Prasasti Kedukan Bukit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wie146 (bicara | kontrib)
Wie146 (bicara | kontrib)
k →‎Keterangan: ref lnk
Baris 49:
Menurut [[George Cœdès]], ''siddhayatra'' berarti semacam “[[ramuan]] bertuah” (''potion magique''), tetapi kata ini bisa pula diterjemahkan lain. Menurut kamus Jawa Kuna [[Zoetmulder]] (1995): ''sukses dalam perjalanan''. Dengan terjemahan tersebut kalimat di atas dapat diubah: “Sri Baginda naik sampan untuk '''melakukan penyerangan''', sukses dalam perjalanannya.”
 
Dari prasasti Kedukan Bukit, didapatkan data sebagai berikut:<ref>Damais, Louis-Charles, (1952), '"'Etude d’Epigraphie Indonesienne III: Liste des Principales Datees de l’Indonesie''", [https://www.persee.fr/doc/befeo_0336-1519_1952_num_46_1_5158 ''BEFEO'', tome '''46'''(1):1-106.</ref> Dapunta Hyang berangkat dari Minanga dan menaklukanmenaklukkan kawasan tempat ditemukannya prasasti ini (Sungai Musi, Sumatra Selatan).<ref>Soekmono, R., (2002), ''Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 2'', Kanisius, ISBN 979-413-290-X</ref> Karena kesamaan bunyinya, ada yang berpendapat Minanga Tamwan adalah sama dengan [[Minangkabau]], yakni wilayah pegunungan di hulu sungai [[Batanghari]]. Ada juga berpendapat Minanga tidak sama dengan [[Malayu]], kedua kawasan itu ditaklukkan oleh Dapunta Hyang, tempat penaklukan Malayu terjadi sebelum menaklukan Minanga dengan menganggap isi prasasti ini menceritakan penaklukan Minanga.<ref>Irfan, N.K.S., (1983), ''Kerajaan Sriwijaya: pusat pemerintahan dan perkembangannya'', Girimukti Pasaka</ref> Sementara itu [[Soekmono]] berpendapat bahwa Minanga Tamwan bermakna pertemuan dua sungai (karena ''tamwan'' berarti 'temuan'), yakni [[Sungai Kampar]] Kanan dan Sungai Kampar Kiri di [[Riau]],<ref name="Soekmono">{{cite book | author= Drs. R. Soekmono,| title= ''Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2'', 2nd ed. | publisher = Penerbit Kanisius | year= 1973 5th reprint edition in 1988 | location =Yogyakarta| page =38| id= ISBN 979-4132290X}}</ref> yakni wilayah sekitar [[Candi Muara Takus]]. Kemudian ada yang berpendapat Minanga berubah tutur menjadi Binanga, sebuah kawasan yang terdapat pada sehiliran [[Sungai Barumun]] (Provinsi [[Sumatra Utara]] sekarang).<ref>Muljana, Slamet, (2006), ''Sriwijaya'', PT. LKiS Pelangi Aksara, ISBN 978-979-8451-62-1</ref> Pendapat lain menduga bahwa armada yang dipimpin Jayanasa ini berasal dari luar [[Sumatra]], yakni dari Semenanjung Malaya.<ref>{{cite book |last=Coedes|first=George|title=The Indianized States of Southeast Asia|publisher= University of Hawaii Press|year=1996|location=|url= |doi= |pages= 82|id= ISBN 978-0-8248-0368-1}}</ref>
 
Kiagus Imran Mahmud dalam bukunya Sejarah Palembang menyatakan bahwa Minanga tidak mungkin Minangkabau, karena istilah tersebut baru muncul setelah masa Sriwijaya. Ia berpendapat bahwa Minanga yang dimaksud adalah Minanga di daerah Komering, Sumatra Selatan. Tamwan berarti pertemuan dua sungai (di Minanga), yaitu Sungai Komering dan Lebong. Tulisan Matayap tidak terlalu jelas sehingga mungkin yang dimaksud adalah Lengkayap, sebuah daerah juga di Sumatra Selatan.{{fact}}