Li Zhengji: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glent (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi ''''Li Zhengji''' (Hanzi: 李正己, Hangul: 이정기, 733-781), '''Yi Jeong-gi''' dalam dialek Korea, alias '''Li Huaiyu''' atau '''Yi Hui-ok''' (李怀...'
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 21 Januari 2009 00.54

Li Zhengji (Hanzi: 李正己, Hangul: 이정기, 733-781), Yi Jeong-gi dalam dialek Korea, alias Li Huaiyu atau Yi Hui-ok (李怀玉), Pangeran Raoyang, adalah seorang jenderal Tiongkok berdarah Korea pada pertengahan Dinasti Tang. Ia menguasai wilayah yang luas yang sekarang meliputi Provinsi Shandong, kekuasaannya begitu besar hingga ditakuti oleh para gubernur militer lain bahkan oleh pihak kekaisaran.

Kehidupan awal

Li Huaiyu lahir di Pinglu (sekarang Chaoyang, Liaoning) pada masa pemerintahan Kaisar Tang Xuanzong. Keluarganya berasal dari Kerajaan Goguryeo, Korea, yang sudah menetap lama di Tiongkok. Tahun 758, bersama sepupunya, Hou Xiyi, ia mengawali karirnya dalam militer sebagai tentara di ibukota Pinglu, Yingzhou. Pada tahun itu juga, gubernur militer Wang Xuanzhi meninggal, di saat yang sama Tiongkok juga sedang diguncang oleh Pemberontakan Anshi di bawah pimpinan An Lushan yang mendeklarasikan berdirinya Dinasti Yan. Kaisar Suzong (putra Kaisar Xuanzong yang naik tahta menggantikannya), mengirim utusan ke Pinglu guna memilih pengganti Wang untuk memimpin tentara Pinglu. Li yakin putra Wang akan terpilih sebagai gubernur militer menggantikan ayahnya, maka sebelum hal itu terlaksana ia membunuhnya dan mendukung Hou Xiyi untuk menempati jabatan Wang. Saat itu posisi kaisar Tang sudah sangat lemah, kekuasaannya hanya terbatas di ibukota dan sekitarnya, sedangkan di tingkat daerah, kekuasaan sesungguhnya berada di tangan para gubernur militer yang sudah tidak terlalu memandang kaisar lagi, sehingga setelah kudeta berdarah itu, Kaisar Suzong pun mengangkat Hou sebagai deputi gubernur militer dan tak lama kemudian akhirnya menjadikannya gubernur militer.

Di bawah Hou Xiyi

Hingga tahun 762, wilayah Pinglu menghadapi situasi kritis, selain karena terisolasi dari wilayah Tang akibat pengepungan oleh pasukan pemberontak Yan, juga sering diserang oleh suku-suku barbar seperti Qidan dan Xi. Hou Xiyi memimpin tentara Pinglu menyerbu jenderal Yan, Li Huaixian, di Fanyang (sekarang Beijing). Setelah itu ia menuju ke selatan Shandong hingga akhirnya bergabung dengan jenderal Tang lainnya, Tian Shen’gong dan Neng Yuanhao, mereka lalu bergabung memerangi jenderal-jenderal Yan di wilayah timur. Tahun itu juga, setelah Kaisar Suzong mangkat, penggantinya, Daizong, mengangkat Hou menjadi gubernur militer Ziqing (beribukota di Weifang, Shandong) dan menganugerahinya kekuasaan atas enam prefektur. Wilayah Ziqing lalu disatukan ke dalam wilayah Pinglu. Hou lalu melanjutkan kampanye militernya melawan kaum pemberontak dan memberikan kontribusi besar menumpas pemberontakan itu tahun 763. Li Huaiyu selalu menyertai Hou dalam setiap kampanye militernya dan selalu melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik sehingga Hou mengangkatnya sebagai asistennya.

