Istana Bung Hatta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
'''Istana Bung Hatta'''<ref>{{Cite web |url=https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2016051900195/istana-bung-hatta |title=Salinan arsip |access-date=2019-08-21 |archive-date=2019-08-21 |archive-url=https://web.archive.org/web/20190821063145/https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2016051900195/istana-bung-hatta |dead-url=yes }}</ref> atau '''Gedung Negara Tri Arga''' adalah gedung bekas kediaman [[Wakil Presiden Indonesia]] [[Mohammad Hatta]] yang terletak di pusat [[Kota Bukittinggi]], [[Sumatra Barat]]. Bangunan yang berdiri saat ini adalah hasil renovasi pada tahun 1960-an setelah bangunan asli dibumihanguskan sewaktu [[Agresi II Militer Belanda]]. Nama gedung mengambil simbol pemandangan sekelilingnya yang dikelilingi tiga gunung: [[Gunung Singgalang]], [[Gunung Marapi]], dan [[Gunung Sago]].
 
== Kronik ==
Sebelum kemerdekaan, gedung ini silih berganti menjadi tempat kedudukan [[Dataran Tinggi Padang|Residen Padangse Bovenlanden]] dan Asisten Residen Agam. Selama delapan bulan antara bulan Juni 1947 hingga Februari 1948, gedung beralih fungsi menjadi tempat kedudukan Wakil Presiden [[Mohammad Hatta]]. Menjelang Agresi II Militer Belanda pada 1948, Istana Bung Hatta dibumihanguskan bersama sejumlah bangunan di Bukittinggi. Saat pendudukan ibu kota Yogyakarta oleh Belanda, Bukittinggi yang memang peranan sebagai ibu kota [[Pemerintah Darurat Republik Indonesia]] menjadikan gedung ini sebagai salah satu basis PDRI. Setelah pemecahan Sumatra Tengah menjadi tiga provinsi pada 1958, Gubernur Sumatra Barat pertama [[Kaharudin Datuk Rangkayo Basa]] menggagas renovasi gedung dan menyematkan nama Gedung Negara Tri Arga.
Bangunan asli gedung ini, yang sudah berdiri sebelum kemerdekaan Indonesia, pernah menjadi tempat kedudukan [[Dataran Tinggi Padang|Residen Padangse Bovenlanden]] dan Asisten Residen Agam.
 
Selama delapan bulan antara bulan Juni 1947 hingga Februari 1948, Wakil Presiden [[Mohammad Hatta]] sempat menjadikannya sebagai tempat kediaman. Menjelang Agresi II Militer Belanda pada 1948, bangunannya dibumihanguskan bersama sejumlah bangunan di Bukittinggi.
 
Saat pendudukan ibu kota Yogyakarta oleh Belanda, Bukittinggi yang memang peranan sebagai ibu kota [[Pemerintah Darurat Republik Indonesia]] menjadikan gedung ini sebagai salah satu basis PDRI.
 
Setelah pemecahan Sumatra Tengah menjadi tiga provinsi pada 1958, Gubernur Sumatra Barat pertama [[Kaharudin Datuk Rangkayo Basa]] menggagas renovasi gedung dan menyematkan nama Gedung Negara Tri Arga.
 
Di gedung ini, pernah dilakukan acara pengukuhan istri Soekarno, [[Hartini]] sebagai Bundo Kandung.<ref>{{Cite book|date=1965|url=https://books.google.com/books?id=Ks3nAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22Tugu+Pahlawan+Tak+Dikenal%22&q=%22Tugu+Pahlawan+Tak+Dikenal%22&hl=en|title=Mingguan Djaja|publisher=Pembangunan Ibu Kota Djakarta Raya.|language=id}}</ref>
 
== Referensi ==