Bani Israil: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambahkan keterangan mengenai Samaria
Menambahkan keterangan mengenai Samaria
Baris 34:
 
[[Berkas:Kingdoms of Israel and Judah map 830-id.svg|kiri|250px|jmpl|Peta Kerajaan Israel (biru) dan Kerajaan Yehuda (kuning) beserta negara-negara di sekitarnya]]
Setelah Sulaiman mangkat, Kerajaan Israel terbagi menjadi dua: kerajaan di sisi selatan yang disebut [[Kerajaan Yehuda]] dengan Yerusalem sebagai ibu kota dan kerajaan di sisi utara yang disebut [[Kerajaan Israel (Samaria)|Kerajaan Israel]] dengan Samaria sebagai ibukota. Kerajaan di sisi utara ini juga kerap disebut Kerajaan Utara atau Kerajaan Samaria untuk membedakan dengan Kerajaan Israel yang lama. Kerajaan Samaria dipimpin 19 raja dari 9 dinasti berbeda dalam jangka waktu 208 tahun. Kerajaan Yehuda, terhitung dari [[Rehabeam]] bin Sulaiman, dipimpin 19 raja, semuanya merupakan Dinasti Dawud, dan seorang ratu. Penduduk Kerajaan Samaria dan keturunannya disebut bangsa Samaria. Meskipun awalnya hanya digunakan untuk merujuk pada keturunan Yehuda bin Ya'qub, istilah Yahudi kemudian digunakan untuk penduduk Kerajaan Yehuda secara keseluruhan, walaupun yang bersangkutan bukan anggota suku Yehuda.
 
Kerajaan Samaria hancur pada tahun 720 SM setelah ditaklukan [[Kerajaan Asiria Baru|Asyur]]. Sebagian penduduknya dibawa ke Mesopotamia dan sebagiannya melarikan diri ke Kerajaan Yehuda.<ref>{{cite book |last=Broshi |first=Maguen |title=Bread, Wine, Walls and Scrolls |url=https://books.google.com/books?id=etTUEorS1zMC&pg=PA174&dq=the+main+reasons+behind+this+expansion+was+the+immigration+of+Israelites+who+came+to+Judah+from+the+Northern+Kingdom+after+the+fall+of+Samaria+in+721+BCE&hl=es-419&sa=X&ei=DCiQVbrTJsbv-AGv4oiICw&ved=0CBkQ6AEwAQ#v=onepage&q=the%20main%20reasons%20behind%20this%20expansion%20was%20the%20immigration%20of%20Israelites%20who%20came%20to%20Judah%20from%20the%20Northern%20Kingdom%20after%20the%20fall%20of%20Samaria%20in%20721%20BCE&f=false |publisher=Bloomsbury Publishing |year=2001 |page=174 |isbn=1841272019}}</ref> Sebagian dari sepuluh suku Bani Israil penduduk Kerajaan Samaria yang ditawan dan diasingkan Asyur kemudian disebut [[Sepuluh Suku yang Hilang|sepuluh suku yang hilang]].<ref>Yosefus, ''[[Antiquitates Iudaicae]]'', Buku 11 bab 1</ref> Bangsa Samaria adalah keturunan dari sepuluh suku ini. Selain itu, Asyur juga menempatkan bangsa-bangsa lain ke wilayah bekas Kerajaan Samaria untuk menghancurkan identitas bangsa taklukan.{{sfn|Wahono|1986|pp=338-339}}
 