Pasca Pemberontakan Anshi, Hou mulai tidak populer di mata anak buahnya karena terlalu banyak memboroskan anggaran daerah dan memaksa mereka bekerja lebih keras hanya untuk membiayai kesenangan pribadinya seperti berburu dan berjudi, serta pembangunan kuil-kuil Budha dan menara penyembahan. Melihat Li lebih disenangi pasukannya daripada dirinya, Hou mulai merasa khawatir sehingga ia mendepak Li dari jabatannya padahal Li tidak berbuat kesalahan apapun. Suatu hari pada musim panas 765, ketika Hou sedang berada di luar kota melakukan ritual keagamaan, tentaranya melakukan pemberontakan, mereka menutup gerbang kota untuk mencegah Hou pulang serta mendukung Li Huaiyu sebagai komandan mereka yang baru. Hou melarikan diri ke ibukota Chang’an (sekarang Xi'an, Shaanxi) meminta perlindungan istana, ia tidak pernah kembali lagi ke wilayahnya dan menghabiskan sisa hidupnya di ibukota. Menanggapi peristiwa ini, Kaisar Daizong mengangkat putranya, Li Miao, Pangeran Zheng, sebagai gubernur militer Pinglu namun hanya sebatas gelar, sementara Li diangkat menjadi pejabat gubernur militer dan diberi nama kehormatan Zhengji (yang artinya ‘memperbaiki diri’). Li memerintah wilayah Pinglu secara independen, hampir sepenuhnya lepas dari kekuasaan kaisar. Ia menjalin aliansi dengan beberapa gubernur militer lain seperti Liang Chongyi, Li Baochen, Tian Chengsi, Xue Song, dan Li Huaixian (empat orang terakhir adalah mantan jenderal pemberontak Yan yang telah menyerah pada pemerintah Tang). Kekuasaan Li semakin luas hingga membawahi sepuluh prefektur.

Sebagai gubernur militer

Tidak lama kemudian, Li akhirnya secara resmi diangkat sebagai gubernur militer. Ia mempertahankan aliansi dengan para gubernur militer lain yang memperjuangkan kebebasan de facto dari kekaisaran untuk mewariskan wilayah kekuasaan kepada keturunan mereka. Untuk mempererat hubungan ini, ia menikahkan putrinya dengan salah seorang putra Li Baochen, Li Weicheng, dan putranya, Li Na, dengan salah seorang putri Li Baochen. Tahun 775, Li Zhengji dan Li Baochen sudah kehilangan kesabaran terhadap Tian Chengsi yang sering meremehkan mereka dan sering mencaplok daerah milik Xue Song yang sesama anggota aliansi, dan mengklaimnya sebagai bagian dari wilayah Weibo miliknya, selain itu dalam sebuah insiden, Tian memukuli adik Li Baochen, Li Baozheng, hingga tewas. Tahun itu juga, Li Zhengji dan Li Baochen mengirim proposal pada kaisar untuk meminta persetujuan menyerang Tian. Kaisar menyetujuinya, bahkan memerintahkan pasukan dari beberapa wilayah militer lain yang setia pada pemerintah (dengan Li Chongzhen, Zhu Tao, dan Xie Jianxun sebagai komandan) untuk membantu mereka. Pada mulanya pasukan gabungan itu berhasil mengalahkan Tian dalam beberapa pertempuran, namun belakangan mulai terjadi keretakan di antara para komandan. Li Zhengji menarik mundur pasukannya setelah mereka protes karena penghargaan yang mereka terima lebih kecil daripada pasukan Li Baochen. Tian memanfaatkan situasi ini dengan mengirim utusan untuk menghasut Li Zhengji dengan janji akan membagikan sebagian wilayahnya untuk Li. Li menyetujuinya dan ia pun menghentikan serangan sepenuhnya. Setelah itu Tian mengadu domba Li Baochen dengan Zhu. Menyadari kampanye militer ini di ambang kegagalan, Kaisar Daizong terpaksa menghentikannya. Tian luput dari hukuman dan tetap memegang jabatannya berkat pembelaan Li di depan kaisar.

