Mukti Ali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Diaz virdani (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 39:
Meskipun Haji Abu Ali memiliki pendidikan yang sangat rendah, yakni hanya diperolehnya dari mengaji [[kitab]] di pesantren di Cepu, tetapi ia termasuk orang tua yang sangat memikirkan pendidikan anaknya.<ref name="menteri"/> Pada usia delapan tahun, Mukti Ali menempuh pendidikan formalnya dengan masuk HIS (''[[Hollandsch-Inlandsche School|Hollandsch Inlandsche School]]''), sekolah milik [[Pemerintah Hindia Belanda]] setingkat [[Sekolah Dasar]].<ref name="limatokoh"/> Di samping itu, ia juga mengaji (belajar agama Islam) di Madrasah Diniyah (Sekolah Islam) di Cepu, yang kegiatan belajarnya berlangsung sore harinya.<ref name="menteri"/><ref name="tujuhpuluh"/>
 
Setelah menyelesaikan pendidikannya di HIS dan mendapat sertifikat pegawai pemerintah Belanda (''Klein Ambtenar Examen''), Mukti Ali melanjutkan dikirim ke Pondok Pesantren Assalam di Cepu untuk belajar al-Qur'an kepada Kiai Usman.<ref name="tujuhpuluh"/> Di bawah asuhan Kiai Usman yang terkenal tegas, Mukti Ali belajar membaca al-Qur'an dengan fasih dan ''tartil'' menurut kaidah ilmu [[tajwid]].<ref name="tujuhpuluh"/>
 
Pada pertengahan tahun 1940, Mukti Ali lalu dikirim ayahnya untuk belajar di Pondok Pesantren Termas, [[Pacitan]], di bawah asuhan [[Dimyathi Syafi'ie|K.H. Dimyati]] dan puteranya K.H. Abdul Hamid Dimyati.<ref name="Ensiklopedi"/><ref name="menteri"/> Ia intensif mempelajari berbagai kitab klasik seperti ''Nahwul Wadlih'', ''Balaghatul Wadhihah'', ''Jurumiyah'', ''Alfiyah'', ''Taqrib'', ''Iqna''', 'Mustalah Hadis', 'Jam'ul Jawami', dan lain-lain.<ref name="limatokoh"/><ref name="tujuhpuluh"/> Di pesantren tradisional ini Mukti Ali mengaji di bawah asuhan kiainya dan banyak belajar dan berdiskusi dengan para seniornya.<ref name="Ensiklopedi"/> Di antara para senior Mukti Ali tersebut adalah K.H. Abdul Hamid (asal Lasem yang kemudian menetap di [[Pasuruan]]) dan K.H. Ali Ma'sum (Rais Aam Syuriyah PBNU 1981-1984).<ref name="Ensiklopedi"/> Di Pesantren ini juga Mukti Ali bersama K.H. Ali Ma'sum sempat merintis berdirinya madrasah, yang kemudian K.H. Ali Ma'sum menjadi kepala sekolah dan Mukti Ali menjadi wakilnya.<ref name="Ensiklopedi"/>