Timor Timur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
JayaGood (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
JayaGood (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 110:
== Geografi ==
Timor Timur terletak di antara 123° 127° [[bujur timur|BT]] dan antara 8° - 10° [[lintang selatan|LS]], merupakan wilayah yang berbatasan di sebelah utara dengan [[Selat Wetar]], di sebelah timur dengan [[Laut Maluku]], di sebelah selatan dengan [[Laut Timor]] dan [[Australia]], dan di sebelah barat dengan [[Nusa Tenggara Timur]]. Wilayah Timor Timur meliputi areal seluas 14.609 kilometer persegi, yang terdiri atas sebagian [[pulau Timor]] bagian timur, [[pulau Kambing]] atau [[Atauro]], [[Jaco|pulau Jaco]] dan sebuah [[Oecusse|eksklave]] di [[Timor Barat]] yang dikelilingi oleh provinsi Nusa Tenggara Timur.
 
== Demografi ==
=== Budaya dan suku bangsa ===
Penduduk di Timor Timur merupakan orang keturunan [[Austronesia]] ([[Melayu-Polinesia]]), [[Papua]], sejumlah minoritas [[Tionghoa]] ([[Hakka]]) dan beberapa keturunan Portugis Eropa yang biasa disebut ''[[Mestizo|Mestiço]]''.
 
Kebudayaan masyarakat di Timor Timur memiliki kekerabatan dengan berbagai suku di wilayah [[Indonesia]], salah satunya adalah [[suku Marobo]]. Selain itu, budaya Timor Timur juga banyak dipengaruhi bangsa [[Portugis]].
 
Suku Marobo adalah suku yang bertempat tinggal di beberapa desa di [[Bobonaro]], kota [[Maliana]], khususnya desa Ilatlaun, Atuaben, dan Soileso. Pada 1990 diketahui bahwa jumlah populasinya sekitar 3.000 jiwa. Suku Marobo masih mempunyai tali saudara dengan [[suku Kemak]] dan menggunakan [[bahasa Kemak]], sehingga sering juga disebut orang Kemak Marobo. Selain bahasa Kemak, suku Marobo juga menggunakan bahasa lain, yaitu [[bahasa Bunak]] atau Tenun Terik sebagai ''[[lingua franca]]'' untuk berkomunikasi dengan suku lain yang ada di sekitarnya. Jenis bahasa mereka adalah jenis bahasa orang laut yang terancam punah, bersamaan dengan bahasa-bahasa milik suku bangsa [[Rumpun Punan|Punan]], [[Suku Asmat|Asmat]], [[Suku Mentawai|Mentawai]], dan [[Orang Sakai|Sakai]].{{Butuh rujukan}}
 
Selain itu, suku-suku lain yang ada di Timor Timur di antaranya adalah [[suku Atoni]]; [[suku Bunak|Bunak]]; [[suku Mambai|Mambai]]; [[suku Samoro|Samoro]]; [[suku Tetun|Tetun]]; dan lain-lain.
 
=== Bahasa ===
Bahasa resmi yang berlaku secara nasional di Indonesia, termasuk Timor Timur yaitu [[bahasa Indonesia]]. Dalam praktik keseharian, masyarakat di wilayah ini banyak menggunakan [[bahasa Tetun]] sebagai [[Basantara|bahasa pengantar]], sementara bahasa Indonesia waktu itu lebih dipakai dalam kegiatan resmi. Pasca integrasi tahun 1976, penggunaan [[bahasa Portugis]] di wilayah ini dilarang oleh pemerintahan Presiden [[Soeharto]] karena dianggap sebagai peninggalan penjajahan.
 
=== Agama ===
[[Berkas:DiliSé.jpg|jmpl|kanan|200px|[[Katedral Dili]] yang diresmikan Presiden [[Soeharto]] pada tahun 1988 dan diberkati Paus [[Yohanes Paulus II]] tahun 1989.]]
Mayoritas warga Timor Timur beragama [[Katolik Roma|Kristen Katolik]] (lebih dari 90%), diikuti [[Protestanisme|Kristen Protestan]]; [[Islam]]; [[Hindu]]; [[Buddha]]; dan aliran kepercayaan. Hingga tahun 1999, terdapat dua [[keuskupan]] di Timor Timur yaitu: [[Keuskupan Dili]] yang didirikan pada tahun 1940 setelah memisahkan diri dari [[Keuskupan Makau]], dan [[Keuskupan Baucau]] yang berdiri pada tahun 1996. Karena status Timor Timur sebagai wilayah Indonesia tak diakui oleh [[Takhta Suci]], maka [[Uskup]] di Timor Timur waktu itu berkedudukan sebagai [[Administrator Apostolik]] yang berada langsung di bawah naungan Takhta Suci dan bertanggung jawab secara langsung kepada [[Paus (Gereja Katolik)|Paus]], yang juga merangkap sebagai Uskup Agung Dili. Pada tahun 1989, Paus [[Yohanes Paulus II]] melakukan kunjungan ke [[Dili]] dan berbagai kota-kota lain di Indonesia.<ref>[https://www.tribunnews.com/regional/2013/12/10/mengenang-paus-paulus-yohanes-ii-di-bukit-taci-tolu Mengenang Paus Paulus Yohanes II di Bukit Taci Tolu]</ref>
 