Tahun 776, setelah kematian Tian Shenyu (saudara Tian Shen’gong), pejabat gubernur militer wilayah Biansong (beribukota di Kaifeng, Henan). Salah seorang bawahan Tian, bernama Li Lingyao mengambil alih kekuasaan dan menyatakan wilayahnya terpisah dari kekaisaran Tang. Kaisar memerintahkan Li Zhengji, Li Chongzhen, Li Mian, Ma Sui, dan Chen Shaoyu untuk menumpas pemberontakan itu. Li Chongzhen dan Ma memimpin pasukan inti menyerang ibukota Biansong, sementara komandan lainnya termasuk Li menyerang Biansong dari arah lain. Dalam perang ini, Li berhasil menaklukkan lima dari delapan prefektur di wilayah Biansong. Ia meminta ijin pada kaisar agar memperbolehkannya mengintegrasikan kelima wilayah itu ke dalam wilayah kekuasaannya. Setelah permohonannya disetujui, Li memindahkan ibukotanya dari Qingzhou ke Yunzhou (sekarang Tai'an, Shandong). Ia mempercayakan ibukota lama pada putranya, Li Na. Atas permintaannya pula, kaisar memasukkan keluarganya ke dalam daftar keluarga kekaisaran dan memberinya gelar kebangsawanan Pangeran Raoyang. Sejak itulah kekuasaanya semakin besar, ia adalah gubernur militer paling berpengaruh pada masanya dengan membawahi lebih dari 100.000 tentara. Ia memerintah Pinglu dengan tangan besi, kebebasan bicara diberangus, konon rakyat sampai tidak berani berbicara sembarangan di depan umum, namun ia berhasil menciptakan undang-undang yang adil dan tidak berbelit-belit, selain itu rakyat juga menikmati pajak yang rendah. Gubernur militer lain di sekitarnya pun segan padanya.

Tahun 779, Kaisar Daizong mangkat dan digantikan oleh putranya, Li Kuo, yang naik tahta sebagai Kaisar Tang Dezong. Kaisar baru ini berencana untuk memangkas kekuasaan para gubernur militer. Li mencoba mencari muka pada kaisar baru itu dengan menawarkan sejumlah besar uang sebagai upeti. Atas saran perdana menteri Cui Youfu, kaisar mengirim utusan ke Pinglu untuk menerima upeti yang ditawarkan Li, namun uang itu malah dibagi-bagikan pada tentara Pinglu. Tindakan itu membuat Li terkesan akan sikap kaisar yang murah hati dan tidak tergiur harta sekaligus kesal karena gagal menarik hatinya. Tahun 780, setelah pasukan pemerintah berhasil menumpas pemberontakan Liu Wenxi, kaisar memperlihatkan kepala Liu pada Li. Hal ini membuatnya semakin gelisah dan mulai mempersiapkan diri untuk berperang dengan pasukan kekaisaran.

Musim semi 781, Li Baochen meninggal. Kaisar Dezong menolak permintaan putranya, Li Weiyue, untuk menggantikannya sebagai gubernur militer Chengde (beribukota di Shijiazhuang, Hebei). Li Weiyue mempersiapkan pasukan untuk memberontak karena penolakan tersebut. Sesuai dengan pakta aliansi, Li Zhengji dan Tian Yue (keponakan Tian Chengsi yang telah menggantikannya tahun 779 dengan persetujuan istana) juga turut mendukung Li Weiyue dalam pemberontakan. Mereka memanfaatkan dihukum matinya perdana menteri Liu Yan akibat fitnah oleh Yang Yan sebagai alasan melakukan pemberontakan. Pada babak awal peperangan, Li gagal menghentikan kapal yang mengangkut perbekalan dari Sungai Yangtze yang menyusuri Kanal Besar yang menuju ke Chang’an. Jenderal Zhang Wanfu dari pihak Tang berhasil mengawal kapal-kapal itu hingga selamat sampai tujuan tanpa menghiraukan intimidasi tentara Pinglu. Li meninggal pada tahun itu juga di tengah peperangan yang masih berkecamuk (antara musim panas atau musim gugur) karena sakit. Putranya, Li Na, juga tidak mendapatkan persetujuan istana untuk meneruskannya, namun belakangan ia berhasil memperjuangkan hak waris atas jabatan ayahnya dan mendapat persetujuan istana setelah perang yang berlarut-larut.