Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 31:
Pada 1701, Kyai Mohammad Fakih dilantik menjadi kepala ''pathok'' dengan [[Sengkala|candrasengkala]] ''Nyata Luhur Pendhita Ratu'' dan dianugerahi tanah ''perdikan'' di sebelah selatan Ketonggo yang berupa hutan. Dikarenakan hutan tersebut banyak ditumbuhi pohon [[awar-awar]], maka daerah tersebut disebut dengan ''alas awar-awar''. Tanah anugerah Sri Sultan Hamengku Buwono I yang masih berwujud hutan awar-awar itu kemudian dibuka dan didirikanlah sebuah masjid di tempat tersebut dengan nama Masjid Taqwa. Setelah selesai dibangun, Kyai Mohammad Fakih menghadap kepada Sri Sultan Hamengku Buwono I untuk menyampaikan laporan bahwa di atas tanah ''perdikan'' tersebut sudah didirikan sebuah masjid. Atas amanat dari Sri Sultan Hamengku Buwono I, daerah itu diberi nama ''Wana Karoma'', yang berarti “supaya benar-benar mulia”.
 
Selanjutnya, pada tahun 1702-1705 Sri Sultan Hamengku Buwono I berniat menunaikah ibadah haji, namun karena keadaan kasultanan belum begitu aman, dia mengutus Kyai Mohammad Fakih ke Mekah untuk menghajikannya. Kyai Mohammad Fakih mukim selama dua tahun di Mekah karena pada tahun pertama dia menunaikan ibadah haji untuk dirinya sendiri dan pada tahun kedua dia menunaikan ibadah haji untuk Sri Sultan Hamengku Buwono I. Kyai Fakih Mohammad juga memiliki sebutan “Kyai Sedo Laut” karena dia meninggal di laut sepulang dari tanah suci pada tahun 1757. Kapal yang ditumpanginya karam di [[Selat Malaka]].<ref>{{Cite web|url=http://yogyakarta.panduanwisata.id/wisata-religi/masjid-taqwa-wonokromo-tempat-ibadah-yang-hening/|title=Masjid Taqwa Wonokromo, Tempat Ibadah yang Hening|last=Panduan Wisata Yogyakarta|first=|date=8 Agustus 2018|website=Panduan Wisata Yogyakarta|access-date=17 Mei 2019}}</ref>
 
Ukiran-ukiran ayat suci yang berada di sepanjang bangunan masjid ini memiliki kemiripan dengan Masjid Agung Kotagede dan Masjid Kauman. Para warga yang berada di sekitar Wonokromo meyakini bahwa masjid ini merupakan salah satu dari sekian masjid yang dinamakan Masjid Tiang Negara. Masjid tiang negara ini memiliki pengertian bahwa masjid tersebut berfungsi sebagai simbol kekuatan negara (Kerajaan Mataram).<ref>{{Cite web|url=https://duniamasjid.islamic-center.or.id/1143/masjid-taqwa-wonokromo/|title=Masjid Taqwa Wonokromo|last=Dunia Masjid|first=|date=tanpa tanggal|website=Jakarta Islamic Centre|access-date=17 Mei 2019}}</ref>