Sebelumnya, pada tahun 1975, diperkirakan hanya 25–30% penduduk Timor Timur yang dibaptis sebagai seorang [[Katolik]]. Namun, setelah wilayah ini berintegrasi dengan Indonesia, perkembangan agama Katolik semakin pesat, dan pada dasawarsa 1990-an, persentase rakyat Timor Timur yang dibaptis sebagai seorang Katolik telah mencapai lebih dari 90%.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Hodge|first=Joel|date=2013|title=The Catholic Church in Timor-Leste and the Indonesian occupation: A spirituality of suffering and resistance|url=https://www.jstor.org/stable/23752590|journal=South East Asia Research|volume=21|issue=1|pages=151–170|issn=0967-828X}}</ref><ref name="Taylor, Jean Gelman 2003, p.381">{{cite book|last=Taylor|first=Jean Gelman|year=2003|url=https://archive.org/details/indonesia00jean|title=Indonesia: Peoples and Histories|publisher=Yale University Press|isbn=978-0-300-10518-6|page=[https://archive.org/details/indonesia00jean/page/381 381]|url-access=registration}}</ref> Jumlah gereja sendiri bertambah dari 100 bangunan gereja pada tahun 1974 menjadi lebih dari 800 pada tahun 1994.<ref name="robinson">Robinson, G. ''If you leave us here, we will die'', Princeton University Press 2010, p.&nbsp;72.</ref> Diyakini salah satu penyebab berkembang pesatnya agama Katolik di wilayah ini adalah karena hukum Indonesia mewajibkan semua warganya untuk menganut salah satu agama yang diakui secara resmi, dan kepercayaan [[animisme]] rakyat Timor Timur dianggap tidak sesuai dengan sila pertama [[Pancasila]].<ref name=":0" /><ref name="Taylor, Jean Gelman 2003, p.381" />
 
== Pemerintahan ==
Baris 272 ⟶ 291:
 
Sejak tanggal 24 September 1999, militer Indonesia mulai ditarik mundur dan per tanggal 31 Oktober 1999 seluruh pasukan Indonesia meninggalkan Timor Timur setelah 24 tahun masa integrasi dan digantikan pasukan keamanan dari [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] yang mengontrol keamanan di wilayah ini.
 
== Kependudukan ==
=== Budaya dan suku bangsa ===
Penduduk di Timor Timur merupakan orang keturunan [[Austronesia]] ([[Melayu-Polinesia]]), [[Papua]], sejumlah minoritas [[Tionghoa]] ([[Hakka]]) dan beberapa keturunan Portugis Eropa yang biasa disebut ''[[Mestizo|Mestiço]]''.
 
Kebudayaan masyarakat di Timor Timur memiliki kekerabatan dengan berbagai suku di wilayah [[Indonesia]], salah satunya adalah [[suku Marobo]]. Selain itu, budaya Timor Timur juga banyak dipengaruhi bangsa [[Portugis]].
 
Suku Marobo adalah suku yang bertempat tinggal di beberapa desa di [[Bobonaro]], kota [[Maliana]], khususnya desa Ilatlaun, Atuaben, dan Soileso. Pada 1990 diketahui bahwa jumlah populasinya sekitar 3.000 jiwa. Suku Marobo masih mempunyai tali saudara dengan [[suku Kemak]] dan menggunakan [[bahasa Kemak]], sehingga sering juga disebut orang Kemak Marobo. Selain bahasa Kemak, suku Marobo juga menggunakan bahasa lain, yaitu [[bahasa Bunak]] atau Tenun Terik sebagai ''[[lingua franca]]'' untuk berkomunikasi dengan suku lain yang ada di sekitarnya. Jenis bahasa mereka adalah jenis bahasa orang laut yang terancam punah, bersamaan dengan bahasa-bahasa milik suku bangsa [[Rumpun Punan|Punan]], [[Suku Asmat|Asmat]], [[Suku Mentawai|Mentawai]], dan [[Orang Sakai|Sakai]].{{Butuh rujukan}}
 
Selain itu, suku-suku lain yang ada di Timor Timur di antaranya adalah [[suku Atoni]]; [[suku Bunak|Bunak]]; [[suku Mambai|Mambai]]; [[suku Samoro|Samoro]]; [[suku Tetun|Tetun]]; dan lain-lain.
 
