Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
Pasca-PRRI, orang Minang menerima pukulan kejiwaan yang keras; dulu berada di barisan terdepan dalam perjuangan kemerdekaan nasional tetapi kini dicap sebagai pemberontak separatis. Banyak pegawai negeri yang mendukung PRRI diganti dengan orang-orang komunis.<ref>{{Cite book|last=Freek.|first=Colombijn,|date=2006|url=http://worldcat.org/oclc/968478828|title=Paco-paco (kota) Padang : sejarah sebuah kota di Indonesia abad ke-20 dan penggunaan ruang kota|publisher=Ombak|oclc=968478828}}</ref>
 
== AwalSebab gerakanberdirinya PRRI ==
GerakanSebab iniberdirinya bermulaPRRI adalah tuntutan otonomi luas dan kekecewaan terhadap pemerintah pusat karena cenderung sentralis, sehingga pembangunan di daerah menjadi terabaikan. Cikal bakal PRRI dapat dilacak dari acara reuni Divisi Banteng di Padang pada tanggal 20-2520–25 November 1956. Dari pertemuan tersebut dihasilkan perlunya otonomi daerah agar bisa menggali potensi dan kekayaan daerah dan disetujui pula pembentukan [[Dewan Banteng]] yang dipimpin oleh Letkol [[Ahmad Husein]], komandan resimen IV dan tetorium I yang berkedudukan di Padang.
 
Pada tanggal 20 Desember 1956, Letkol Ahmad Husein merebut kekuasaan Pemerintah Daerah dari Gubernur [[Ruslan Muljohardjo]]. Dalihnya gubernur yang ditunjuk pemerintah tidak berhasil menjalankan pembangunan daerah. Menyusul Dewan Banteng, muncul pula dewan-dewan lain di berbagai daerah yakni:<ref name="Poes" />
Baris 18:
Pada masa bersamaan kondisi pemerintahan di Indonesia masih belum stabil pasca-agresi Belanda. Hal ini juga memengaruhi hubungan pemerintah pusat dengan daerah serta menimbulkan berbagai ketimpangan dalam pembangunan, terutama pada daerah-daerah di luar pulau Jawa.
 
== Sebab berdirinyaUltimatum PRRI ==
SelanjutnyaPada diadakan10 rapatFebruari raksasa1958, di [[Padang]]. [[Letkol]] [[Ahmad Husein]] selaku Ketua Dewan BantengmengeluarkanBanteng mengeluarkan ultimatum yang isinya agar [[Kabinet Djuanda]] menyerahkan mandatnya kepada Presiden dengan waktu 5 x 24 jam dan Presiden diminta kembali kepada kedudukan konstitusionalnya. Ultimatum tersebut bukan tuntutan pembentukan negara baru maupun pemberontakan, tetapi lebih merupakan protes mengenai bagaimana konstitusi dijalankan.<ref>Lukman Hakiem, (2008), ''M. Natsir di panggung sejarah republik'', Penerbit Republika, ISBN 978-979-1102-43-8.</ref>
Sebab berdirinya PRRI adalah tuntutan otonomi luas dan kekecewaan terhadap pemerintah pusat karena cenderung sentralis, sehingga pembangunan di daerah menjadi terabaikan.
 
Ultimatum ini tidak digubris oleh pemerintah pusat, bahkan Ahmad Husein dan kawan-kawannya dipecat dari [[Angkatan Darat]]. Pada tanggal 15 Februari 1958, bertepatan dengan batas akhir ultimatum, Letkol Ahmad Husein mengumumkan berdirinya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia di Padang.<ref>{{Cite book|last=Petrik Matanasi|first=|date=2011|url=https://books.google.co.id/books?id=8NH6WsEB9lkC&pg=PA72&dq=%22PRRI%22+%2215+Februari+1958%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjvmcK3vr_rAhVVbn0KHSdYDpwQ6AEwAHoECAMQAg#v=onepage&q=%22PRRI%22%20%2215%20Februari%201958%22&f=false|title=Prajurit-Prajurit di Kiri Jalan|location=|publisher=Trompet Books|isbn=978-602-99131-3-2|pages=72|language=id|url-status=live}}</ref> Pemerintah tersebut membuat Kabinet dengan [[Syafruddin Prawiranegara]] sebagai Perdana Menterinya.<ref>{{Cite book|last=Marwati Djoened Poesponegoro|first=|last2=|first2=|date=1993|url=https://books.google.co.id/books?id=TCRGAQAAIAAJ&q=%22PRRI%22+%2215+Februari+1958%22&dq=%22PRRI%22+%2215+Februari+1958%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwitmbu_v7_rAhXTdCsKHedbBrQ4ChDoATAGegQICRAC|title=Sejarah Nasional Indonesia|location=|publisher=Balai Pustaka|isbn=|volume=1|pages=175|language=id|url-status=live}}</ref>
Tanggal 10 Februari 1958, Ahmad Husein selaku Ketua Dewan Banteng mengeluarkan Ultimatum
 
