Berahi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Kembangraps (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Birahi''' adalah istilah dalam [[seksualitas]] yang menunjukkan keadaan kesiapan fisik dan mental suatu [[individu]] untuk melakukan [[hubungan seksual]]/per[[sanggama]]an. Keadaan ini ditunjukkan oleh banyak [[hewan]], termasuk [[manusia]]. Birahi dapat didorong oleh siklus fisik (muncul secara natural) maupun dimanipulasi untuk muncul.
 
Terdapat keadaan birahi yang sedikit berbeda antara manusia dan hewan lainnya. Pada manusia, birahi diketahui lebih banyak dikendalikan oleh kondisi kejiwaan, yang menyebabkan terjadinya perubahan fisik pada beberapa organ. Dengan kata lain, seseorang yang sehat dapat secara relatif mengatur sendiri kesiapannya untuk mencapai kondisi birahi. [[Percumbuan]] adalah perilaku yang paling umum dilakukan untuk mencapai taraf itu. Pada hewan, khususnya berkelamin [[betina]], birahi dikendalikan oleh suatu siklus hormonal ('''siklus estrus''', yang berbeda dengan [[haid|siklus haid]] pada manusia). Hewan betina tidak dapat dirangsang atau merangsang diri untuk siap bersanggama apabila tubuhnya tidak berada pada kondisi yang memungkinkan.
 
Secara fisik, birahi ditunjukkan oleh meningkatnya aliran peredaran darah dan meningkatnya suhu beberapa bagian tubuh, terutama bagian reproduksi. Pada hewan jantan yang memiliki [[penis]], terjadi peningkatan aliran darah ke bagian ini dan penis akan menegang dan mengeras (disebut sebagai [[ereksi]]). Rangsangan terhadap pejantan ini bersifat kemofisik. Khusus pada manusia juga bersifat psikis. Pada betina, birahi ditunjukkan oleh peningkatan suhu di bagian sekitar [[vagina]]. Pada manusia, selain perubahan pada vagina, juga terjadi pengerasan di bagian [[puting susu]] (juga terjadi pada laki-laki). Dalam peternakan [[sapi]] dikenal istilah "3A" yang merupakan singkatan tiga pertanda dalam [[bahasa Jawa]] untuk menunjukkan keadaan birahi (''heat''): ''abang'', ''abuh'', ''anget'' ("merah, membengkak, hangat").