Celurit Emas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
Baris 1:
[[Celurit Emas]] (1986) merupakan buku kumpulan sajak [[D. Zawawi Imron]] yang diterbitkan Bintang Surabaya tahun 1986.<ref>{{Cite web|url=http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Celurit_Emas|title=Artikel "Celurit Emas" - Ensiklopedia Sastra Indonesia|website=ensiklopedia.kemdikbud.go.id|access-date=2018-04-19}}</ref>. Kumpulan sajak inidibuat dengan proses sekitar empat tahun, yakni mulai 1980—1984. Dalam Celurit Emas terdapat tiga puluh sajak yang pernah dibacakan sendiri oleh Zawawi Imron di Bentara Budaya Yogjakarta tahun 1984 kemudian di Sasono Mulyo, Solo dan pada tanggal 22 November 1984 di Teater Arena TIM, Jakarta serta di [[Universitas Hasanuddin]] (Unhas) tahun 1986. Sajak-sajak itu di antaranya "Pantai", "Di Ujung Duri", "Gua", "Beban", "Laut Menganga", "Sapiku", "Sajak Burung Gagak", "Tanda", "Darah", "Ayam", "Dalam Topan", "Batu Porron", "Aku Bergantung", "Sajak Pesona Hitam", "Hujan Terjunlah", "Duri", "Tuntunan", "Nyanyian Pemberang", "Kuperam Sukmaku", "Di Pantai Badur", "Kepada Pena", "Sajak Ranjau", "Zikir", "Sembahyang", "Lagu untuk Bulan", "Buat Seorang Kawan", "Celurit Emas", "Sajak Bara", "Meditasi Celurit", dan Lagu "Orang Kalah".
 
Kumpulan sajak Celurit Emas ini telah diterbitkan pula dalam bahasa Belanda oleh penerbit Uitgeverij Doune, Rotterdam dengan judul [[Golden Sikkel]].Dari sekian sajak dalam Celurit Emas ada satu sajak berjudul "Dzikir" yang tidak diterjemahkan karena merasa sulit menerjemahkan idiom-idiom Zawawi Imron yang sangat khas. Istilah "celurit emas" mengingatkan Zawawi pada saat sedang gencar-gencarnya operasi senjata tajam era [[Soeharto]], Benny Moerdani, dan Sudomo selaku Pangkokamtib. "Celurit" sendiri identik dengan etnis Madura dan identik pula dengan dunia kriminal karena itu Zawawi menulis sajak dengan idiom celurit dalam konteks budaya atau celurit intelektual.