Lapau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 25:
Kehebatan dan pencapain seseorang di rantau tak luput dari pembahasan di lapau, begitu pula dengan persoalan di tanah rantau. Hal ini berguna bagi mereka yang hendak merantau untuk mendapat gambaran tentang rantau yang ingin mereka tuju. Sebaliknya, ketika para perantau Minang pulang ke kampung, biasanya mereka menyempatkan diri untuk pergi ke lapau mendengar informasi tentang perkembangan kampung halaman.
 
Budayawan [[A.A. Navis]] menyebut lapau sebagai ''balai rendah'', berbeda dengan [[Balairung|balai adat]] tempat [[Ninik Mamak|ninik-mamak]] dan pemuka masyarakat bermusyawarah. Namun, [[Hamka|Buya Hamka]] dalam bukunya ''Islam dan adatAdat Minangkabau'' mengkritik orang-orang yang menghabiskan waktunya dengan duduk di lapau.<ref>{{Cite book|last=[[Hamka]]|date=1984|url=https://books.google.co.id/books?id=ZSsaAQAAMAAJ&q=%22sekarang+sudah+habis+masanya+duduk+%22&dq=%22sekarang+sudah+habis+masanya+duduk+%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiwr86MyJrqAhXUXSsKHVBnCn8Q6AEwAHoECAAQAg|title=Islam dan adat Minangkabau|publisher=Pustaka Panjimas|language=ms}}</ref>
 
Banyak ''[[kaba]]'' atau cerita fiksi yang dibuat oleh penulis Minangkabau dan karya sejarah berkenaan dengan Minangkabau yang memberikan gambaran menganai lapau.