Perang Bubat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 35:
 
== Kesalah-pahaman ==
Raja Sunda datang ke Bubat beserta permaisuri dan putri Mayang Sari dengan diiringi prajurit menggunakan dua ratus kapal kecil dan jumlah totalnya adalah 2.000 kapal datang ke Kerajaan Majapahit sebagaimana diceritakan dalam [[Kidung Sunda]]. Namun dengan adanya perintah dari Ayahanda Hayam Wuruk yaitu Krtawarddhana kepada Gajah Mada untuk membatalkan pernikahan karena telah dijodohkannya Hayam Wuruk dengan Indudewi, anak Rajadewi Maharajasa yang bekedudukan di Daha (Kediri) menurut tafsir kisah ''Panji Angreni'' oleh Sejarawan Agus Aris MunanadarMunandar<ref>{{Cite web|date=2015-05-22|title=Drama Bubat dan Panas-Dingin Hubungan Majapahit-Sunda|url=https://historia.id/kuno/articles/drama-bubat-dan-panas-dingin-hubungan-majapahit-sunda-DnE7B|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2021-12-25}}</ref>dan merujuk kepada [[Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara|''Pustaka Rajyarajya'']] yang berasal dari Cirebon & merupakan bagian dari [[Naskah Wangsakerta]] yang tersimpan di Museum Sejarah Sunda "Sri Baduga" di [[Bandung]] memperlihatkan adanya kedekatan darah antara Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka, dari adanya pernikahan Rakyan Jayadarma dengan [[Dyah Lembu Tal]]. Maka [[Gajah Mada]] menyarankan Hayam Wuruk untuk tidak melanjutkan rencana pernikahan. Dimana hal ini membuat Kerajaan Sunda merasa dipermalukan, hingga pada akhirnya memilih berperang melawan Majapahit demi menjaga kehormatan.
 
Menurut Kidung Sundayana,{{fact}} timbul niat Mahapatih [[Gajah Mada]] untuk menguasai Kerajaan Sunda. Gajah Mada ingin memenuhi [[Sumpah Palapa]] yang dibuatnya pada masa sebelum Hayam Wuruk naik tahta, sebab dari berbagai kerajaan di Nusantara yang sudah ditaklukkan Majapahit, hanya kerajaan Sunda lah yang belum dikuasai.