Tarumanagara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan Dedy Tisna Amijaya (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Rendra Mansur2021
Tag: Pengembalian
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 5 sources and tagging 2 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 38:
 
==== Prasasti Kebon Kopi (Prasasti Tapak Gajah) ====
Lokasi prasasti ini di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Prasasti ini ditemukan pada awal abad XIX oleh N.W. Hoepermans, tertulis pada bongkahan andesit rata dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. Dinamakan prasasti Tapak Gajah karena diapit oleh sepasang gambar kaki telapak gajah. Pahatan pada prasasti ini tidak terlalu dalam sehingga seiring dengan bertambahnya waktu tulisan pada prasasti sulit untuk terbaca.<ref name=":2">{{Cite web|url=https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2016031000013/prasasti-kebon-kopi-i-prasasti-tapak-gajah|title=Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya|website=cagarbudaya.kemdikbud.go.id|access-date=2020-08-01|archive-date=2020-08-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20200803095930/https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2016031000013/prasasti-kebon-kopi-i-prasasti-tapak-gajah|dead-url=yes}}</ref>
 
Alih aksara:<blockquote>''"-- -- jayavisalasya tarume(ndra)sya ha(st)ina? -- -- (°aira) vatabhasya vibhatidam=padadvaya? ||"'' yang artinya ''“Di sini tampak sepasang tapak kaki ... yang seperti (tapak kaki) Airawata, gajah penguasa Taruma (yang) agung dalam ... dan (?) kejayaan”''.<ref name=":2" /><ref>{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbanten/prasasti-kebon-kopi-prasasti-tapak-gajah/|title=Prasasti Kebon Kopi (Prasasti Tapak Gajah)|last=bpcbbanten|date=2019-12-23|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten|language=en-US|access-date=2020-08-08}}</ref></blockquote>
Baris 48:
 
==== Prasasti Cidanghiang (Prasasti Munjul) ====
Lokasi prasasti ini di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kapubaten Pandeglang. Lokasinya masih insitu, ditemukan di tepi sungai Cidanghiang. Pada prasasti ini tertulis dalam bahasa Sanskerta, dengan aksara Pallawa dan metrum anustubh, tampak keausan dan permukaan yang ditutupi lumut pada permukaan prasasti ini namun tulisan masih dapat dibaca.<ref name=":3">{{Cite web|url=https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2016060900022/prasasti-cidanghiang|title=Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya|website=cagarbudaya.kemdikbud.go.id|access-date=2020-08-01|archive-date=2020-08-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20200803090447/https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2016060900022/prasasti-cidanghiang|dead-url=yes}}</ref> Isi dari prasasti ini merupakan pujian dan pengagungan terhadap raja Purnawarman. Prasasti ini pertama kali ditemukan pada tahun 1947 oleh Toebagus Roesjan dan diteliti pada tahun 1947.<ref>{{Cite web|url=https://www.kabar-banten.com/prasasti-cidanghiyang-munjul-pujian-bagi-raja-purnawarman/|title=Prasasti Cidanghiyang Munjul, Pujian bagi Raja Purnawarman|last=Banten|first=Kabar|date=2017-11-24|language=id-ID|access-date=2020-08-01}}</ref>
 
Alih aksara dari prasasti yaitu:<blockquote>(1) "''vikranto ‘yam vanipateh | prabhuh satyapara[k]ramah"'' yang berarti "''Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan dan keberanian yang sesungguhnya dari Raja Dunia"''
Baris 55:
 
==== Prasasti Ciaruteun ====
Lokasi Prasasti Ciaruteun di Desa Ciaruteun, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor<ref>{{Cite web|url=https://bogor-kita.com/misteri-prasasti-ciaruteun-di-kabupaten-bogor-tak-kunjung-terpecahkan/|title=Misteri Prasasti Ciaruteun di Kabupaten Bogor, Tak Kunjung Terpecahkan {{!}} Bogor-Kita.com|language=id-ID|access-date=2020-08-02}}</ref> ditemukan di aliran Sungai Ciaruteun, Bogor pada tahun 1863, prasasti ini terbagi menjadi dua bagian yaitu Prasasti Ciaruteun A yang tertulis dengan bahasa Sanskerta dan aksara Pallawa terdiri atas 4 baris puisi India (irama anustubh) , dan Prasasti Ciaruteun B berisikan goresan telapak kaki dan motif laba-laba yang belum diketahui maknanya, Menurut juru kunci Prasasti Ciaruteun, simbol yang terdapat pada prasasti tersebut menandakan Raja Purnawarman yang gagah perkasa dan berkuasa.<ref name=":4">{{Cite web|url=https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2016031000012/prasasti-ciaruteun|title=Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya|website=cagarbudaya.kemdikbud.go.id|access-date=2020-08-02|archive-date=2020-08-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20200803100328/https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2016031000012/prasasti-ciaruteun|dead-url=yes}}</ref><ref name=":6">{{Cite web|url=https://www.liputan6.com/news/read/34594/prasasti-ciaruteun-simbol-kebesaran-raja-punawarman|title=Prasasti Ciaruteun, Simbol Kebesaran Raja Punawarman|last=Liputan6.com|date=2002-05-22|website=liputan6.com|language=id|access-date=2020-08-02}}</ref> Prasasti ini memiliki ukuran 2 meter dengan tinggi 1.5 meter, berbobot 8 ton.<ref name=":5">{{Cite web|url=https://www.holamigo.id/prasasti-ciaruteun-jejak-kerajaan-tarumanagara-di-bogor/|title=Prasasti Ciaruteun, Jejak Kerajaan Tarumanagara di Bogor|date=2020-03-01|website=Holamigo - Portal Travel Indonesia|language=id-ID|access-date=2020-08-02}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
 
