Tugu Ngejaman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 20:
 
== Keadaan bangunan ==
[[Berkas:GPIB Marga Mulya Yogyakarta (1).jpg|jmpl|260x260px262x262px|Keadaan Tugu Ngejaman dan GPIB Marga Mulya pada masa pemerintahan Hindia Belanda.]]
Berdasarkan catatan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta, tugu jam tersebut didirikan tahun 1916 sebagai persembahan dari masyarakat Belanda kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda yang berkuasa kembali di Jawa pada awal abad ke-19.''<ref>{{Cite web|last=Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta|first=|date=19 Maret 2018|title=Tugu Ngejaman|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/tugu-ngejaman/|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia|language=|access-date=17 Agustus 2020}}</ref>''<ref>{{Cite journal|last=Fauziah|first=Siti Mahmudah Nur|date=Oktober 2018|title=Dari Jalan Kerajaan Menjadi Jalan Pertokoan Kolonial: Malioboro 1756–1941|url=https://jurnal.ugm.ac.id/lembaran-sejarah/article/view/45438|journal=Lembaran Sejarah|volume=14|issue=2|pages=179|doi=}}</ref><ref>{{Cite web|last=Wirayudha|first=Randy|date=14 Maret 2017|title=Di Balik Kisah Tugu Ngejaman dan Loji Setan|url=https://news.okezone.com/read/2017/03/10/510/1639763/top-files-di-balik-kisah-tugu-ngejaman-dan-loji-setan|website=Okenews|access-date=17 Agustus 2020}}</ref> Bangunan ini terdiri dari dua bagian, yaitu alas berbentuk persegi dan sebuah jam berbentuk bulat yang berada di atasnya''.''<ref>{{Cite web|last=Star Jogja|first=|date=24 Maret 2018|title=Tugu Ngejaman Penanda Satu Abad Belanda Berkuasa di Jawa|url=https://www.starjogja.com/2018/03/24/tugu-ngejaman-penanda-1-abad-belanda-berkuasa-di-jawa/|website=Star Jogja|access-date=17 Agustus 2020}}</ref> Alas jam itu memiliki ketinggian sekitar 1,5 meter dari permukaan jalan dengan diameter jam berukuran 45 sentimeter. Jarum jam ini sendiri bergerak dengan sistem pegas yang harus diputar setiap waktu tertentu. Hal inilah yang menyebabkan warga di sekitar jam tersebut bergantian memutar [[pegas]] jam agar tetap bergerak demi kepentingan umum.<ref>{{Cite book|last=Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta|first=|date=2017|url=|title=Ragam Penanda Zaman: Memaknai Keberlanjutan Merawat Jejak Peradaban|location=Yogyakarta|publisher=Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta|isbn=|pages=82|url-status=live}}</ref> Bangunan itu ditetapkan sebagai warisan budaya melalui Surat Keputusan Wali Kota (Kepwal) No. 297 Tahun 2019 tentang Daftar Warisan Budaya Daerah. Penetapan tersebut mengacu kepada Peraturan Daerah DIY Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya.<ref>{{Cite web|last=Harian Merapi|first=|date=9 Agustus 2019|title=Pemilik Bangunan Bersejarah di Yogyakarta Terbebani Mahalnya PBB|url=https://www.harianmerapi.com/news/2019/08/09/73065/pemilik-bangunan-bersejarah-terbebani-mahalnya-pbb|website=Harian Merapi|access-date=17 Agustus 2020}}</ref>