Selat Muria: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Copy edit
Baris 17:
| islands = [[Kepulauan Sunda Besar|Sunda besar]]
}}
'''Selat Muria''' adalah sebuah selat yang dahulu pernah ada dan menghubungkan antara [[Pulau Jawa]] dan Pulau Muria. Selat ini pernah menjadi kawasan perdagangan yang ramai, dengan kota-kota dagang seperti [[Kabupaten Demak|Demak]], [[Jepara]], [[Pati]], dan [[Juwana, Pati|Juwana]]. Pada sekitar 1657, endapan-endapan sungai yang bermuara di selat ini terbawa ke laut sehingga selat ini semakin lama semakin dangkal dan menghilang, sehingga Pulau Muria bergabung dengan Pulau Jawa.<ref name="tmg">Dagh-register gehouden int Casteel Batavia: vant passerende daer ter plaetse als over geheel Nederlandts-India (1656-1657), hlm. 27 via ''www.sejarah-nusantara.anri.go.id''</ref> Sehingga Pulau Muria bergabung dengan Pulau Jawa.
 
== Geografi ==
Selat Muria saat ini termasuk dalam dataran non-struktur utama, yang artinya diperkirakan dalam sebuah periode di masa lalu kawasan tersebut merupakan lautan.<ref>{{cite book|last1=Van Bemmelen|first1=Reinout Willem|year=1949|title=Geology of Indonesia|publication-place=Den Haag|publisher=Government Printing Office|isbn=9789024711741|publication-place=Den Haag}}</ref>
 
}}</ref>.
=== Pulau Muria ===
Pada saat Selat Muria masih ada terdepat sebuah pulau yang disebut Pulau Muria. Bentang alam Pulau Muria sendiri terdiri dari [[Gunung Muria]] yang terletak di tengah-tengah. Sedangkan di bagian selatan terdapat perbukitan Patiayam yang terbentuk dari aktivitas vulkanik Gunung Muria di masa lalu (beberapa contohnya adalah [[Maar]] Bambang, Maar Gunungrowo, dan Maar Gembong).<ref name="bnntr">{{cite book|last1=Masruri|first1=Ahmad Bukhori|editor-last1=Masruri|editor-first1=Bukhori|year=2021|orig-date=2021|chapter=Jati, Juwana, dan Jung Jawa: Geohistoris Pegunungan Kendeng dan Selat Muria|title=Benantara, Bentang Alam dalam Gelombang Sejarah Nusantara|language=Indonesia|edition=1|publication-place=Jakarta|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|page=82|isbn=9786024816551
}}</ref>
 
Catatan [[paleontologi]] menyebutkan bahwa wilayah perbukitan Patiayam memiliki beragam fosil kerbau purba (''Bos bubalis paleokarbau''), banteng (''Bos bibos paleosondaicus'', famili rusa/''Cervidae'' (''Cervus zwaani''), famili babi hutan, gajah, gajah [[stegodon]], famili kuda nil, famili harimau, famili penyu, dan fosil [[moluska]].<ref>{{cite journal|last1=Siswanto|first1=|last2=Noerwidi|first2=Sofwan|date=2016|title=Posisi Fauna Situs Patiayam dalam Biostratifigasi Jawa|url=https://media.neliti.com/media/publications/197094-ID-posisi-fauna-situs-patiayam-dalam-biostr.pdf|journal=Jurnal Sangkhakala|volume=19|issue=2|pages=149-166|doi=10.24832/sba.v19i2.31|access-date=16 November 2021}}</ref>
 
Di pulau ini pula terletak kota-kota ibukota kabupaten pantai utara jawa saat ini seperti Jepara, Kudus, dan Pati.
 
== Pelabuhan ==
Pada masanya di tepi Selat Muria terdapat pelabuhan-pelabuhan perdagangan dengan berbagai komoditas seperti kain tradisional dari Jepara, garam dan [[terasi]] dari Juwana, serta beras dari wilayah pedalaman Pulau Jawa dan Pulau Muria.<ref name="cortesao">{{cite book|editor-last1=Cortesão|editor-first1=Armando|year=1944|title=The Suma Oriental of Tomé Pires and the Book of Francisco Rodriguez|publication-place=London|publisher=The Hakluyt Society|isbn=9786022582465}}</ref> Selain itu karena adanya selat juga menjadikan kawasan Selat Muria menjadi lokasi dari galangan-galangan kapal yang memproduksi [[Djong (kapal)|kapal jung jawa]] berbahan [[jati|kayu jati]] yang banyak ditemukan di [[Pegunungan Kendeng]] yang terletak di selatan selat.<ref name="bnntr" /> Adanya industri galangan kapal membuat posisi kawasan ini lebih kaya dibanding pusat [[Kerajaan Majapahit]], sehingga kawasan yang didominasi saudagar Muslim ini dijuluki oleh [[Tomé Pires]], seorang penulis [[Portugal|Portugis]] sebagai "rajanya kapal".<ref name="cortesao" />.
 
