Saras Dewi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 37:
 
=== Penulis dan aktivis ===
Saras telah menerbitkan 4 buku. Buku pertama adalah karya sastra kumpulan puisi dengan judul ''Jiwa Putih'' pada tahun 2004. Buku kedua merupakan buku nonfiksi tentang ''Hak Asasi Manusia'' yang diterbitkan pada tahun 2006 oleh UI Press yang bekerja sama dengan Uni Eropa, sedangkan buku ketiga yang berjudul ''Cinta Bukan Coklat'' terbit pada tahun 2010 dan yang baru terbit pada tahun 2015 berjudul ''Ekofenomenologi''.<ref>https://lokadata.id/artikel/saras-dewi-dan-kisah-selain-bali</ref>
 
Tulisannya sebagai kolumnis dimuat di berbagai media, termasuk [[Media Indonesia]], [[Jawa Pos]], Bali Post, Media Hindu, Raditya, Nusa Tenggara Post. Dia banyak menulis terkait tema-tema sosial, budaya, dan politik. Selain itu, Saras kerap mengirimkan puisi-puisi dan telah dimuat oleh Media Indonesia dan Bali Post. Esai terbarunya diterbitkan oleh Jawa Pos yang berjudul Melampaui Kebencian; Kosmos dan Pendidikan Karakter; Pilpres dan Politik Ekologi; Hak Asasi Manusia dan Ambivalensi Politik; Realitas Semu Demokrasi di Indonesia; Kekerasan Seksual dan Budaya Diskriminasi; dan Tak Ada yang Privat dalam Kekerasan Seksual yang ditampilkan dalam segmen halaman muka Sudut Pandang.{{fact}}
 
Saras juga terlibat dalam gerakan konser amal dan koin sastra untuk penyelamatan [[Pusat Dokumentasi Sastra H.B Jassin]] karena adanya pemotongan anggaran operasional dari Pemrpov DKI di era [[Fauzi Bowo]] yang mengangkat keprihatinan seniman Jakarta dan pecinta sastra. Sebagai pengguna aktif media sosial twitter, dia membantu menyuarakan kesadaran akan peran seni sastra dan masalah yang dihadapi lewat akun pribadinya.<ref name="Saras Dewi: Philosophical songs"/><ref>{{cite news|title=Konser Amal untuk PDS HB Jassin|url=http://nasional.kompas.com/read/2011/04/13/0441476/Konser.Amal.untuk.PDS.HB.Jassin|work=kompas.com|date=13 April 2011}}</ref> Pada tahun 2014, dia bersama [[Wahana Lingkungan Hidup Indonesia|Walhi]] dan beberapa artis lokal Bali sama-sama memperjuangkan penolakan reklamasi kawasan hijau Benoa. Dia melihat ada ketidakseimbangan, hancurnya Bali, hilangnya spesies, kehidupan yang tidak seimbang, sampah, limbah, kemacetan, dan kelebihan populasi yang luar biasa.{{fact}}
 
Dalam kasus pelecehan seksual yang dilakukan penyair, sastrawan dan budayawan [[Sitok Srengenge]], dia juga vokal mengusut dan mendampingi korban yang juga mahasiswi [[Universitas Indonesia]] karena sejak awal korban telah datang kepadanya dan bercerita tentang kasus ini.<ref>{{cite news|title=Perkosa Mahasiswi UI, Sitok Merasa Bersalah tapi Tak Mau Tanggung Jawab|url=http://beritajatim.com/hukum_kriminal/191223/perkosa_mahasiswi_ui,_sitok_merasa_bersalah_tapi_tak_mau_tanggung_jawab.html#.U_Six2Mucn4|work=beritajatim.com|date=30 November 2013|access-date=2014-08-20|archive-date=2014-08-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20140821203457/http://beritajatim.com/hukum_kriminal/191223/perkosa_mahasiswi_ui,_sitok_merasa_bersalah_tapi_tak_mau_tanggung_jawab.html#.U_Six2Mucn4|dead-url=yes}}</ref><ref>{{cite news|title=Korban Sitok Srengenge Diduga Lebih Dari Tiga|url=http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/korban-sitok-srengenge-diduga-lebih-dari-tiga-eba4eb.html|work=kapanlagi.com|date=18 Desember 2013}}</ref>
 
Selama 3 bulan, Mei-Juli 2015 mengikuti ''fellowship'' dan riset ke [[Universitas Leiden|Leiden University.]].{{fact}}
 
Saras Dewi dipilih oleh [[Dewan Kesenian Jakarta]] sebagai penyaji pidato kebudayaan yang berjudul Sembahyang Bhuvana bertempat di [[Taman Ismail Marzuki]] (TIM) pada tanggal 10 November 2018. Dia memaparkan pidato yang berfokus pada masalah pengetahuan dan lingkungan hidup yang sedang mengalami krisis.<ref> https://dkj.or.id/komite/pidato-kebudayaan-dewan-kesenian-jakarta-dkj-2018-sembahyang-bhuvana-oleh-saras-dewi/</ref><ref>https://www.gatra.com/detail/news/364139-Pidato-Kebudayaan-DKJ-2018-Alam-Jadi-Solusi-Masalah-Budaya</ref><ref>https://www.jawapos.com/photo/pidato-kebudayaan-dewan-kesenian-jakarta/</ref>
 
== Diskografi ==