Putera Sampoerna: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Yoga Widya 1994 (bicara | kontrib)
Yoga Widya 1994 (bicara | kontrib)
Baris 42:
Pada tahun [[2000]], Putera mengalihkan kepemimpinan perusahaan kepada anaknya, [[Michael Sampoerna|Michael Ryan F]].
 
Tahun 1998 merupakan masa penting dalam perjalanan bisnis Putera Sampoerna dan keluarganya, di mana Putera memutuskan untuk menjual seluruh saham keluarga Sampoerna di [[HM Sampoerna|PT HM Sampoerna Tbk]] (40%) ke [[Philip Morris International]]/PT [[Dji Sam Soe]]. Pengumuman akuisisi itu tidak hanya mengejutkan pihak internal tetapi juga eksternal perusahaan; di mana keputusan untuk menjual bisnis keluarga yang telah dirintis sejak 1913 dinilai berbagai kalangan merupakan langkah bisnis Putera Sampoerna yang sangat berisiko tinggi, mengingat selama ini [[HM Sampoerna|PT HM Sampoerna Tbk]] merupakan sumber utama pendapatan dari keluarga Sampoerna bahkan pada saat dijual kinerja perusahaan sangatlah baik. Kinerja [[HM Sampoerna|PT HM Sampoerna Tbk]] kala itu (2004) berhasil memperoleh pendapatan bersih Rp 15 triliun dengan nilai produksi 41,2 miliar batang dan menduduki posisi pertama perusahaan rokok yang menguasai pasar, yakni menguasai 19,4% pangsa pasar rokok di Indonesia, di atas [[Bentoel Group]] (no. 2), [[Nojorono]] (no. 3), [[Djarum]] (no. 4), [[PT STTC|STTC}]] (no. 5), [[Gudang Garam]] (no. 6) dan [[Wismilak Group]] (no. 7).
Hingga saat ini alasan Putera Sampoerna untuk melakukan penjualan tersebut tidak diketahui dengan jelas.