Bagong: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Bagong Solo.jpg|right|thumb|240px|Wayang Bagong versi Solo.]]
'''Ki Lurah Bagong''' adalah nama salah satu tokoh [[panakawanpunakawan]] dalam kisah [[wayang|pewayangan]] yang berkembang di [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]]. Tokoh ini dikisahkan sebagai anak bungsu [[Semar]]. Dalam [[wayang|pewayangan]] [[Sunda]] juga terdapat tokoh panakawan yang identik dengan Bagong (dalam [[bahasa Sunda]], ''Bagong'' berarti [[babi]]), yaitu '''Cepot''' atau '''Astrajingga'''. Namun bedanya, menurut versi ini, Cepot adalah anak tertua Semar.
 
== Ciri Fisikfisik ==
Dalam [[wayang|pewayangan]] [[Sunda]] juga terdapat tokoh panakawan yang identik dengan Bagong (dalam bahasa sunda bagong berarti BABI), yaitu '''Cepot''' atau '''Astrajingga'''. Namun bedanya, menurut versi ini, Cepot adalah anak tertua Semar.
 
== Ciri Fisik ==
Sebagai seorang [[panakawan]] yang sifatnya menghibur penonton [[wayang]], tokoh Bagong pun dilukiskan dengan ciri-ciri fisik yang mengundang kelucuan. Tubuhnya bulat, matanya lebar, bibirnya tebal dan terkesan ''memble''.
 
Gaya bicara Bagong terkesan semaunya sendiri. Dibandingkan dengan ketiga panakawan lainnya, yaitu [[Semar]], [[Gareng]], dan [[Petruk]], maka Bagong adalah sosok yang paling lugu dan kurang mengerti tata krama. Meskipun demikian majikannya tetap bisa memaklumi.
 
== Asal-Usulusul ==
 
Beberapa versi menyebutkan bahwa, sesungguhnya Bagong bukan anak kandung [[Semar]]. Dikisahkan Semar merupakan penjelmaan seorang dewa bernama [[Semar|Batara Ismaya]] yang diturunkan ke dunia bersama kakaknya, yaitu [[Togog]] atau [[Togog|Batara Antaga]] untuk mengasuh keturunan adik mereka, yaitu [[Batara Guru]].
 
Baris 15 ⟶ 16:
Versi lain menyebutkan, Semar adalah cucu Batara Ismaya. Semar mengabdi kepada seorang pertapa bernama [[Resi Manumanasa]] yang kelak menjadi leluhur para [[Pandawa]]. Ketika Manumanasa hendak mencapai [[moksha]], Semar merasa kesepian dan meminta diberi teman. Manumanasa menjawab bahwa temannya yang paling setia adalah bayangannya sendiri. Seketika itu pula, bayangan Semar pun berubah menjadi manusia, dan diberi nama Bagong.
 
== Bagong Zamanpada zaman Kolonial ==
 
Gaya bicara Bagong yang seenaknya sendiri sempat dipergunakan para [[dalang]] untuk mengritik penjajahan kolonial [[Hindia Belanda]]. Ketika [[Sultan Agung]] meninggal tahun [[1645]], putranya yang bergelar [[Amangkurat I]] menggantikannya sebagai pemimpin [[Kesultanan Mataram]]. Raja baru ini sangat berbeda dengan ayahnya. Ia memerintah dengan sewenang-wenang serta menjalin kerja sama dengan pihak [[VOC]]-[[Belanda]].
 
Baris 28 ⟶ 30:
Akhirnya, pada zaman kemerdekaan Bagong bukan lagi milik Yogyakarta saja. Para dalang aliran Surakarta pun kembali menampilkan empat orang panakawan dalam setiap pementasan mereka. Bahkan, peran Bagong cenderung lebih banyak daripada [[Gareng]] yang biasanya hanya muncul dalam ''[[Panakawan|gara-gara]]'' saja.
 
== Bagong versi Jawa TimuranTimur ==
 
Dalam pewayangan gaya Jawa Timuran, yang berkembang di daerah [[Surabaya]], [[Gresik]], [[Mojokerto]], [[Jombang]], [[Malang]] dan sekitarnya, tokoh [[Semar]] hanya memiliki satu orang anak saja, yaitu Bagong seorang. Bagong sendiri memiliki anak bernama [[Besut]].