Suku Karo: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Hdryn (bicara | kontrib)
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Hdryn (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 43:
</table>
|population = ± 1.200.000 (2010)
|popplace = {{flag|Indonesia}} ([[Sumatera]])
|langs = [[Bahasa Karo|Karo]], [[bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Melayu|Melayu]], [[Bahasa Batak|Batak]], [[Bahasa Aceh|Aceh]]
|rels = {{hlist|[[Kristen Protestan]]<ref>{{Cite journal|last=Ginting|first=Ray Brema|date=2016|title=Kristen di Dataran Tinggi Karo Tahun 1890-1906|url=http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/17540|journal=Kristen di Dataran Tinggi Karo Tahun 1890-1906|language=id|publisher=Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara (RI-USU)}}</ref>|[[Islam]]<ref>{{Cite journal|last=Ginting|first=Dewi|date=2012-08-08|title=SEJARAH BERKEMBANGNYA AGAMA ISLAM DI TANAH KARO SUMATERA UTARA PADA TAHUN 1980- 2010|url=http://digilib.unimed.ac.id/17575/|journal=Ginting, Dewi (2012) SEJARAH BERKEMBANGNYA AGAMA ISLAM DI TANAH KARO SUMATERA UTARA PADA TAHUN 1980- 2010. Undergraduate thesis, UNIMED.|language=id|publisher=UNIMED}}</ref>|[[Kristen Katolik]]<ref>{{Cite web|first=Ranika Br Ginting|date=Oktober 2014|title=Katolik di Tanah Karo: Kabanjahe, 1942-1970an|url=https://jurnal.ugm.ac.id/lembaran-sejarah/article/view/23810|website=jurnal.ugm.ac.id|publisher=Jurnal Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 2, Oktober 2014 {{!}} Mahasiswa S1 Jurusan Sejarah Universitas Gadjah Mada|access-date=}}</ref>|[[Agama Buddha|Buddha]]<ref>{{Cite journal|last=Rasmamana|first=Edi Putra|date=2016-09-03|title=PENYEBARAN AGAMA BUDDHA PADA MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN LANGKAT|url=http://digilib.unimed.ac.id/20042/|journal=Rasmamana, Edi Putra (2016) PENYEBARAN AGAMA BUDDHA PADA MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN LANGKAT. Undergraduate thesis, UNIMED.|language=id|publisher=UNIMED}}</ref>|[[Hindu]]<ref>[https://medanbisnisdaily.com/m/news/online/read/2020/03/25/103996/melihat_umat_hindu_di_tanah_karo/]</ref>|[[Pemena]]<ref>{{cite book|title=Voice of Nature, Volumes 85-95|year=1990|publisher=Yayasan Indonesia Hijau|page=45}}</ref>|Lainnya
Baris 49 ⟶ 50:
}}
 
'''EtnisEtnik Karo''' ([[Surat Batak|Karo]]: {{batk|ᯂᯒᯨ}} atau {{batk|ᯂᯒᯭ}}, Latin: ''Karo'') adalah [[suku bangsa]] atau kelompok etniketnis yang mendiami wilayah [[Sumatra Utara]] dan sebagian [[Aceh]]: meliputi [[Kabupaten Karo]], sebagian Kabupaten [[Kabupaten Aceh Tenggara|Aceh Tenggara]], sebagian [[Kabupaten Langkat]] (Langkat Hulu), Sebagian [[Kabupaten Dairi]], sebagian [[Kabupaten Simalungun]], dan sebagian [[Kabupaten Deli Serdang]] serta juga dapat ditemukan di [[kota Medan]] & [[Kota Binjai]]. Suku ini merupakan salah satu suku terbesar di Sumatra Utara. Nama suku ini dijadikan sebagai nama salah satu Kabupaten di Sumatra Utara yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa yang disebut [[Bahasa Karo]] atau ''Cakap Karo''. Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna [[merah]] serta [[hitam]] dan penuh dengan perhiasan [[emas]]. Konon, Kota Medan didirikan oleh seorang putra Karo yang bernama [[Guru Patimpus Sembiring Pelawi]].
 
