Ketupat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan 180.253.172.129 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh AABot Tag: Pengembalian |
Angayubagia (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
Baris 24:
== Sejarah dan Penggunaan Lain ==
[[Berkas:Ketupat weaving 5.jpg|jmpl|
Di antara beberapa kalangan di Pulau [[Jawa]], ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam [[jimat]]. Ada masyarakat yang memegang [[tradisi]] untuk tidak membuat ketupat pada hari biasa, sehingga ketupat hanya disajikan sewaktu lebaran dan hingga lima hari (Jawa, ''sepasar'') sesudahnya. Bahkan ada beberapa daerah di Pulau Jawa yang hanya menyajikan ketupat pada hari ketujuh sesudah lebaran saja atau biasa disebut dengan Hari Raya Ketupat.
Di pulau [[Bali]], ketupat (di sana disebut tipat) sering dipersembahkan sebagai sesajian [[upacara]]. Selain untuk sesaji, di Bali ketupat dijual keliling untuk makanan tambahan yang setaraf dengan bakso, terutama penjual makanan ini banyak dijumpai di [[Pantai Kuta]] dengan didorong keliling di sana.
▲[[Berkas:Ketupat nipah 110317-13487 sagt.JPG|jmpl|Ketupat dari daun [[nipah]] ]]
Tradisi ketupat (kupat) lebaran menurut cerita adalah simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa ''ku'' = ''ngaku'' (mengakui) dan ''pat'' = ''lepat'' (kesalahan) yang digunakan oleh [[Sunan Kalijaga]] dalam mensyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa yang pada waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan kupat. Asilmilasi budaya dan keyakinan ini akhirnya mampu menggeser kesakralan ketupat menjadi tradisi Islami ketika ketupat menjadi makanan yang selalu ada di saat umat Islam merayakan lebaran sebagai momen yang tepat untuk saling meminta maaf dan mengakui kesalahan.[https://historia.id/politik/articles/mengunyah-sejarah-ketupat-Pdag6][https://lifestyle.kompas.com/read/2012/08/21/12585474/Dari.Mana.Asal.Ketupat]
|