Deklarasi PRRI mendapat sambutan dari wilayah [[Sulawesi Utara]] dan [[Sulawesi Tengah]]. Pada 17 Februari 1958, kawasan tersebut menyatakan mendukung PRRI (gerakannya dikenal sebagai [[Permesta]]). Namun, PRRI dianggap sebagai gerakan separatis oleh pemerintah pusat.
Selanjutnya diadakan rapat raksasa di [[Padang]]. [[Letkol]] [[Ahmad Husein]] selaku Ketua Dewan Bantengmengeluarkan ultimatum yang isinya agar [[Kabinet Djuanda]] menyerahkan mandatnya kepada Presiden dengan waktu 5 x 24 jam dan Presiden diminta kembali kepada kedudukan konstitusionalnya. Ultimatum tersebut bukan tuntutan pembentukan negara baru maupun pemberontakan, tetapi lebih merupakan protes mengenai bagaimana konstitusi dijalankan.<ref>Lukman Hakiem, (2008), ''M. Natsir di panggung sejarah republik'', Penerbit Republika, ISBN 978-979-1102-43-8.</ref>
 
=== Kabinet PRRI ===
Ultimatum ini tidak digubris oleh pemerintah pusat, bahkan Ahmad Husein dan kawan-kawannya dipecat dari [[Angkatan Darat]]. Pada tanggal 15 Februari 1958, bertepatan dengan batas akhir ultimatum, Letkol Ahmad Husein mengumumkan berdirinya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia di Padang.<ref>{{Cite book|last=Petrik Matanasi|first=|date=2011|url=https://books.google.co.id/books?id=8NH6WsEB9lkC&pg=PA72&dq=%22PRRI%22+%2215+Februari+1958%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjvmcK3vr_rAhVVbn0KHSdYDpwQ6AEwAHoECAMQAg#v=onepage&q=%22PRRI%22%20%2215%20Februari%201958%22&f=false|title=Prajurit-Prajurit di Kiri Jalan|location=|publisher=Trompet Books|isbn=978-602-99131-3-2|pages=72|language=id|url-status=live}}</ref> Pemerintah tersebut membuat Kabinet dengan [[Syafruddin Prawiranegara]] sebagai Perdana Menterinya.<ref>{{Cite book|last=Marwati Djoened Poesponegoro|first=|last2=|first2=|date=1993|url=https://books.google.co.id/books?id=TCRGAQAAIAAJ&q=%22PRRI%22+%2215+Februari+1958%22&dq=%22PRRI%22+%2215+Februari+1958%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwitmbu_v7_rAhXTdCsKHedbBrQ4ChDoATAGegQICRAC|title=Sejarah Nasional Indonesia|location=|publisher=Balai Pustaka|isbn=|volume=1|pages=175|language=id|url-status=live}}</ref>
PRRI membuat kabinet dengan [[Syafruddin Prawiranegara]] sebagai Perdana Menterinya.<ref>{{Cite book|last=Marwati Djoened Poesponegoro|first=|last2=|first2=|date=1993|url=https://books.google.co.id/books?id=TCRGAQAAIAAJ&q=%22PRRI%22+%2215+Februari+1958%22&dq=%22PRRI%22+%2215+Februari+1958%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwitmbu_v7_rAhXTdCsKHedbBrQ4ChDoATAGegQICRAC|title=Sejarah Nasional Indonesia|location=|publisher=Balai Pustaka|isbn=|volume=1|pages=175|language=id|url-status=live}}</ref> Selanjutnya, susunan kabinet adalah sebagai berikut:
 
