qolam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
edit oleh Willysaef. Browser error.
Willysaef (bicara | kontrib)
Baris 3:
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Ahmad_Rifai_Arief.png|thumb|left|200px|Potret K.H. Ahmad Rifa'i Arief (Alm).]]
K.H. Ahmad Rifa'i Arief adalah seorang alumnus [[Pondok Pesantren Modern Gontor]], [[Ponorogo]], [[Jawa Timur]] pada tahun [[1964]]. Sebelum mendirikan pesanten Daar el-Qolam, beliau mengajar terlebih dahulu di almamaternya selama dua tahun. Sempat mengkaji beberapa kitab klasik di beberapa pondok pesantren tradisional. Pada tahun akhir [[1967]], beliau kembali ke kampungnya, Gintung, untuk membantu ayahnya '''H. Qasad Mansyur''' mengelola Madrasah Ibtidaiyah Masyariqul Anwar ('''مشارق الأنوار''').
 
H. Qasad Mansyur, memang menghendaki adanya lembaga pendidikan tingkat menengah agar para alumnus madrasah ibtidaiyah tersebut dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Kemudian, beliau menyarankan agar putranya, Ahmad Rifai Arief, untuk mendirikan sebuah pondok pesantren seperti halnya pesantren almamaternya, Gontor. Saran ayahnya itu akhirnya direalisasikan oleh Ahmad Rifa'i Arief untuk mendirikan sebuah pesantren yang diberi nama '''Daar Elel-Qolam''' ('''دار القلم'''), yang secara terminologi berarti '''Kampung Ilmu'''. Satu-satunya perangkat infrastruktur pendidikan di pesantren Daar El-Qolam pada waktu itu hanyalah sebuah dapur tua milik neneknya, Hj. Pengki yang direnovasi menjadi sebuah ruangan untuk belajar. Hj.Pengki juga mewakafkan tanah seluas satu hektar.
 
Masa-masa awal pendidikan pondok dilaluinya dengan berbagai kesulitan dan keterbatasan sarana. Namun, dengan keterbatasan itu tidak menghalanginya untuk terus berbuat. Rifai tetap konsisten dengan niatnya. Daar El-Qolam mulai menampakkan perkembangannya, pada tahun [[1983]]. Jalinan silaturahminya dengan [[Muhammad Natsir|K.H. Muhammad Natsir]], seorang ulama kharismatik Indonesia, banyak membantu Rifai, sehingga beliau membantu Rifa'i untuk mendapatkan bantuan dana dari [[Kerajaan Saudi Arabia]].
Baris 13 ⟶ 14:
Pada dekade 1980-an hingga sekarang, Daar el-Qolam semakin mendapatkan kepercayaan masyarakat luas yang datang dari berbagai provinsi di Indonesia. Sistem pendidikannya yang modern, penerapan disiplin hidup dan beribadah menjadi alasan para orang tua untuk mendidik anaknya di Daar el-Qolam.
 
Pada ulang tahunnya yang ke-25 yang diselenggarakan pada tahun [[1994]], beberapa orang pejabat Indonesia datang ke Daar el-Qolam, di antaranya adalah [[Tarmizi Taher|Dr. Tarmizi Taher]] (yang kala itu menjabat sebagai [[Menteri Agama Republik Indonesia|Menteri Agama]]), [[Haryono Suyono|Prof. Dr. Haryono Suyono]] (Mentri Koordinator BKKBN), [[Hayono Isman]] ([[Menteri Negara Pemuda dan Olah RagaOlahraga]]), [[Harmoko]] ([[Daftar Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia|Menteri Penerangan]]), dan [[Hendropriyono|Mayjen TNI A.M. Hendropriyono]] ([[Pangdam Jaya]]). Peringatan ulang tahun tersebut menjadikan Daar Elel-Qolam semakin dikenal oleh khalayak.
 
==Ekspansi==
Pasca wafatnya pendiri Pesantren, tampuk kepemimpinan pesantren dialihkan kepada adik laki-laki pertamanya, [[Ahmad Syahiduddin]] dan Putra pertamanya, [[Adrian Mafatihullah Karim]]. Kiai Ahmad Syahiduddin pun lantas meminta kakak perempuannya, Hj. Enah Huwaenah untuk membimbing santriwati, sementara dirinya menangani kebijakan pesantren.