Perang Bubat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan 223.255.227.30 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Rachmat04
Tag: Pengembalian SWViewer [1.4]
Padhiba (bicara | kontrib)
k Menambahkan berdasarkan update terbaru
Baris 54:
 
Hal yang menarik antara lain, meskipun [[Bali]] sering kali dianggap sebagai pewaris kebudayaan Majapahit, masyarakat Bali sepertinya cenderung berpihak kepada kerajaan Sunda dalam hal ini, seperti terbukti dalam naskah Bali ''[[Kidung Sunda]]''. Penghormatan dan kekaguman pihak Bali atas tindakan keluarga kerajaan Sunda yang dengan gagah berani menghadapi kematian, sangat mungkin karena kesesuaiannya dengan ajaran [[Hindu]] mengenai tata perilaku dan nilai-nilai kehormatan kasta [[ksatriya]], bahwa kematian yang utama dan sempurna bagi seorang ksatriya adalah di ujung pedang di tengah medan laga. Nilai-nilai kepahlawanan dan keberanian ini mendapatkan sandingannya dalam kebudayaan Bali, yakni tradisi [[puputan]], pertempuran hingga mati yang dilakukan kaum prianya, disusul ritual bunuh diri yang dilakukan kaum wanitanya. Mereka memilih mati mulia daripada menyerah, tetap hidup, tetapi menanggung malu, kehinaan dan kekalahan.
 
== Rekonsiliasi ==
‎Karena pertempuran tragis ini menjadi keluhan sejarah-budaya yang menegangkan hubungan antar-etnis antara orang ‎‎Jawa‎‎ dan ‎‎Sunda‎‎ - dua kelompok etnis terbesar ‎‎di Indonesia‎‎ selama berabad-abad, ada upaya bersama untuk mendamaikan hubungan, antara lain dengan mengganti nama jalan-jalan kota. Pada 6 Maret 2018, Gubernur Jawa Timur, ‎‎Soekarwo,‎‎bersama Gubernur Jawa Barat, ‎‎Ahmad Heryawan‎‎ (Aher), dan Gubernur Yogyakarta, Sri Sultan ‎‎Hamengkubuwono X,‎‎menggelar Rekonsiliasi Budaya Kerukunan Budaya Sunda-Jawa di Hotel Bumi Surabaya, Selasa, 6 Maret 2018. Mereka sepakat untuk mengakhiri masalah pasca-Bubat dengan mengganti nama jalan arteri di Surabaya, Yogyakarta dan Bandung. ‎<ref>{{Cite web|date=2018-05-06|title=Peristiwa {{!}} 3 Gubernur Rekonsiliasi 661 Tahun Masalah…|url=https://web.archive.org/web/20180506105615/http://jatim.metrotvnews.com/peristiwa/yKXVaW4b-3-gubernur-rekonsiliasi-661-tahun-masalah-budaya-sunda-jawa|website=web.archive.org|access-date=2021-12-09}}</ref>
 
‎Nama dua jalan arteri di Kota ‎‎Surabaya‎‎ diganti dengan identitas Sunda. Jalan Gunungsari diganti dengan nama Jalan Prabu Siliwangi dan Jalan Dinoyo digantikan oleh Jalan Sunda. Melalui ini, Jalan Prabu Siliwangi kini akhirnya berdampingan dengan Jalan Gajah Mada, sedangkan Jalan Sunda kini berdampingan dengan Jalan Majapahit. "Melalui peristiwa ini, permasalahan antara etnis Jawa dan Sunda yang terjadi sejak 661 tahun terakhir selesai hari ini. Alhamdulillah, baik saya maupun Pak Aher akhirnya bisa menemukan titik temu," kata Soekarwo. ‎
 
‎Di ‎‎Bandung,‎‎nama Jalan Majapahit akan menggantikan Jalan Gasibu di tengah kota, dan Jalan Kopo diganti Jalan Hayam Wuruk. Penggantian kedua ruas jalan ini diperkirakan akan berlangsung pada April atau awal Mei 2018," kata Aher. ‎
 