== Sejarah & etimologi ==
Baris 136 ⟶ 137:
Banyak diantara orang Karo yang tidak ingin dirinya disebut sebagai bagian dari [[Suku Batak|Batak]]. Mereka berpendapat bahwa dari asal usul nenek moyang orang Karo saja sudah berbeda dari suku Batak, selain itu budaya dan bahasa Karo juga diyakini berbeda dari Batak. Embel-embel "Batak" diyakini mereka merupakan stereotip yang dimunculkan pada masa kolonial [[Belanda]], dimana suku bangsa non-[[Melayu]] yang ada di pesisir dikategorikan sebagai suku Batak yang bermukim di dataran tinggi/pegunungan.<ref>{{Cite web |url=https://sorasirulo.com/2017/11/23/pernyataan-karo-bukan-batak-di-kota-medan/ |title=Salinan arsip |access-date=2018-08-22 |archive-date=2018-08-22 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180822213845/https://sorasirulo.com/2017/11/23/pernyataan-karo-bukan-batak-di-kota-medan/ |dead-url=yes }}</ref>
 
Pernyataan tersebut memunculkan pro dan kontra di kalangan masyarakat, terutama di masyarakat [[Suku Batak]]. Walaupun Karo berdiri sebagai suku sendiri tetapi suku Karo serumpun dengan suku Batak yaitu dengan suku Batak Simalungun, Suku Batak Toba, khususnya suku Batak Pakpak. Karenakarena dari segi budaya, bahasa, bahkan marga-marga beberapa ada yang mirip bahkan sama atau ada sebagian marga yang se-trah atau ada kaitannya/hubungan dengan marga Batak, hal ini bisa dilihat karena mereka juga memiliki wilayah geografis yang berdekatan. Bahkan aksara Batak juga sangat mempengaruhi Karo, orang Karo sendiri menggunakan surat Karo yang merupakan varian/menjadi bagian dari surat Batak sebagai aksaranya karena sudah terpengaruh sejak lama dan berkembang disana. Huruf/abjad Batak awal mulanya berkembang di wilayah Tapanuli bagian selatan lebih tepatnya wilayah Angkola & Mandailing lalu kemudian menyebar ke Toba-Samosir lalu menyebar ke wilayah Simalungun dan wilayah Pakpak-Dairi 2 suku Batak ini (Batak Simalungun & Batak Dairi) menjadi penerima terakhir. Karena wilayah keduanya yang berdekatan dan berbatasan langsung dengan wilayah suku Karo maka menyebar juga ke wilayah Karo. Dan akhirnya Karo menjadi suku penerima terakhir surat Batak setelah suku-suku Batak itu tersendiri, di Tanah Karo sendiri penyebutan aksara Batak disebut Surat Si Siwa-siwa/Surat Aru/Haru atau bisa disebut aksara Karo setelah munculnya kerajaan Karo yakni kerajaan Karo yaitu kerajaan Haru/Aru. Sejarah Suku Karo Menurut Kol. (Purn) Sempa Sitepu dalam buku "Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia" menuliskan secara tegas etnis Karo bukan berasal dari si Raja Batak. Ia mengemukakan silsilah etnis Karo yang diperoleh dari cerita lisan secara turun temurun dan sampai kepada beliau yang didengar sendiri dari kakeknya yang lahir sekitar tahun 1838. Secara etimologi, suku Karo merupakan suku tersendiri yang mandiri dan bukan bagian dari Batak. Karena kata Batak pun ciptaan dari para penjajah/pengelana asing untuk mengelompokkan manusia-manusia di daerah pegunungan/pedalaman yang bermakna menghina dan sangat negatif. Arti dari makna/konotasinya ialah: terbelakang, liar dan tak beradab (merujuk kepada suku Toba) atau dalam bahasa Karo disebut "Kalak Tebba" yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai 'Orang Toba'. Menurut orang Karo, kata Batak tidak mewakili identitas/jati diri mereka. Ini adalah hal serius untuk tidak mengatakan Karo adalah Batak karena ini ialah masalah jati diri, mereka memang berbeda. Kemiripan dan beberapa persamaan terjadi karena akulturasi dan asimilasi yang memang tak bisa dielakkan. Karena juga wilayah mereka saling berdekatan. Ini adalah masalah serius agar anak cucu kita nanti tidak kehilangan jati dirinya sebagai orang Karo/kalak Karo.
 
== Wilayah Karo ==
Baris 199 ⟶ 200:
[[Berkas:Medan compilation.jpg|thumb|upright|Suasana kota Medan serta ikon-ikon/tugu dan gedung-gedung/bangunan di kota Medan]]
 
Pendiri kota Medan adalah seorang putra Karo yaitu ''[[Guru Patimpus Sembiring Pelawi]]''. Sebagian sejarawansejarahwan dan pemerhati budaya juga mempercayai bahwa asal mula nama Kota Medan berasal dari [[Bahasa Karo]], ''Madan'' yang berarti "obat". Namun pendapat ini masih menjadi pro dan kontra karena terdapat beberapa versi mengenai asal mula nama Medan.
 
