Sudisman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k {{rapikan}} {{paragrafpembuka}}
Endik koeswoyo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
{{paragrafpembuka}}
 
Masa Kecil
Sudisman, ADALAH pejuang yang telah melewati pasang-surut revolusi Indonesia dengan berani itu dilahirkan di Jember, 1920. Sejak mudanya, ia telah berlaku berani menempuh hidup: sebagaimana Sayuti Melok menempelkan Ijazah AMS-nya (SMA) pada blek untuk jual dendeng, demikianlah pula Sudisman, begitu tamat HBS Surabaya tanpa ragu bersumpah di depan seorang gurunya bahwa ia tak akan menggunakan ijazah kolonial itu untuk mencari makan. Ia pun lantas terlibat dalam pengorganisiran buruh.
 
Sudisman juga dikenal sebagai organisator yang jitu dan cerdik. Seorang jurnalis Soeryono (1927-2000), yang pernah bekerja di Penghela Rakyat di Magelang dan juga anggota Pesindo menjuluki Sudisman sebagai “the King Maker” yaitu Amir Syarifuddin dan DN Aidit. Ia juga seorang intelektual yang tekun dan teliti begitulah minimal di mata Joesoef Ishak dan Joesoef pun mengenalnya sebagai orang yang rajin membawa catatan ke mana-mana, dan kebiasaannya tak lain dari mencatat apa-apa yang dikatakan lawan bicaranya. Ia tak ubahnya sebagai “kamus berjalan” yang bisa dimintai bantuannya bila seseorang lupa atau tak mampu mengingat-ingat suatu hal penting yang ingin dikemukakan.