Ratu Sakti: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Syusuf2016 (bicara | kontrib) bismillah perbaiki. Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Syusuf2016 (bicara | kontrib) perbaikan dan tambah referensi. bismillah |
||
Baris 1:
Menurut Carita Parahiyangan sosok Kaliyuga atau Ratu Sakti pada masa Nilakendara yang ditandai dengan adanya keadaan masyarakat yang semakin tidak terkendali. Banyak dari orang pedalaman yang jaraknya jauh dari Kerajaan Pajajaran melakukan kejahatan dan kemaksiatan. Namun jika diurut dari masalahnya, tentu kejadian ini muncul di waktu Ratu Sakti menjabat sebagai raja, sedangkan Nilakendra hanya berbentuk kondisi lanjutan yang mengarah pada zaman pralaya (jahiliah).<ref>https://www.historyofcirebon.id/2018/12/ratu-nilakendra-raja-pajajaran-yang.html, diakses 17 Agustus 2021</ref>
Carita Parahiyangan menuliskan, "Aja tinut de sang kawuri polah sang nata" (Janganlah ditiru kelakuan raja ini oleh mereka yang kemudian menggantikan).
Baris 23:
Kondisi seperti itulah yang menjadikan rakyat semakin muak dengan Pajajaran dan lebih memilih dibawah naungan Banten dan Cirebon yang dikenal bijaksana, pada akhirnya mereka juga mengambil jalan perlawanan terhadap rajanya sendiri. Sifat yang dimiliki Ratu Sakti berbeda jauh dengan Ratu Dewata. Dalam Carita Parahiyangan, Ratu Dewata terkenal alim, rajin berpuasa dan sering bertapa sementara Ratu Sakti sebaliknya.
Wafatnya Ratu Sakti banyak yang menduga karena mengalami kekerasan, sebab jika dilihat dari kehidupan sehari-hari, mustahil jika ia melepaskan jabatan raja dengan mengundurkan diri begitu saja sebagaimana yang dilakukan Dewa Niskala (Kawali). Ratu Sakti dimakamkan tidak di Pakuan tapi di Pengpelangan.<ref>Anisa Anggraeni Saldin, Penulis/Editor "Sejarah Cirebon"</ref>
== Referensi==
{{reflist}}
{{kotak mulai}}
{{s-reg}}
{{kotak suksesi|jabatan=[[Kerajaan Sunda|Raja Sunda-Galuh]]|pendahulu=[[Ratu Dewata]]|pengganti=[[Nilakendra]]|tahun=[[1543]]–[[1551]]}}
{{kotak selesai}}
[[Kategori:Pakuan Pajajaran]]
|