Prasasti: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BodhisattvaBot (bicara | kontrib)
k bot Menambah: it:Stele
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Baris 8:
Isi prasasti lainnya berupa keputusan pengadilan tentang perkara perdata (disebut prasasti ''jayapatra'' atau ''jayasong''), sebagai tanda kemenangan (''jayacikna''), tentang utang-piutang (''suddhapatra''), dan tentang kutukan atau sumpah. Prasasti tentang kutukan atau sumpah hampir semuanya ditulis pada masa kerajaan Sriwijaya.
 
Sampai kini prasasti tertua di Indonesia teridentifikasi berasal dari abad ke-5 Masehi. Periode terbanyak pengeluaran prasasti terjadi pada abad ke-8 hingga ke-14. Pada saat itu aksara yang banyak digunakan adalah Pallawa, Prenagari, Sansekerta, Jawa Kuna, Melayu Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna. Bahasa yang digunakan juga bervariasi dan umumnya adalah bahasa Sansekerta, Jawa Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna.
 
Pada zaman kerajaan [[Islam]], prasasti menggunakan aksara dan bahasa Arab. Sebagian besar prasasti terdapat pada makam, masjid, dan bagian bangunan. Pada masa yang lebih muda aksara Latin banyak digunakan, meliputi bahasa-bahasa [[Inggris]], [[Portugis]], dan [[Belanda]]. Prasasti Latin umumnya terdapat pada bagian bangunan, tugu peringatan, dan makam. Prasasti beraksara dan berbahasa [[Cina]] juga dikenal di [[Indonesia]], umumnya terdapat pada makam.
Baris 16:
Di luar itu, ada ''ripta prasasti'', yakni prasasti yang ditulis di atas lontar atau daun tal. Beberapa prasasti ada yang berbahan tanah liat atau tablet. Isi tablet adalah mantra-mantra agama Buddha.
 
Di antara berbagai sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan berita asing, prasasti dianggap sumber terpenting karena mampu memberikan kronologis suatu peristiwa. Ada banyak hal yang membuat suatu prasasti sangat menguntungkan dunia penelitian masa lampau. Selain mengandung unsur penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama dan alasan mengapa prasasti tersebut dikeluarkan.
 
Dalam pengertian modern di [[Indonesia]], prasasti sering dikaitkan dengan tulisan di [[batu nisan]] atau di gedung, terutama pada saat peletakan batu pertama atau peresmian suatu proyek pembangunan. Dalam berita-berita media massa, misalnya, kita sering mendengar presiden, wakil presiden, menteri, atau kepala daerah meresmikan gedung A, gedung B, dan seterusnya dengan pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti. Dengan demikian istilah prasasti tetap lestari hingga sekarang.