=== Bahasa ===
Bahasa resmi yang berlaku secara nasional di Indonesia, termasuk Timor Timur yaitu [[bahasa Indonesia]]. Dalam praktik keseharian, masyarakat di wilayah ini banyak menggunakan [[bahasa Tetun]] sebagai [[Basantara|bahasa pengantar]], sementara bahasa Indonesia waktu itu lebih dipakai dalam kegiatan resmi. Pasca integrasi tahun 1976, penggunaan [[bahasa Portugis]] di wilayah ini dilarang oleh pemerintahan Presiden [[Soeharto]] karena dianggap sebagai peninggalan penjajahan.
 
=== Agama ===
[[Berkas:DiliSé.jpg|jmpl|kanan|200px|[[Katedral Dili]] yang diresmikan Presiden [[Soeharto]] pada tahun 1988 dan diberkati Paus [[Yohanes Paulus II]] tahun 1989.]]
Mayoritas warga Timor Timur beragama [[Katolik Roma|Kristen Katolik]] (lebih dari 90%), diikuti [[Protestanisme|Kristen Protestan]]; [[Islam]]; [[Hindu]]; [[Buddha]]; dan aliran kepercayaan. Hingga tahun 1999, terdapat dua [[keuskupan]] di Timor Timur yaitu: [[Keuskupan Dili]] yang didirikan pada tahun 1940 setelah memisahkan diri dari [[Keuskupan Makau]], dan [[Keuskupan Baucau]] yang berdiri pada tahun 1996. Karena status Timor Timur sebagai wilayah Indonesia tak diakui oleh [[Takhta Suci]], maka [[Uskup]] di Timor Timur waktu itu berkedudukan sebagai [[Administrator Apostolik]] yang berada langsung di bawah naungan Takhta Suci dan bertanggung jawab secara langsung kepada [[Paus (Gereja Katolik)|Paus]], yang juga merangkap sebagai Uskup Agung Dili. Pada tahun 1989, Paus [[Yohanes Paulus II]] melakukan kunjungan ke [[Dili]] dan berbagai kota-kota lain di Indonesia.<ref>[https://www.tribunnews.com/regional/2013/12/10/mengenang-paus-paulus-yohanes-ii-di-bukit-taci-tolu Mengenang Paus Paulus Yohanes II di Bukit Taci Tolu]</ref>
 
Sebelumnya, pada tahun 1975, diperkirakan hanya 25–30% penduduk Timor Timur yang dibaptis sebagai seorang [[Katolik]]. Namun, setelah wilayah ini berintegrasi dengan Indonesia, perkembangan agama Katolik semakin pesat, dan pada dasawarsa 1990-an, persentase rakyat Timor Timur yang dibaptis sebagai seorang Katolik telah mencapai lebih dari 90%.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Hodge|first=Joel|date=2013|title=The Catholic Church in Timor-Leste and the Indonesian occupation: A spirituality of suffering and resistance|url=https://www.jstor.org/stable/23752590|journal=South East Asia Research|volume=21|issue=1|pages=151–170|issn=0967-828X}}</ref><ref name="Taylor, Jean Gelman 2003, p.381">{{cite book|last=Taylor|first=Jean Gelman|year=2003|url=https://archive.org/details/indonesia00jean|title=Indonesia: Peoples and Histories|publisher=Yale University Press|isbn=978-0-300-10518-6|page=[https://archive.org/details/indonesia00jean/page/381 381]|url-access=registration}}</ref> Jumlah gereja sendiri bertambah dari 100 bangunan gereja pada tahun 1974 menjadi lebih dari 800 pada tahun 1994.<ref name="robinson">Robinson, G. ''If you leave us here, we will die'', Princeton University Press 2010, p.&nbsp;72.</ref> Diyakini salah satu penyebab berkembang pesatnya agama Katolik di wilayah ini adalah karena hukum Indonesia mewajibkan semua warganya untuk menganut salah satu agama yang diakui secara resmi, dan kepercayaan [[animisme]] rakyat Timor Timur dianggap tidak sesuai dengan sila pertama [[Pancasila]].<ref name=":0" /><ref name="Taylor, Jean Gelman 2003, p.381" />
 
== Galeri ==