* Mr. [[Sjafruddin Prawiranegara]] sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Keuangan,
Deklarasi PRRI mendapat sambutan dari wilayah [[Sulawesi Utara]] dan [[Sulawesi Tengah]]. Pada 17 Februari 1958, kawasan tersebut menyatakan mendukung PRRI (gerakannya dikenal sebagai [[Permesta]]). Namun, PRRI dianggap sebagai gerakan separatis oleh pemerintah pusat.
* Mr. [[Assaat|Assaat Dt. Mudo]] sebagai Menteri Dalam Negeri, [[Dahlan Djambek]] sempat memegangnya sebelum Mr. [[Assaat]] sampai di Padang,
* Kol. [[Maludin Simbolon]] sebagai Menteri Luar Negeri,
* Prof. Dr. [[Soemitro Djojohadikoesoemo]] sebagai Menteri Perhubungan dan Pelayaran,
* [[Muhammad Sjafei]] sebagai Menteri PPK dan Kesehatan,
* [[Saladin Sarumpaet]] sebagai Menteri Pertanian dan Perburuhan,
* [[Muchtar Lintang]] sebagai Menteri Agama,
* [[Saleh Lahade]] sebagai Menteri Penerangan,
*[[Abdul Gani Usman]]<ref>https://books.google.co.id/books?id=TYrhDwAAQBAJ&pg=PA47&lpg=PA47&dq=abdul+gani+usman+prri&source=bl&ots=_Ahdf11EFM&sig=ACfU3U1BYndYQtYbBNPAou1ajInJe69KJQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjjmOuj8qTqAhUg4nMBHSpNBmMQ6AEwAnoECAEQAQ#v=onepage&q=abdul%20gani%20usman%20prri&f=false</ref><ref>https://books.google.co.id/books?id=v0y4-dp9uEEC&pg=PA328&lpg=PA328&dq=abdul+gani+usman+prri&source=bl&ots=J7upKW__F8&sig=ACfU3U0-ovryZCtMcrL4gjktpl9MOdVB9Q&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjjmOuj8qTqAhUg4nMBHSpNBmMQ6AEwAHoECAUQAQ#v=onepage&q=abdul%20gani%20usman%20prri&f=false</ref> sebagai Menteri Sosial,
* Kol. [[Dahlan Djambek]] sebagai Menteri Pos dan Telekomunikasi setelah Mr. [[Assaat]] sampai di Padang.
 
== Operasi Militer ==
[[Berkas:Map of Indonesian Navy activities against PRRI and Permesta, Jalesveva Jayamahe, fold-out after page 49.jpg|jmpl|300x300px|Peta operasi yang dilancarkan oleh Tentara Nasional Indonesia terhadap PRRI dan Permesta pada 1958]]
Pemerintah pusat menganggap gerakan tersebut harus segera ditumpas dengan kekuatan senjata. Lantas [[Pemerintah]] melakukan [[operasi]] gabungan yang terdiri dari [[Angkatan Darat]], [[Angkatan Laut]], dan [[Angkatan Udara]]. Operasi pun dilancarkan sebagai berikut:
 
1.# Operasi Tegas dengan sasaran Riau
2.# [[Operasi 17 Agustus]] di bawah pimpinan [[Kolonel]] Inf. [[Ahmad Yani]]
 
3.# Operasi Sapta Marga
2. [[Operasi 17 Agustus]] di bawah pimpinan [[Kolonel]] Inf. [[Ahmad Yani]]
4.# Operasi Sadar di bawah pimpinan Letkol Inf. [[Ibnu Sutowo]]
 
5.# Operasi Merdeka di bawah pimpinan Letkol Inf. [[Rukmito Hendraningrat]]
3. Operasi Sapta Marga
 
4. Operasi Sadar di bawah pimpinan Letkol Inf. [[Ibnu Sutowo]]
 
5. Operasi Merdeka di bawah pimpinan Letkol Inf. [[Rukmito Hendraningrat]]
 
Aksi tentara pusat berjalan tanpa kontrol. Tentara APRI melakukan tindak kekerasan. Ribuan orang yang dicurigai sebagai simpatisan PRRI ditangkap secara sewenang-wenang. Dari pertengahan April 1958 sampai 1960, semua sekolah SMP dan SMA tutup. Universitas Andalas yang baru berjalan dua tahun terpaksa ditutup karena hampir semua dosen dan mahasiswanya ikut PRRI.
Baris 47 ⟶ 52:
Menjelang akhir tahun 1960, seluruh wilayah Sumatra Barat berhasil dikuasai tentara APRI. Elemen sipil dan militer yang pernah terlibat PRRI dan telah kembali ke "pangkuan ibu pertiwi" diberikan amnesti oleh pemerintah. Amnesti itu dituangkan melalui Keputusan Presiden No. 322 Tahun 1961 tanggal 22 Juni 1961. Meski seruan pemerintah direspon pimpinan PRRI, pada kenyataannya janji amnesti hanya sebatas retorika. Selama beberapa tahun, pimpinan sipil dan militer PRRI dikarantina. Masyarakat, terutama mahasiswa dan pelajar, mengalami tekanan hidup yang berat.
 