[[File:Batak Karo House at Dokan Village (01).jpg|thumb|upright|[[Siwaluh Jabu|Rumah adat ''Karo Siwaluh Jabu'']] di [[Dokan, Merek, Karo|Desa Dokan]]]]
Baris 222 ⟶ 223:
| Bras || Gurusinga || [[Kacinambun]] || [[Busok|Busu]] || [[Girsang|Gersang]]
|-
| Guru PatihGurupatih || [[Kaban]] || [[Keliat]] || [[Colia]] || Gerneng
|-
| Garamata || [[Kacaribu]] || [[Perangin-angin Laksa|Laksa]] || [[Depari]] || Jampang
|-
| Jandibata || [[Karosekali|Karo Sekali]] || [[Limbeng]] || Gurukinayan || KerendamKrandam
|-
| Jawak || [[Kemit]] || [[Mano]] || [[Sembiring Keling|Keling]] || [[Purba|Tarigan Purba]]
Baris 236 ⟶ 237:
| Pase || [[Paroka]] || [[Penggarus|Penggarun]] || [[Maha]] || Silangit
|-
| [[Saragih|Seragih]] || [[Karo-Karo Purba|Karo Purba]] || [[Perangin-angin Perbesi|Perbesi]] || [[Sembiring Meliala|Meliala/Melala/Milala]] || Tambun
|-
| Suka/Sinisuka || [[Samura]] || [[Pinem]] || [[Muham]] || Tambak
|-
| Sugihen || [[Sinubulan|Sinubulan/Simbulan]] || Sebayang || [[Pandia]] || Tegur
|-
| Sinusinga || [[Sinuhaji|Sinuaji]] || [[Singarimbun]] || [[Pandebayang]] || Tendang
Baris 246 ⟶ 247:
| Tumangger || [[Sinukaban]] || Sinurat || [[Pelawi]] || Tua
|-
| CapahCapa || [[Sinulingga]] || [[Sukatendel]] || [[Sinukapar]] || {{sdash}}
|-
| {{sdash}} || [[Sinuraya]] || [[Perangin-angin Tanjung|Tanjung]] || [[Sinulaki]] || {{sdash}}
Baris 312 ⟶ 313:
{{main|Surat Batak}}
 
Aksara yang digunakan oleh suku Karo adalah Aksara Karo yang juga merupakan bagian dari jenis varian aksara Batak. Aksara ini adalah aksara kuno yang dipergunakan oleh masyarakat Karo, akan tetapi pada saat ini penggunaannya sangat terbatas sekali bahkan hampir tidak pernah digunakan lagi. Guna melengkapi cara penulisan perlu dilengkapi dengan anak huruf seperti o = ketolongen, x = sikurun, ketelengen dan pemantek.
 
=== Bentuk aksara dasar ===
Baris 378 ⟶ 379:
 
=== Diakritik ===
 
Diakritik ('''''anak surat''''') adalah tanda yang melekat pada aksara utama untuk mengubah vokal inheren aksara utama yang bersangkutan, bentuknya dapat dilihat sebagaimana berikut:<ref name="uni"/>
 
Baris 422 ⟶ 424:
</small>
|}
 
 
Tabel berikut menunjukkan bagaimana diakritik melekat pada aksara dasar ka dalam masing-masing varian aksara:
Baris 471 ⟶ 472:
</small>
|}
 
 
=== Penulisan suku kata tertutup ===
 
Pada penulisan suku kata tertutup yang berpola konsonan-vokal-konsonan, diakritik vokal yang normalnya menempel pada aksara dasar pertama ditempatkan ulang agar menempel dengan aksara dasar kedua dan diaktrik pemati. Aturan ini berlaku untuk semua varian aksara, dan penerapannya dapat dilihat sebagaimana berikut:<ref name="uni"/>
 
Baris 550 ⟶ 551:
 
=== Penulisan diakritik -ng dan -h ===
 
Apabila suatu suku kata menggunakan diakritik vokal yang menempel di sebelah kanan aksara dasar, diakritik -ng dan -h ditulis tidak menempel pada aksara dasar namun diaktrik vokal yang bersangkutan. Penerapannya dapat dilihat sebagaimana berikut:<ref name="uni"/>
{| class="wikitable" summary="reordering"