Awalnya, kawasan ini terdiri dari pelabuhan-pelabuhan kecil di sekitar selat dengan Demak sebagai pelabuhan utama, namun karena adanya konflik politik maka komoditas yang berasal dari daerah sekitar Selat Muria (Pulau Muria dan Pegunungan Kendeng) beralih menuju ke [[Pelabuhan Sunda Kelapa]].<ref>Singgih, Tri Sulistiyono.(2017). ''Peran Pantai Utara Jawa Dalam Jaringan Perdagangan Rempah'', Dalam ''Rempah Mengubah Dunia'', makalah elektronik, [http://eprints.undip.ac.id/60531 eprints.undip.ac.id/60531] diakses 27 Juni 2021.</ref> Selain itu pada laporan pada tahun 1657, menyebutkan bahwa endapan fluvial dari sungai-sungai yang bermuara ke Selat Muria seperti [[Kali Serang]], [[Sungai Tuntang]], dan [[Sungai Lusi]] mengakibatkan pendangkalan sehingga selat tidak dapat dilintasi kapal-kapal besar. Pusat perdagangan sempat dipindahkan ke Jepara.<ref name="cortesao" /><ref>{{cite journal|last1=Tundjung|first1=|last2=Hidayat|first2=Arief|date=2018|title=Politik Dinasti Dalam Perspektif Ekonomi Dari Kerajaan Demak|url=https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/alursejarah/article/view/2847/2054|journal=Alur Sejarah: Jurnal Pendidikan Sejarah|volume=3|issue=1|pages=|doi=|access-date=16 November 2021}}</ref>. Karena pendangkalan ini, Tumenggung Natairnawa dari Pati sempat memerintahkan untuk menggali endapan di selat tersebut namun endapan makin cepat menghilangkan Selat Muria.<ref name="tmg" /> Pada masa-masa akhir keberadaan Selat Muria terdapat saluran air yang dapat dilewati perahu-perahu kecil yang kini disebut Kalilondo.
 
== Keadaan kini ==
Sisa dari Selat Muria dapat dilihat dengan sebuah sungai yang disebut Kalilondo yang membentang dari Juwana di sebelah timur hingga ke [[Ketanjung, Karanganyar, Demak|Ketanjung]] di sebelah barat.<ref name="kllondo">{{cite web|url=http://aliansirakyatnews.com/2017/10/08/selat-muria-sejarah-yang-terlupakan/|title=Selat Muria, Sejarah Yang Terlupakan|first=|last=|date=8 Oktober 2017|publisher=|accessdate=16 November 2021|via=aliansirakyatnews.com}}</ref> Beberapa sungai juga terbentuk dari bekas Selat Muria seperti [[Sungai Juwana|Sungai Silugunggo]] yang melintasi wilayah [[Kabupaten Pati]].<ref>{{cite journal|last1=Fatimah|first1=Nurul|last2=Taufiq|first2=Muhammad|date=2021|title=Vitalitas Pelabuhan Juwana Sebagai Proses Perdagangan dan Islamisasi abad XVI-XVII|url=http://jos.kopertais10.or.id/index.php/fihros/article/view/61/25|journal=FIHROS: Jurnal Sejarah dan Budaya STAI Syekh Jangkung Pati|volume=5|issue=1|pages=|doi=|access-date=16 November 2021}}</ref>. Di kawasan ini pula sering terjadi penemuan reruntuhan perahu, kapal, dan meriam yang menjadi bukti adanya selat di kawasan ini.<ref name="kllondo" />
 
Selain itu kawasan yang dulunya adalah Selat Muria ini sering dilanda banjir saat musim penghujan.<ref>{{cite web|last=Rasyid|first=Shani|date=9 Februari 2021|title=42 Desa di Pati Terendam Banjir, Ini 3 Faktanya|url=https://www.merdeka.com/jateng/42-desa-di-pati-terendam-banjir-ini-3-faktanya.html|title=42 Desa di Pati Terendam Banjir, Ini 3 Faktanya|first=Shani|last=Rasyid|date=9 Februari 2021|publisher=|accessdate=16 November 2021|via=merdeka.com}}</ref><ref>{{cite web|last=Kusuma|first=Roy|date=22 Januari 2017|title=Korban Banjir Bandang Wonosoco Ditemukan Tewas Di Kali Londo|url=http://www.radiosuarakudus.com/korban-banjir-bandang-wonosoco-ditemukan-tewas-di-kali-londo/|title=Korban Banjir Bandang Wonosoco Ditemukan Tewas Di Kali Londo|first=Roy|last=Kusuma|date=22 Januari 2017|publisher=|accessdate=1 Januari 2020|via=radiosuarakudus.com}}</ref>.
 
== Referensi ==