Masjid Pajimatan Imogiri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 27:
Kyai Tumenggung Citrokusumo merancang kompleks permakaman tersebut dengan perpaduan unsur Jawa (Hindu) dan Islam, juga dibangun masjid di dalamnya. Hingga kini, bangunan masjid tersebut tetap terjaga dan sesuai dengan bentuk aslinya.<ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/sejarah-makam-raja-raja-mataram-di-imogiri-yang-kini-longsor-djTC|title=Sejarah Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri yang Kini Longsor|last=Raditya|first=Iswara N.|date=20 Maret 2019|website=Tirto.id|access-date=30 Agustus 2019}}</ref>
 
Masjid ini dibangun oleh Sultan Agung pada tahun [[1650]] sebagai sarana ibadah bagi para ''abdi dalem'' Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta yang bertugas di kompleks Permakaman Imogiri.<ref>{{Cite web|url=https://nasional.kompas.com/read/2010/09/02/16385121/twitter.com|title=Persinggahan Sultan Agung|last=Redaksi Kompas|first=|date=2 September 2010|website=Kompas.com|access-date=29 April 2019}}</ref>{{sfnp|Himaya|2017|p=208|ps=}} Adapun jarak Masjid Pajimatan dengan Permakaman Imogiri <u>+</u> 500 meter, tepatnya di sisi utara pintu masuk tangga menuju ke permakaman yang berjumlah sekitar 400 anak tangga.<ref>{{Cite web|url=https://travel.detik.com/destination/d-2236286/inilah-makam-paling-sakral-di-yogyakarta|title=Inilah Makam Paling Sakral di Yogyakarta|last=Detik Travel|first=|date=2 Mei 2013|website=Detik.com|access-date=29 Agustus 2019}}</ref> Para ''abdi dalem'' yang berjaga di sana juga menggunakan pakaian Jawa dalam menjalankan tugasnya, termasuk [[muazin]] dan khatib.
 
Selain Masjid Pajimatan Imogiri, masjid lain yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung adalah Masjid Pathok Negoro dan Masjid Sunan Cirebon.