Alih aksara dari prasasti ini yaitu:<blockquote>Baris pertama: ''vikkrantasya vanipateh''
Baris 65:
Baris keempat: ''visnor=iva padadvayam ||''<ref name=":12" /></blockquote>Artinya:<blockquote>''“Inilah sepasang (telapak) kaki, yang seperti (telapak kaki) Dewa Wisnu, ialah telapak kaki Yang Mulia Purnnawarman, raja di negara Taruma (Tarumanagara), raja yang gagah berani di dunia”.''<ref name=":12">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbanten/prasasti-ciaruteun/|title=Prasasti Ciaruteun|last=bpcbbanten|date=2019-12-23|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten|language=en-US|access-date=2020-08-02}}</ref></blockquote>Berdasarkan pesan yang terdapat pada Prasasti Ciaruteun kita mengetahui bahwa prasasti ini dibuat pada abad ke-V dan menginformasikan bahwa pada masa lalu terdapat Kerajaan Tarumanagara yang dipimpin oleh Raja Purnawarmanyang memuja Dewa Wisnu yang telah dipengaruhi oleh kebudayaan India, terbukti pada nama raja yang berakhiran -warman<ref name=":7" />, dan tapak kaki yang menandakan kuasa pada zamannya.<ref name=":5" /><ref name=":6" /> Pada tahun 1863, prasasti ini sempat hanyut diterjang banjir sehingga tulisan yang ada menjadi terbalik, kemudian pada 1903 prasasti ini dikembalikan ke tempat semula, dan pada 1981 barulah prasasti ini dilindungi.<ref name=":5" />
==== Prasasti Muara Cianten ====
Lokasi Prasasti Muara Cianten di Kampung Muara, Desa Ciaruteun, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. <ref>{{Cite web|url=http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=147&lang=id|title=Prasasti Muara Cianten-Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat|website=www.disparbud.jabarprov.go.id|access-date=2020-08-02}}</ref> Prasasti ini ditemukan pada tahun 1864 oleh N.W. Hoepermans dan beberapa tokoh lainnya, ukuran Prasasti Muara Cianten sekitar 2,7 x 1.4 x 1.4 meter dengan jenis batu andesit, hingga saat ini isi prasasti ini belum dapat dibawa sebab menggunakan huruf sangkha atau ikal seperti huruf pada Prasasti Pasir Awi dan Ciaruteun B.<ref>{{Cite web|url=https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2016101700056/prasasti-muara-cianten|title=Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya|website=cagarbudaya.kemdikbud.go.id|access-date=2020-08-02|archive-date=2020-08-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20200803091443/https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2016101700056/prasasti-muara-cianten|dead-url=yes}}</ref>
 
==== Prasasti Jambu (Prasasti Pasir Koleangkak) ====
Lokasi Prasasti Jambu di Desa Parakanmuncung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, tempat ditemukannya prasasti ini merupakan Perkebunan Karet Sadeng Djamboe pada masa Kolonial Belanda, Prasasti ini ditemukan pada tahun 1854 oleh Jonathan Rigg, diduga dibuat pada abad ke-V. Tulisan pada prasasti ini dipahat pada batu menyerupai segitiga berukuran sekitar 2-3 meter tiap sisinya, tertulis dalam huruf Pallawa, dengan bahasa Sanskerta dan terdapat pahatan sepasang telapak kaki.<ref>{{Cite web|url=https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2016101700002/prasasti-jambu-prasasti-pasir-koleangkek|title=Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya|website=cagarbudaya.kemdikbud.go.id|access-date=2020-08-02|archive-date=2020-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20200808212218/https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2016101700002/prasasti-jambu-prasasti-pasir-koleangkek|dead-url=yes}}</ref>
 
Alih aksara dari prasasti ini yaitu:<blockquote>''śrīmān=dātā kṛtajño narapatir=asamo yah purā [tā]r[ū]māya[ṃ] / nāmnā śrīpūrṇṇavarmmā pracuraripuṡarābhedadyavikhyātavarmmo /''
Baris 97:
| Kuburan (tua)
|-
| Ciampea<ref>{{Cite web|url=https://www.holamigo.id/prasasti-ciaruteun-jejak-kerajaan-tarumanagara-di-bogor/|title=Prasasti Ciaruteun, Jejak Kerajaan Tarumanagara di Bogor|date=2020-03-01|website=Holamigo - Portal Travel Indonesia|language=id-ID|access-date=2020-08-03}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
| Arca gajah (batu)
| Rusak berat