Selain operasi militer, pemerintah pusat melalui Jenderal Abdul Haris Nasution juga melakukan pendekatan secara diplomatis yakni membujuk tentara PRRI untuk menyerah dan kembali setia pada NKRI. Peristiwa ini disebut Operasi Pemanggilan Kembali.<ref>{{Cite book|last=Kahin|first=Audrey R.|date=2005|url=https://books.google.co.id/books?id=v0y4-dp9uEEC&pg=PA353&dq=Operasi+Pemanggilan+Kembali&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwionLGWy6_tAhU66XMBHUE1CMUQ6AEwA3oECAAQAg#v=onepage&q=Operasi%20Pemanggilan%20Kembali&f=false|title=Dari pemberontakan ke integrasi Sumatra Barat dan politik Indonesia, 1926-1998|publisher=Yayasan Obor Indonesia|isbn=978-979-461-519-5|language=id}}</ref> Pada 29 Mei 1961, Ahmad Husein secara resmi menyerah bersama sekitar 24.500 pengikutnya.<ref>{{Cite book|last=[[Mestika Zed]]|first=|date=1995|url=https://books.google.co.id/books?id=qNZwAAAAMAAJ&q=%22Ahmad+Husein%22+%2229+Mei+1961%22&dq=%22Ahmad+Husein%22+%2229+Mei+1961%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiv7L7mxb_rAhXMAnIKHVzPDwEQ6AEwBHoECAQQAg|title=Sumatera Barat di panggung sejarah, 1945-1995|location=|publisher=Bidang Penerbitan Khusus, Panitia Peringatan 50 Tahun RI, Sumatera Barat|isbn=|pages=147|language=id|url-status=live}}</ref>
 
== Respons lokal ==
Pada [[29 Mei]] [[1961]], [[Ahmad Husein]] secara resmi menyerah bersama sekitar 24.500 pengikutnya.<ref>{{Cite book|last=[[Mestika Zed]]|first=|date=1995|url=https://books.google.co.id/books?id=qNZwAAAAMAAJ&q=%22Ahmad+Husein%22+%2229+Mei+1961%22&dq=%22Ahmad+Husein%22+%2229+Mei+1961%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiv7L7mxb_rAhXMAnIKHVzPDwEQ6AEwBHoECAQQAg|title=Sumatera Barat di panggung sejarah, 1945-1995|location=|publisher=Bidang Penerbitan Khusus, Panitia Peringatan 50 Tahun RI, Sumatera Barat|isbn=|pages=147|language=id|url-status=live}}</ref>
Hampir semua partai politik yang ada di Sumatra Barat, kecuali PKI dan PN, mendukung gagasan desentralisasi dan otonomi daerah yang diperjuangkan PRRI. Namun ketika pemerintah pusat merespon PRRI dengan tindakan represif dan perjuangan daerah mulai kalah, Partai Adat Rakyat dan Perti mulai membelot dan akhirnya bergabung dengan partai yang berbasis nasional. Bila dibandingkan dengan partai-partai nasional itu lainnya, reaksi mereka terhadap pejuang daerah pada hari-hari pertama pemberontakan PRRI lebih kasar dari reaksi PKI. PRRI juga membuat tamatnya riwayat Partai Masyumi dan PSI, sebab kedua partai yang dituduh terlibat dalam pemberontakan itu dibubarkan oleh presiden.
 
== Kabinet PRRI ==
Kabinet PRRI terdiri dari:
* Mr. [[Sjafruddin Prawiranegara]] sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Keuangan,
* Mr. [[Assaat|Assaat Dt. Mudo]] sebagai Menteri Dalam Negeri, [[Dahlan Djambek]] sempat memegangnya sebelum Mr. [[Assaat]] sampai di Padang,
* Kol. [[Maludin Simbolon]] sebagai Menteri Luar Negeri,
* Prof. Dr. [[Soemitro Djojohadikoesoemo]] sebagai Menteri Perhubungan dan Pelayaran,
* [[Muhammad Sjafei]] sebagai Menteri PPK dan Kesehatan,
* [[Saladin Sarumpaet]] sebagai Menteri Pertanian dan Perburuhan,
* [[Muchtar Lintang]] sebagai Menteri Agama,
* [[Saleh Lahade]] sebagai Menteri Penerangan,
*[[Abdul Gani Usman]]<ref>https://books.google.co.id/books?id=TYrhDwAAQBAJ&pg=PA47&lpg=PA47&dq=abdul+gani+usman+prri&source=bl&ots=_Ahdf11EFM&sig=ACfU3U1BYndYQtYbBNPAou1ajInJe69KJQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjjmOuj8qTqAhUg4nMBHSpNBmMQ6AEwAnoECAEQAQ#v=onepage&q=abdul%20gani%20usman%20prri&f=false</ref><ref>https://books.google.co.id/books?id=v0y4-dp9uEEC&pg=PA328&lpg=PA328&dq=abdul+gani+usman+prri&source=bl&ots=J7upKW__F8&sig=ACfU3U0-ovryZCtMcrL4gjktpl9MOdVB9Q&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjjmOuj8qTqAhUg4nMBHSpNBmMQ6AEwAHoECAUQAQ#v=onepage&q=abdul%20gani%20usman%20prri&f=false</ref> sebagai Menteri Sosial,
* Kol. [[Dahlan Djambek]] sebagai Menteri Pos dan Telekomunikasi setelah Mr. [[Assaat]] sampai di Padang
 
== Pasca-PRRI ==