Pada akhir abad ke-7 SM, Kerajaan Yehuda menjadi negara bawahan [[Kekaisaran Babilonia Baru|Babilonia Baru]], kekaisaran yang berpusat di Iraq. Raja Yehuda [[Zedekia]] kemudian bersekutu dengan Mesir dan memberontak pada Babilonia. Pemberontakan gagal dan, pada 597 SM, banyak Bani Israil yang [[Pembuangan ke Babilonia|diasingkan ke Babilonia]]. Kerajaan Yehuda memberontak lagi dan Babilonia di bawah kepemimpinan [[Nebukadnezar II]] [[Pengepungan Yerusalem (587 SM)|mengepung Yerusalem]] pada 589 SM. Banyak Bani Israil yang mengungsi ke negara-negara tetangga. Pada 587 atau 586 SM, Kerajaan Yehuda jatuh dan Bait Suci di Yerusalem juga dihancurkan. Keluarga raja, para imam, dan kalangan atas Bani Israil lain diasingkan ke Babilonia. Kawasan [[Yudea]] (Yehuda) menjadi provinsi Babilonia.
Baris 73:
Dalam teks-teks kitab suci disebutkan bahwa setelah menyeberang laut dan Musa pergi ke Gunung Sinai, Bani Israil menyembah patung sapi emas.<ref>Al-A'raf (7): 148</ref><ref>Thaha (20): 88-91</ref><ref>{{Alkitab|Keluaran 32: 4-6}}</ref> Sumber Alkitab menyebutkan Sulaiman membangun tempat pemujaan untuk dewa-dewa,<ref>{{Alkitab|1 Raja-raja 11: 1-13}}</ref> meski sumber Islam menolak pernyataan tersebut. Pemujaan patung sapi terjadi lagi saat Raja Samaria [[Yerobeam bin Nebat]] membangun patung sapi emas, satu di Betel dan satu di Dan, untuk menyaingi Bait Suci yang ada di Kerajaan Yehuda.<ref>{{Alkitab|1 Raja-raja 12: 25-29}}</ref><ref>Coogan, hlm. 117, 2009</ref> [[Ba'al]], dewa cuaca dan kesuburan negeri Kan'an juga disembah di tengah komunitas Bani Israil. Raja Samaria [[Ahab]] membangun kuil pemujaan untuk Ba'al atas bujukan istrinya, [[Izebel|Permaisuri Izebel]], dan [[Ilyas]] ([[Elia]]) sangat menentang praktik tersebut.<ref>Ash-Shaffat (37): 125</ref><ref>{{Alkitab|1 Raja-raja 18: 17-19}}</ref><ref>New Bible Dictionary. 1982 (second edition). Tyndale Press, Wheaton, IL, US. {{ISBN|0-8423-4667-8}}, hlm. 323</ref><ref name = jency>{{Cite Jewish Encyclopedia |last= G. Hirsch |first= Emil |authorlink= |first2= Eduard |last2= König |first3=Solomon |last3=Schechter |first4=Louis |last4=Ginzberg |first5=M. |last5=Seligsohn |first6=Kaufmann |last6=Kohler |volume=V |url=http://jewishencyclopedia.com/view.jsp?artid=245&letter=E&search=Elijah |title=Elijah |accessdate=2007-04-08}}</ref><ref>"Elijah." ''Encyclopaedia Judaica.'' Jerusalam: Keter Publishing House, 1971. p. 633.</ref><ref>Cogan, Mordechai. ''The Anchor Bible: I Kings.'' New York: Doubleday, 2001. hlm. 425.</ref><ref>In Werblowsky, R.J.Z., and Geoffrey Wigoder, eds. ''Oxford Dictionary of the Jewish Religion.'' Oxford: Oxford University Press, 1997. {{ISBN|0-19-508605-8}}</ref>
 
Saat Bani Israil di pengasingan dan hidup tanpa Bait Suci, rumah-rumah pertemuan Yahudi (''beit knesset'' atau [[sinagoga]]) menjadi tempat pertemuan utama untuk beribadah dan ''[[beth midrash]]'' sebagai tempat pembelajaran Taurat dan tafsirnya. Setelah Bani Israil akhirnya kembali ke Palestina dan Bait Suci kedua dibangun, terdapat perbedaan signifikan terkait keagamaan Bani Israil bila dibanding masa-masa sebelumnya.<ref>Avery Peck, hlm. 58</ref> Monoteisme yang ketat muncul di antara para imam (pendeta) (כֹּהֵן, ''kohen'').<ref>Grabbe (2004), hlm. 243–44.</ref> Ibadah sunat, aturan makanan, dan ketaatan pada hari Sabat menjadi lebih ditekankan sebagai perlambang jati diri Yahudi, dan institusi sinagoga menjadi semakin penting. Sebagian besar literatur Alkitab, termasuk Taurat, ditulis atau secara substansial direvisi selama waktu ini.<ref>Avery Peck, hlm. 59</ref> Untuk menguatkan jati diri mereka, bangsa Yahudi yang telah kembali ke Palestina amat menekankan masalah kemurnian darah, sehingga memandang negatif bangsa Samaria yang dipandang sudah tidak murni lagi karena telah bercampur dengan bangsa asing yang ditempatkan pihak Asyur di bekas wilayah Kerajaan Samaria.{{sfn|Wahono|1986|pp=338-339}}{{sfn|Wahono|1986|pp=111-114}}
 
Meski Akhemeniyah memperbolehkan pembangunan Bait Suci kembali, mereka tidak mengizinkan Bani Israil mendirikan kerajaan. Tanpa keberadaan raja, kedudukan imam menjadi sangat dominan dan kewenangan Bait Suci dalam kehidupan masyarakat semakin kuat. Di waktu inilah muncul aliran [[Saduki]] sebagai wadah para imam yang menjadi kelompok elit dalam masyarakat. Di sisi lain, Bait Suci kedua yang dibangun dengan bantuan asing menimbulkan pertanyaan atas keabsahannya dan sinagoga melanjutkan perannya sebagai pusat ibadah umat Yahudi setelah Bait Suci sendiri. Meski imam memegang kendali ritual di Bait Suci, ahli dan guru Taurat (kelak disebut [[rabi]]) yang mendominasi pengajaran Taurat.