Alex Cheung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Cun Cun (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi '{{Infobox penulis | embed = | honorific_prefix = | name = | honorific_suffix = | image = | image_size = | image_upright = | alt = | caption = | native_name = Lim Kim Hwat | native_name_lang = | pseudonym = | birth_name = Alexander Raymon | birth_date ={{Birth date and age|1978|02|20}}<!-- {{Birth date and age|YYYY|MM|DD}} untuk orang yang masih hidup hanya berikan...'
Tag: tanpa kategori [ * ] pranala ke halaman disambiguasi
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 24 September 2021 15.30

Alex Cheung adalah penulis, peneliti dan budayawan berkewarganegaraan Indonesia.[1] Penelitiannya sebagian besar difokuskan pada bidang budaya dan kemasyarakatan etnis Tionghoa-Indonesia.[2]

Nama asli
Lim Kim Hwat
LahirAlexander Raymon
20 Februari 1978 (umur 46)
Jakarta
KebangsaanIndonesia
PendidikanUniversitas Bina Nusantara
TemaSosial-budaya Tionghoa Indonesia
Karya terkenal7 Kali Gagal 8 Kali Bangkit, Melacak jejak kungfu tradisional di Indonesia

Karir sebagai penulis

Sebelum memulai karir kepenulisannya, Alex Cheung merupakan seorang pengusaha, konsultan serta praktisi teknologi informasi, kungfu[2] dan meditasi. Pada tahun 2013, ia menerbitkan buku pertamanya yang berisikan tentang pengembangan diri dan motivasi berjudul 7 Kali Gagal 8 Kali Bangkit (Kanisius Yogyakarta).

Peneliti bidang ketionghoaan

Selain sebagai motivator dan pengusaha yang digelutinya, Alex Cheung merupakan seorang peneliti sekaligus budayawan dalam bidang ketionghoaan. Studi pada bidang ketionghoaan dapat diartikan sebagai efek dari membaiknya atmosfer kebudayaan Tionghoa di Indonesia, dengan diikuti tingginya minat generasi muda Tionghoa Indonesia untuk menggali aspek kebudayaan Tionghoa yang hampir punah.

Penelitian pertamanya dilakukan bersama dua orang temannya selama tiga tahun, mengenai sejarah kungfu etnis Tionghoa Indonesia. Penelitian ini diterbitkan dalam Melacak jejak kungfu tradisional di Indonesia (2016, Suara Harapan Bangsa). Hasil penelitian yang terperinci ini didapat dari penelusuran dan wawancara ke seluruh wilayah Indonesia. Berbagai informasi penting yang digali antara lain nama-nama pendahulu (leluhur), pewaris, dan praktisi seni kungfu di Indonesia dari masa awal hingga era modern.[2] Dapat dikatakan hampir sejak awal kedatangan etnis Tionghoa di Nusantara, mereka telah membawa tradisi beladiri bahkan beberapa di antaranya mempengaruhi seni beladiri masyarakat lokal non-Tionghoa, contohnya Silat Beksi dari Betawi.[2] Hasil penelitian ini dinilai oleh pakar etnis Tionghoa-Indonesia, Leo Suryadinata, sebagai bahan yang berharga mengingat informasi tulis dan cetak telah hilang, sehingga informasi penting kebanyakan didapat lewat wawancara langsung kepada narasumber yang bersangkutan.

Buku lain ditulis oleh Alex Cheung adalah mengenai silsilah keluarga etnis Tionghoa yang ditelitinya lewat Zupu (族譜) atau buku silisah marga.

Buku

  • 7 Kali Gagal 8 Kali Bangkit. Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2013. ISBN 978-979-21-3527-5
  • Melacak jejak kungfu tradisional di Indonesia, Alex Cheung, Charly Huang, Erwin Tan (Team ACE). Penerbit PT Suara Harapan Bangsa, Jakarta, 2016. ISBN 978-602-9226-83-6
  • Silsilah Keluarga Karet Lineage Thio Tjoei Seng. Penerbit Jejak, Jakarta, 2018. ISBN 9786025455988
  • Silsilah Keluarga Senen Lineage Liem Tjin Hay. Penerbit Jejak, Jakarta, 2018. ISBN 9786025455803
  • A Tribute to Mothers, 2018. Penerbit
  • Kisah Unik Keluarga Unik. Penerbit Lotus, Jakarta, 2019. ISBN 9786239042097
  • Tionghoa di Quora;Kumpulan Jawaban Tentang Tionghoa di Quora Indonesia, Alex Cheung bersama Silvia Angelina dan Wahyudi Pradana. Penerbit CV. Pemancar Ilmu, Jawa Barat, 2021. ISBN 978-623-96561-4-0

Pranala luar

Referensi