Ritus Antiokhia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 16:
 
=== Ibadat umat beriman ===
Dimulai dengan suatu litani yang lebih panjang untuk berbagai niat, bagi perdamaian, Gereja, para uskup (Yakobus, Klemens, [[Evodius]], dan [[AnnianusAnianus]] disebutkan), para imam, para diakon, para pelayan, para [[lektolektor]]r (pembaca AlkitabKitab Suci), para penyanyi, para perawan, para janda, yatim-piatu, orang-orang yang telahsudah menikahberumah tangga, orang-orang yang baru dibaptis, orang-orang di dalam penjara, bagi musuh-musuh, para penganiaya dst., dan akhirnya "bagi segenap umat KristianiKristen". Sesudah litani diadakan pengumpulan kolekte, kemudian sapaan lainnya dari uskup dan Salam damai.
 
Sebelum Persembahan para diakon berdiri di pintu-pintu untuk kaum pria dan para subdiakon di pintu-pintu untuk kaum wanita "agar tak seorang pun dapat keluar, dan tak satu pintu pun dapat dibuka", lalu diakon memperingatkan agar semua [[katekumen]], orang-orang yang tidak percaya, dan para bidaah untuk meninggalkan tempat, para ibu untuk mengawasi anak-anak mereka, agar jangan ada orang yang berpura-pura, dan semua orang agar berdiri dengan takut dan gentar. Lalu para [[diakon]] mengantarkan persembahan kepada uskup di altar.
Baris 28:
Menyusul Anamnesis ("Oleh karena itu untuk mengenang sengsara dan wafat dan kebangkitan dan kembali-Nya ke surga dan kedatangan-Nya yang kedua kelak …"), Epiklesis atau permohonan ("utuslah Roh Kudus-Mu, saksi dari sengsara Tuhan Yesus ke atas persembahan ini, agar Dia mengubah roti ini menjadi tubuh dari Kristus-Mu dan piala ini menjadi darah Kristus-Mu …"), dan semacam litani (doa umat) bagi Gereja, kaum [[klerus]], Kaisar, dan bagi segala macam dan keadaan manusia, yang diakhiri dengan doksologi (pujian bagi Allah Tritunggal), "lalu seluruh umat berkata: Amin." Dalam litani ini terdapat permohonan khusus (sesudah doa bagi Kaisar dan tentara) yang melibatkan orang-orang kudus bagi orang-orang yang hidup yang bagi mereka uskup berdoa: "Kami juga mempersembahkan kurban ini bersama segenap patriark, para nabi, para rasul yang benar, para martir, para pembela iman, para uskup, para imam, para diakon, para subdiakon, para [[lektor]], para penyanyi, para perawan, para janda, umat awam, dan semua nama yang Engkau kenal, yang kudus dan berkehendak baik." Setelah salam damai (Damai Allah beserta kalian semua) diakon mengajak umat untuk berdoa bagi berbagai hal yang hampir sama dengan [[litani]] uskup tadi, lalu uskup menghimpun semua doa mereka dalam suatu kolekte.
 
Uskup kemudian menunjukkan kepada mereka Ekaristi Kudus, sambil berkata: "Hal-halyang yangserba kudus bagi yangorang-orang kudus" dan mereka menjawab: "hanya Satu jua yang kudus, hanya Satu jua yang adalah Tuhan, Yesus Kristus dalam kemuliaan Allah bapa, dst." Uskup membagikan komuni suci dalam bentuk roti kepada tiap umat, sambil berkata: "Tubuh Kristus", dan penerima komuni menjawab:"Amin". Diakon melanjutkan dengan piala, sambil berkata: "Darah Kristus, piala kehidupan." Dijawab: "Amin." Pada saat umat menerima komuni, didaraskan mazmur 33 (Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu). Seusai komuni diakon mengambil yang tersisa dari Sakramen yang Terberkati untuk disimpan dalam [[tabernakel]] (''pastophória''). Kemudian diikuti ucapan syukur singkat, lalu uskup membubarkan umat dan diakon mengakhiri perayaan dengan berkata: "Pergilah dalam damai."
 
Seluruh liturgi tersebut, menurut si penyusun berasal dari para Rasul, dan dia menyisipkan kalimat-kalimat yang menerangkan bahwa bagian liturgi tertentu disusun oleh Rasul tertentu, misalnya: "Dan aku, Yakobus, saudara [[Yohanes]] putera Zebedeus, berkata bahwa diakon harus pertama-tama berkata: 'Tak seorang pun dari para katekumen,'" dst. Kitab yang kedua dari Konstitusi Apostolik memuat garis besar suatu liturgi (hampir tidak lebih dari sekadar catatan-catatan kaki) yang dalam praktiknya berhubungan dengan liturgi di atas. Semua liturgi dari kelas Antiokhia mengikuti kerangka umum yang sama dengan liturgi Konstitusi Apostolik. Sedikit demi sedikit persiapan persembahan (Prothesis, kata ini juga digunakan untuk menyebut meja kredens), sebelum liturgi yang sesungguhnya dimulai, berkembang menjadi suatu upacara yang rumit.