‎Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X menambahkan, penamaan jalan-jalan ini diharapkan dapat mematahkan sejarah kelam yang terletak pada hubungan antara orang Sunda dan Jawa. Pemkot Yogyakarta juga akan melakukan hal yang sama. ‎‎"Yogyakarta‎‎ telah menempatkan nama Jalan Siliwangi, Pajajaran dan Majapahit menjadi satu kesatuan jalan dalam satu lajur, dari perempatan Pelemgurih ke Jombor sampai simpang tiga Maguwoharjo dan persimpangan Jalan Wonosari," katanya. ‎<ref>{{Cite web|date=2018-05-06|title=Peristiwa {{!}} 3 Gubernur Rekonsiliasi 661 Tahun Masalah…|url=https://web.archive.org/web/20180506105615/http://jatim.metrotvnews.com/peristiwa/yKXVaW4b-3-gubernur-rekonsiliasi-661-tahun-masalah-budaya-sunda-jawa|website=web.archive.org|access-date=2021-12-09}}</ref>
 
Pada November-Desember 2021 Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mengunjungi Yogyakarta dan bertemu Sri Sultan HB X. Juga sebaliknya Sri Sultan HB X berkunjung ke Bandung dan betemu dengan Ridwan Kamil. Kemudian pada 8 Desember 2021, Bapak Ridwan Kamil memposting Reels Instagram dengan caption :<blockquote>GADIS SUNDA DILARANG MENIKAHI LELAKI JAWA?
 
Itu hanya mitos yang diproduksi dalam menafsirkan peristiwa bersejarah Perang Bubat yang sudah jauh lewat dan memiliki multitafsir sejarah.
 
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X bersepakat dengan kami di Pemprov Jawa Barat untuk terus membangun narasi persatuan dan perdamaian di tengah bisingnya ruang informasi bangsa ini dengan banyaknya tontonan pertengkaran di level elit dan akar rumput.
 
Kami saling kunjung mengunjungi. Kami datang ke Jogja minggu lalu dan Sri Sultan datang ke Bandung minggu ini. Kami saling muhibah kesenian dan kebudayaan.
 
Saya menjadi supir tamu istimewa ini, menggunakan mobil listrik keliling Bandung, karena banyak yang tidak tahu, bahwa Sri Sultan dulu ngapel pacarannya dengan Ratu Hemas itu di Bandung, saat Ratu Hemas ikut orangtuanya dinas di Pindad. Termasuk ngapelnya selalu makan di Ayam Goreng Panaitan.
 
Di Jogja sudah hadir Jln Pajajaran dan Jln Siliwangi. Sementara di Bandung hadir Jln Majapahit dan Jln Hayam Wuruk.
 
Banyak yang tidak tahu, jika Alun-alun Utara Jogjakarta salah satu pohon beringin yang bernama Wijayandaru adalah pohon yang bibitnya diambil dari Keraton Pajajaran.
 
Tarian Bedhoyo Sapto ciptaan Sri Sultan HB IX, adalah terjemahan dari Serat Pajajaran yang diekspresikan dalam sendra tari keraton Jogja.
 
Mari kedepankan narasi dan posting2 yang membawa rasa persatuan dan perdamaian.
 
#yogyaistimewa #jabarjuara
 
<ref>{{Cite web|title=Masuk • Instagram|url=https://www.instagram.com/accounts/login/|website=www.instagram.com|access-date=2021-12-09}}</ref>[[Berkas:Ridwan Kamil di depan plang Jalan Padjajaran di Yogyakarta.jpg|al=Ridwan Kamil di depan plang Jalan Padjajaran di Yogyakarta|jmpl|Ridwan Kamil di depan plang Jalan Padjajaran di Yogyakarta]]</blockquote>
[[Berkas:Jalan Majapahit dan Jalan Hayam Wuruk di Kota Bandung.jpg|al=Ridwan Kamil berfoto dengan Sri Sultan HB X di depan plang Jalan Majapahit di kota Bandung|jmpl|Ridwan Kamil berfoto dengan Sri Sultan HB X di depan plang Jalan Majapahit di kota Bandung]]
 
== Referensi ==