Nogotirto, Gamping, Sleman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
Sebagian wilayah Nogotirto (dusun Mlangi, Sawahan, & Cambahan) juga dikenal sebagai kampung Islam yang memiliki sejarah yang panjang. Bermula dari sosok Kyai Nur Iman yang merupakan kakak kandung kerabat Hamengku Buwono I, bernama asli Pangeran Hangabehi Sandiyo. Kisahnya, Nur Iman, Santri lulusan Pondok Pesantren Gedagangan, Pasuruan, Jawa Timur, di bawah asuhan Kiai Abdullah Muhsin telah lama membina pesantren di Jawa Timur. Ia kemudian diberi hadiah berupa tanah oleh Hamengku Buwono I. Tanah itulah yang kemudian dinamai 'mlangi', dari kata bahasa Jawa 'mulangi' yang berarti mengajar. Dinamai demikian sebab daerah itu kemudian digunakan untuk mengajar agama Islam.
 
Di sekitar Mlangi paling tidak terdapat 12 pondok pesantren aktif. Yang tertua adalah pesantren An Nawawi, namun sekarang sudah tidak ada lagi. Tidak ada penerus pesantren yang terletak di pojok selatan Masjid Mlangi tersebut. Pesantren tertua kedua adalah pesantren Al Miftah yang berdiri pada sekitar tahun 1920-an. Kemudian As Salafiyyah, FalakiyyahAl Falakhiyyah (pelopor pertama pesantren putri di Mlangi), Al-Miftah, Al-Huda, Assalamiyyah, An-Nasyath, Mlangi Timur, Hujatul Islam, Ar Risalah, Al-Ikhsan, dan Pondok Pesantren Kuno, yang rata-rata didiami 300 santri. WargaYang aslimembedakan sendiripesantren hanyaMlangi sekitardengan 5%pesantren lainnya adalah bahwa pesantren Mlangi dilahirkan oleh Masyarakat. Antara pesantren dan masyarakat merupakan suatu komunitas sosial yang menimbasama. ilmuberbeda dengan pesantren-pesantren lainnya yang rata-rata dilahirkan oleh tokoh atau kyai yang "mbabat" alas di pondoksuatu btempat. karenanya, hampir 100% warga Mlangi menikmati pendidikan pesantren. Sebagiandampak dari itu, kapasitas warga Mlangi dalam membaca kitab kuning dibandingkan dengan santri luar yang mengjai pe santren Mlangi tidak kalah mutunya. besarSambil belajar di sekolah-sekolah formal, ataumereka menjadi ''santri kalong'' yang hanya menuntut ilmu di pondok pesantren pada malam hari. Tapi, gayaGaya berbusana penduduk sekitar memang khas Islami. Para pria sehari-hari mengenakan kain sarung, berbaju koko putih, dan berkopiah. Perempuannya berkebaya dan berkerudung.
 
== Lurah Desa : ==