Revolusi Hijau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 4:
Konsep Revolusi Hijau yang di Indonesia dikenal sebagai gerakan Bimas ([[Bimbingan massal|bimbingan masyarakat]]) adalah program nasional untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya swasembada beras.<ref>{{Cite web |url=http://ashiiqa.wordpress.com/2008/03/01/revolusi-hijau/ |title=Revolusi Hijau. Diakses pada tanggal 7 November 2011 |access-date=2012-07-08 |archive-date=2012-07-08 |archive-url=https://archive.is/20120708005007/ashiiqa.wordpress.com/2008/03/01/revolusi-hijau/ |dead-url=no }}</ref> Tujuan tersebut dilatarbelakangi mitos bahwa beras adalah komoditas strategis baik ditinjau dari segi ekonomi, politik dan sosial. Gerakan Bimas berintikan tiga komponen pokok, yaitu penggunaan teknologi yang sering disebut [[Panca Usaha Tani]], penerapan kebijakan harga sarana dan hasil reproduksi serta adanya dukungan kredit dan infrastruktur.Gerakan ini berhasil menghantarkan Indonesia pada swasembada beras.
 
== Revolusi hijau di Indonesia ==
 
Revolusi hijau mendapat kritik sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan karena mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah. Oleh para pendukungnya, kerusakan dipandang bukan karena Revolusi Hijau tetapiRevol karena ekses dalam penggunaan teknologi yang tidak memandang kaidah-kaidah yang sudah ditentukan. Kritik lain yang muncul adalah bahwa Revolusi HijauRevoHijau tidak dapat menjangkau seluruh strata negara berkembang karena ia tidak memberi dampak nyata di [[Afrika]].{{Sfn|Goran Djurfeldt|2005|p=3|ps=: "this is because the scope of irrigation in sub-Saharan Africa is much below that in Asia, making rice much less of a dominant crop than in Asia"}}
Gerakan Revolusi Hijau yang dijalankan di negara – negara berkembang dan Indonesia dijalankan sejak rezim [[Orde Baru]] berkuasa. Sejak awal pemerintahannya, melalui program Revolusi HIjau, Presiden Soeharto telah menekankan terkait ketersediaan bahan pangan sebagai salah satu cara untuk menciptakan stabilitas yang diperlukan dalam proses pembangunan nasional.<ref>{{Cite web|title=Kisah Gatot Surono dan Rojolele di Tengah Revolusi Hijau Orde Baru|url=https://tirto.id/kisah-gatot-surono-dan-rojolele-di-tengah-revolusi-hijau-orde-baru-ftcg|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-08-31}}</ref>Sehingga Gerakan ini dianggap merupakan sebuah usaha yang tepat untuk meningkatkan ketersediaan pangan utama yaitu gandum dan beras.<ref>{{Cite web|last=Fiantis|first=Dian|title=Evaluasi Revolusi Hijau dan masalah tanah pertanian yang makin tandus|url=http://theconversation.com/evaluasi-revolusi-hijau-dan-masalah-tanah-pertanian-yang-makin-tandus-110290|website=The Conversation|language=en|access-date=2020-08-31}}</ref> Gerakan Revolusi Hijau sebagaimana telah umum diketahui di Indonesia tidak mampu untuk menghantarkan Indonesia menjadi sebuah negara yang berswasembada pangan secara tetap, tetapi hanya mampu dalam waktu lima tahun, yakni antara tahun [[1984]] – [[1989]]. Disamping itu, Revolusi Hijau juga telah menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial pedesaan karena ternyata Revolusi Hijau hanyalah menguntungkan petani yang memiliki tanah lebih dari setengah hektare, dan petani kaya di pedesaan, serta penyelenggara negara di tingkat pedesaan. Sebab sebelum Revolusi Hijau dilaksanakan, keadaan penguasaan dan pemilikan tanah di Indonesia sudah timpang, akibat dari gagalnya pelaksanaan Pembaruan Agraria yang telah mulai dilaksanakan pada tahun 1960 sampai dengan tahun 1965.<ref>{{Cite web |url=http://army-as.web.id/2010/11/makalah-revolusi-hijau/ |title=Makalah Revolusi Hijau |access-date=2011-11-07 |archive-date=2011-11-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20111105062341/http://army-as.web.id/2010/11/makalah-revolusi-hijau/ |dead-url=yes }}</ref>
 
Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting:<ref>Sisworo W.H. [http://www.drn.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=92&Itemid=2 Membangun Kembali Swa Sembada Beras] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120308231056/http://www.drn.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=92&Itemid=2 |date=2012-03-08 }}. Makalah yang disampaikan dalam ? tanggal 26 April 2007.</ref> penyediaan air melalui sistem [[irigasi]], pemakaian [[pupuk kimia]] secara optimal, penerapan [[pestisida]] sesuai dengan tingkat serangan organisme pengganggu, dan penggunaan [[kultivar|varietas]] unggul sebagai bahan tanam berkualitas. Melalui penerapan teknologi non-tradisional ini, terjadi peningkatan hasil tanaman pangan berlipat ganda dan memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk padi pada tempat-tempat tertentu, suatu hal yang sebelumnya tidak mungkin terjadi.
 
Revolusi hijau mendapat kritik sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan karena mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah. Oleh para pendukungnya, kerusakan dipandang bukan karena Revolusi Hijau tetapi karena ekses dalam penggunaan teknologi yang tidak memandang kaidah-kaidah yang sudah ditentukan. Kritik lain yang muncul adalah bahwa Revolusi Hijau tidak dapat menjangkau seluruh strata negara berkembang karena ia tidak memberi dampak nyata di [[Afrika]].{{Sfn|Goran Djurfeldt|2005|p=3|ps=: "this is because the scope of irrigation in sub-Saharan Africa is much below that in Asia, making rice much less of a dominant crop than in Asia"}}
 
== Dampak ==