Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Danu Widjajanto memindahkan halaman Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ke Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
{{Sejarah Indonesia}}
{{nihongo|'''Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan'''|独立準備調査会|Dokuritsu Junbi Chōsa-kai|[[Nihon-shiki]]: ''Dokuritu Zyunbi Tyoosa-kai''|lead=yes}}, lebih dikenal sebagai '''Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia''' (disingkat "BPUPKI") adalah sebuah badan yang dibentuk oleh [[Sejarah Indonesia (1942-1945)|pemerintah pendudukan]] [[Angkatan Darat Kekaisaran Jepang|balatentara Jepang]]. Pemerintahan militer Jepang yang diwakili komando AD Ke-16 dan Ke-25 menyetujui pembentukan Badan Penyelidikan Upaya Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 1 Maret 1945. Karena kedua komando ini berwenang atas daerah Jawa (termasuk Madura) dan Sumatra.
Pendirian badan ini sudah diumumkan oleh Kumakichi Harada pada tanggal 1 Maret 1945,<ref>Iswara N. Raditya, [https://tirto.id/peran-
Di luar anggota
Pada tanggal 7 Agustus 1945, [[Jepang]] membubarkan
== Awal persiapan kemerdekaan oleh
Kekalahan [[Jepang]] dalam perang [[Pasifik]] semakin jelas, [[Perdana Menteri]] [[Jepang]], [[Kuniaki Koiso|Jenderal Kuniaki Koiso]], pada tanggal 7 September 1944 mengumumkan bahwa [[Indonesia]] akan dimerdekakan kelak, sesudah tercapai kemenangan akhir dalam perang [[Asia Timur]] Raya. Dengan cara itu, [[Jepang]] berharap tentara [[Sekutu]] akan disambut oleh rakyat [[Indonesia]] sebagai penyerbu negara mereka, sehingga pada tanggal 1 Maret 1945 pimpinan pemerintah pendudukan militer [[Jepang]] di [[Jawa]], Jenderal Kumakichi Harada, mengumumkan dibentuknya suatu badan khusus yang bertugas menyelididki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, yang dinamakan "''Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia''" (''
Selama
=== Sidang resmi pertama ===
[[Berkas:Sidang
Pada tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara pelantikan dan sekaligus seremonial pembukaan masa persidangan
Upacara pelantikan dan seremonial pembukaan masa persidangan
Sebelumnya agenda sidang diawali dengan membahas pandangan mengenai bentuk negara [[Indonesia]], yakni disepakati berbentuk "'''''Negara Kesatuan [[Indonesia|Republik Indonesia]]'''''" ("''NKRI''"), kemudian agenda sidang dilanjutkan dengan merumuskan konstitusi Negara Kesatuan [[Indonesia|Republik Indonesia]]. Untuk hal ini,
Guna mendapatkan rumusan dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]] yang benar-benar tepat, maka agenda acara dalam masa persidangan
:# Sidang tanggal 29 Mei 1945, [[Mohammad Yamin|Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H.]] berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima asas dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]], yaitu: “''1. Peri Kebangsaan; 2. Peri Kemanusiaan; 3. Peri Ketuhanan; 4. Peri Kerakyatan; dan 5. Kesejahteraan Rakyat''”.
:# Sidang tanggal 31 Mei 1945, [[Soepomo|Prof. Mr. Dr. Soepomo]] berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima prinsip dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]], yang beliau namakan "'''''Dasar Negara Indonesia Merdeka'''''", yaitu: “''1. Persatuan; 2. Kekeluargaan; 3. Keseimbangan lahir batin; 4. Musyawarah; dan 5. Keadilan Sosial''”.
:# Sidang tanggal 1 Juni 1945, [[Soekarno|Ir. Soekarno]] berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]], yang beliau namakan "'''''[[Pancasila]]'''''", yaitu: “''1. Kebangsaan Indonesia; 2. Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan; 3. Mufakat atau Demokrasi; 4. Kesejahteraan Sosial; dan 5. Ketuhanan Yang Maha Esa''”.
Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]] yang dikemukakan oleh [[Soekarno|Ir. Soekarno]] tersebut kemudian dikenal dengan istilah "'''''[[Pancasila]]'''''", masih menurut beliau bilamana diperlukan gagasan mengenai rumusan ''[[Pancasila]]'' ini dapat diperas menjadi "'''''[[Trisila]]'''''" (''Tiga Sila''), yaitu: “''1. Sosionasionalisme; 2. Sosiodemokrasi; dan 3. Ketuhanan Yang Berkebudayaan''”. Bahkan masih menurut [[Soekarno|Ir. Soekarno]] lagi, ''[[Trisila]]'' tersebut bila hendak diperas kembali dinamakannya sebagai "'''''[[Ekasila]]'''''" (''Satu Sila''), yaitu merupakan sila: “''Gotong-Royong''”, ini adalah merupakan upaya dari [[Soekarno|Bung Karno]] dalam menjelaskan bahwa konsep gagasan mengenai rumusan dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]] yang dibawakannya tersebut adalah berada dalam kerangka "''satu-kesatuan''", yang tak terpisahkan satu dengan lainnya. Masa persidangan
Pidato dari [[Soekarno|Ir. Soekarno]] ini sekaligus mengakhiri masa persidangan
=== Masa antara sidang resmi pertama dan sidang resmi kedua ===
[[Berkas:Naskah Asli Piagam Jakarta.jpg|jmpl|300px|Naskah Asli "'''''[[Piagam Jakarta]]'''''" atau "''[[Piagam Jakarta|Jakarta Charter]]''" yang dihasilkan oleh "''Panitia Sembilan''" pada tanggal [[22 Juni]] [[1945]]]]
Sampai akhir dari masa persidangan
:# [[Soekarno|Ir. Soekarno]] (ketua)
:# [[Mohammad Hatta|Drs. Mohammad Hatta]] (wakil ketua)
Baris 45:
:# [[Alexander Andries Maramis|Mr. Alexander Andries Maramis]] (anggota)
Sesudah melakukan perundingan yang cukup sulit antara 4 orang dari kaum kebangsaan (pihak "''[[Nasionalis]]''") dan 4 orang dari kaum keagamaan (pihak "''[[Islam]]''"), maka pada tanggal 22 Juni 1945 "''Panitia Sembilan''" kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]] yang kemudian dikenal sebagai "'''''[[Piagam Jakarta]]'''''" atau "''[[Piagam Jakarta|Jakarta Charter]]''", yang pada waktu itu disebut-sebut juga sebagai sebuah "''[[Piagam Jakarta|Gentlement Agreement]]''". Setelah itu sebagai ketua "''Panitia Sembilan''", [[Soekarno|Ir. Soekarno]] melaporkan hasil kerja panitia kecil yang dipimpinnya kepada anggota
:# ''Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan [[Syariat Islam]] bagi pemeluk-pemeluknya'',
:# ''Kemanusiaan yang adil dan beradab'',
Baris 52:
:# ''Keadilan sosial bagi seluruh rakyat [[Indonesia]]''.
Rancangan itu diterima untuk selanjutnya dimatangkan dalam masa persidangan
Di antara dua masa persidangan resmi
=== Sidang resmi kedua ===
[[Berkas:Sidang
Masa persidangan
Pada tanggal 11 Juli 1945, sidang panitia ''Perancang [[Undang-Undang Dasar]]'', yang diketuai oleh [[Soekarno|Ir. Soekarno]], membahas pembentukan lagi panitia kecil di bawahnya, yang tugasnya adalah khusus merancang isi dari [[Undang-Undang Dasar]], yang beranggotakan 7 orang yaitu sebagai berikut:
Baris 71:
Pada tanggal 13 Juli 1945, sidang panitia ''Perancang Undang-Undang Dasar'', yang diketuai oleh [[Soekarno|Ir. Soekarno]], membahas hasil kerja panitia kecil di bawahnya, yang tugasnya adalah khusus merancang isi dari [[Undang-Undang Dasar]], yang beranggotakan 7 orang tersebut.
Pada tanggal 14 Juli 1945, sidang pleno
:# Pernyataan tentang ''[[Indonesia]] Merdeka''
:# Pembukaan [[Undang-Undang Dasar]]
Baris 81:
:::* Bahasa nasional [[Indonesia]] adalah ''[[Bahasa Indonesia]]''.
Konsep proklamasi kemerdekaan negara [[Indonesia]] baru rencananya akan disusun dengan mengambil tiga alenia pertama "''[[Piagam Jakarta]]''", sedangkan konsep [[Undang-Undang Dasar]] hampir seluruhnya diambil dari alinea keempat "''[[Piagam Jakarta]]''". Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang
== Persiapan kemerdekaan dilanjutkan oleh PPKI ==
[[Berkas:Sidang
Pada tanggal 7 Agustus 1945,
Tugas "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''" ini yang pertama adalah meresmikan pembukaan ([[bahasa Belanda]]: ''[[:nl:Preambule|preambule]]'') serta batang tubuh [[Undang-Undang Dasar]] 1945. Tugasnya yang kedua adalah melanjutkan hasil kerja
Anggota "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''" sendiri terdiri dari 21 orang tokoh utama pergerakan nasional [[Indonesia]], sebagai upaya untuk mencerminkan perwakilan dari berbagai etnis di wilayah ''[[Hindia-Belanda]]'', terdiri dari: 12 orang asal [[Jawa]], 3 orang asal [[Sumatra]], 2 orang asal [[Sulawesi]], 1 orang asal [[Kalimantan]], 1 orang asal [[Kepulauan Nusa Tenggara|Sunda Kecil]] ([[Kepulauan Nusa Tenggara|Nusa Tenggara]]), 1 orang asal [[Maluku]], 1 orang asal etnis [[Tionghoa]]. "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''" ini diketuai oleh [[Soekarno|Ir. Soekarno]], dan sebagai wakilnya adalah [[Mohammad Hatta|Drs. Mohammad Hatta]], sedangkan sebagai penasihatnya ditunjuk [[Achmad Soebardjo|Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo]]. Kemudian, anggota "''PPKI''" ditambah lagi sebanyak enam orang, yaitu: [[Wiranatakoesoema]], [[Ki Hadjar Dewantara]], [[Kasman Singodimedjo|Mr. Kasman Singodimedjo]], [[Sayuti Melik|Mohamad Ibnu Sayuti Melik]], [[Iwa Koesoemasoemantri]], dan [[Achmad Soebardjo|Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo]].
|