Didong: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Syair Didong |
k wifikasi dan pranala Luar |
||
Baris 1:
{{wikify}}
[[Berkas:Didong.jpg|250px|thumb|right|Arita Didong Group]]
Sebuah kesenian rakyat Masyarakat [[Gayo]] yang dikenal dengan nama Didong, yaitu suatu kesenian yang memadukan [[unsur]]
== Makna ==
Ada yang berpendapat bahwa kata “didong” mendekati pengertian kata “denang” atau “donang” yang artinya “nyanyian sambil bekerja atau untuk menghibur hati atau bersama-sama dengan bunyi-bunyian”. Dan, ada pula yang berpendapat bahwa Didong berasal dari kata “din” dan “dong”. “Din” berarti
== Fungsi ==
Pada awalnya didong digunakan sebagai sarana bagi penyebaran agama Islam melalui media syair. Para ceh didong (seniman didong) tidak semata-mata menyampaikan tutur kepada penonton yang dibalut dengan nilai-nilai estetika, melainkan di dalamnya bertujuan agar masyarakat pendengarnya dapat memaknai hidup sesuai dengan realitas akan kehidupan para Nabi dan tokoh yang sesuai dengan Islam. Dalam didong ada nilai-nilai religius, nilai-nilai keindahan, nilai-nilai kebersamaan dan lain sebagainya. Jadi, dalam ber-didong para ceh tidak hanya dituntut untuk mampu mengenal cerita-cerita religius tetapi juga bersyair, memiliki suara yang merdu serta berperilaku baik. Pendek kata, seorang ceh adalah seorang seniman sejati yang memiliki kelebihan di segala aspek yang berkaitan dengan fungsinya untuk menyebarkan ajaran Islam. Didong waktu itu selalu dipentaskan pada hari-hari besar
== Menurut Perkembangan ==
Dalam perkembangannya, didong tidak hanya ditampilkan pada hari-hari besar agama Islam, melainkan juga dalam upacara-upacara adat seperti perkawinan, khitanan, mendirikan rumah, panen raya, penyambutan tamu dan sebagainya. Para pe-didong dalam mementaskannya biasanya memilih tema yang sesuai dengan upacara yang diselenggarakan. Pada upacara perkawinan misalnya, akan disampaikan teka-teki yang berkisar pada aturan adat perkawinan. Dengan demikian, seorang pe-didong harus menguasai secara mendalam tentang seluk beluk adat perkawinan. Dengan cara demikian pengetahuan masyarakat tentang adat dapat terus terpelihara. Nilai-nilai yang hampir punah akan dicari kembali oleh para ceh untuk keperluan kesenian didong.
Penampilan didong mengalami perubahan setelah Jepang masuk ke Indonesia. Sikap pemerintah Jepang yang keras telah “memporak-porandakan” bentuk kesenian ini. Pada masa itu, didong digunakan sebagai sarana hiburan bagi tentara Jepang yang menduduki [[tanah Gayo]]. Hal ini memberikan inspirasi bagi masyarakat Gayo untuk mengembangkan didong yang syairnya tidak hanya terpaku kepada hal-hal religius dan adat-istiadat, tetapi juga permasalahan sosial yang bernada protes terhadap kekuasaan penjajah Jepang. Pada masa setelah proklamasi, seni pertunjukan didong dijadikan sebagai sarana bagi pemerintah dalam menjembatani informasi hingga ke desa-desa khususnya dalam menjelaskan tentang [[Pancasila]], [[UUD 1945]] dan semangat bela [[negara]]. Selain itu, didong juga digunakan untuk mengembangkan semangat kegotong-royongan, khususnya untuk mencari dana guna membangun gedung [[sekolah]], [[madrasah]], [[mesjid]], bahkan juga pembangunan jembatan. Namun, pada periode 1950-an ketika terjadi pergolakan [[DI/TII]] kesenian didong terhenti karena dilarang oleh [[DI/TII]]. Akibat dilarangnya didong, maka muncul suatu kesenian baru yang disebut saer, yang bentuknya hampir mirip dengan didong. Perbedaan didong denga saer hanya dalam bentuk unsur gerak dan tari. Tepukan tangan yang merupakan unsur penting dalam didong tidak dibenarkan dalam saer.
Dewasa ini didong muncul kembali dengan lirik-lirik yang hampir sama ketika zaman Jepang, yaitu berupa protes (anti kekerasan). Bedanya, dewasa ini protesnya ditujukan kepada [[pemerintah]] yang selama sekian tahun menerapkan [[Nanggroe Aceh Darussalam]] sebagai Daerah [[Operasi Militer]], sehingga menyengsarakan rakyat. Protes anti kekerasan sebenarnya bukan hanya terjadi pada kesenian didong, melainkan juga pada bentuk-bentuk kesenian lain yang ada di Aceh.
== Syair Didong ==
Inilah salah satu Contoh [[syair]] didong oleh Ceh kucak [[Gayo]] [[Kabri Wali]].<br />
<b>AMA (AYAH)</b>
Ama Inë<br />
Ini Pongotni gayo
Kute takengen besilo nge musarik<br />
Ulahni politik jema si jago - jago<br />
Baris 29:
Laingni kékék numé makin gurë inë…<br />
Geré
Mukim orom Gecik ke meh mukelö<br />
Reje orom imem si musasat sidik<br />
Bewene panik lagu cekakni benno
Beluhni Nyawa gere neh tékëk<br />
Ara bercengkék ara si berdere inë…<br />
Dup Meta mara gere ara si macik<br />
Sempat ilen kedek pemimpin ni jewe
Dop ara pe jeda mantong ilen mangik<br />
Baris 46:
Ama….. Bayak bajungku ine…<br />
Enge emeh merke jema si lisik<br />
dele nge mu teldek kuren tembege
Taring murense umah jamur unik<br />
Kering nge repek ko supu serule
Yatim pe delë simen anak merek<br />
Mongot orom kedek enge meh musede<br />
Iwan atewe nge lagu si sewek<br />
Gere ke macik ko musara Gayo
Ama..aaaa Ini pongotni gayo
Ike kite engon sentan kite telek<br />
Si tukang angik kara pihak ketige ine…<br />
Baris 77:
Ama…aaaaaaa Bayakku ine…eee<br />
Wooo
Itetahmi cara boh ulaken ku ralik<br />
Baris 85:
Ike masih ara ilén sifét si sérék<br />
Lebah orom unik tetap we berdéwë
Amaten agama edet pe iolek<br />
Oya baru mersik kao urang gayo
Agih ni agih mongot bersebuku<br />
Baris 95:
Dalam Pembuatan [http://id.wikipedia.org/wiki/Pengguna:Fajriboy]
==
Para ceh yang turut berjasa mengembangkan dan melestarikan didong di [[tanah Gayo]] 'diantaranya adalah: Ceh Tjuh Ucak, Basir Lakkiki Abd. Rauf, Ecek Bahim, Sali Gobal, Daman, Idris Sidang Temas, Sebi, Utih Srasah, Beik, Tabrani, Genincis, S. Kilang, Ibrahim Kadir, Mahlil, Bantacut, Dasa, Ceh Ucak, Suwt, Talep, Aman Cut, Abu Kasim, Syeh Midin, M. Din, Abu Bakar, Ishak Ali Dan Ceh kucak Kabri Wali,Yang Begitu Dikenal Dikalangan Masyarakat [[Gayo]].
== Pemain dan Peralatan ==
Satu kelompok kesenian didong biasanya terdiri dari para “ceh” dan anggota lainnya yang disebut dengan “penunung”. Jumlahnya dapat mencapai 30 orang, yang terdiri atas 4--5 orang ceh dan sisanya adalah penunung. Ceh adalah orang yang dituntut memiliki bakat yang komplit dan mempunyai kreativitas yang tinggi. Ia harus mampu menciptakan puisi-puisi dan mampu menyanyi. Penguasaan terhadap lagu-lagu juga diperlukan karena satu lagu belum tentu cocok dengan karya sastra yang berbeda. Anggota kelompok didong ini umumnya adalah laki-laki dewasa. Namun, dewasa ini ada juga yang anggotanya perempuan-perempuan dewasa. Selain itu, ada juga kelompok remaja. Malahan, ada juga kelompok didong remaja yang campur (laki-laki dan perempuan). Dalam kelompok campuran ini biasanya perempuan hanya terbatas sebagai seorang
Peralatan yang dipergunakan pada mulanya bantal (tepukan bantal) dan tangan (tepukan tangan dari para pemainnya). Namun, dalam perkembangan selanjutnya ada juga yang menggunakan seruling, harmonika, dan alat musik lainnya yang disisipi dengan gerak pengiring yang relatif sederhana, yaitu menggerakkan badan ke depan atau ke samping.
== Jalannya Pementasan ==
Pementasan didong ditandai dengan penampilan dua [[kelompok]] pada suatu arena pertandingan. Biasanya dipentaskan di tempat terbuka yang kadang-kadang dilengkapi dengan tenda. Semalam suntuk kelompok yang bertanding akan saling mendendangkan teka-teki dan menjawabnya secara bergiliran. Dalam hal ini para senimannya akan saling membalas “serangan” berupa lirik yang dilontarkan olah lawannya. Lirik-lirik yang disampaikan biasanya bertema tentang pendidikan, keluarga berencana, pesan pemerintah (pada zaman Orba), keindahan alam maupun kritik-kritik mengenai kelemahan, kepincangan yang terjadi dalam masyarakat. Benar atau tidaknya jawaban akan dinilai oleh tim juri yang ada.
== Pranala luar ==
Baris 118:
* Kolaborasi Didong dan Saman, Youtube [http://www.youtube.com/watch?v=n9uCcJ6A0GA]
* Malam Seni Gayo, Youtube [http://www.youtube.com/watch?v=4rdrfsz5Lk0]
* Didong dari sisi lain [http://www.serambinews.com/old/index.php?aksi=bacaopini&opinid=1922]
|