Surat Lampung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
←Mengosongkan halaman
Tag: Mengosongkan Dikembalikan Suntingan visualeditor-wikitext
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual referensi YouTube Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 1:
{{Infobox Writing system
|name=Aksara Lampung
|altname=Had Lampung
|type=[[Abugida]]
|languages=[[Bahasa Lampung|Lampung]], [[Bahasa Melayu|Melayu]]<ref name=":0">{{Cite web|title=Malay manuscripts from south Sumatra - Asian and African studies blog|url=https://blogs.bl.uk/asian-and-african/2015/04/malay-manuscripts-from-south-sumatra.html|website=blogs.bl.uk|access-date=2021-03-15}}</ref>
|fam1={{hipotesis abjad aram-brahmi}}
|fam2=[[Aksara Pallawa]]
|fam3=[[Aksara Kawi]]
|fam4=Aksara Lampung Kuno
| direction = rtl
|sisters={{keluarga kawi}}
|unicode=Belum terdaftar
|iso15924=
|imagesize=230px
|sample=Had lampung.png
}}
 
'''Aksara Lampung''', juga dikenal sebagai '''''tulisan Basaja'''''{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=46}} atau '''''had Lampung''''',{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=44}} adalah salah satu [[aksara]] tradisional Indonesia yang berkembang di selatan pulau [[pulau Sumatra|Sumatra]]. Aksara ini terutama digunakan untuk menulis [[Bahasa Lampung|rumpun bahasa Lampung]], namun dalam perkembangannya juga digunakan untuk menulis bahasa daerah lainnya seperti [[bahasa Melayu]].<ref name=":0" /> Aksara Lampung merupakan turunan dari [[aksara Brahmi]] India melalui perantara [[aksara Kawi]] dan berkerabat dekat dengan [[aksara Rejang]]. Aksara Lampung aktif digunakan dalam sastra maupun tulisan sehari-hari masyarakat Lampung sejak pertengahan abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20 sebelum fungsinya berangsur-angsur tergantikan dengan huruf Latin. Aksara ini masih diajarkan di [[Provinsi Lampung]] sebagai bagian dari muatan lokal,{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=60}}<ref name=":2" /> namun dengan penerapan yang terbatas dalam kehidupan sehari-hari.
 
Aksara Lampung adalah sistem tulisan [[abugida]] yang terdiri dari empat macam unsur, yaitu ''kelabai surat'' (20 aksara dasar), ''benah surat'' (12 diakritik), angka, dan tanda baca. Seperti aksara [[Aksara Brahmi|Brahmi]] lainnya, setiap konsonan merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren /a/ atau /o/ yang dapat diubah dengan pemberian diakritik tertentu. Arah penulisan aksara Lampung adalah kiri ke kanan. Bersama-sama dengan [[aksara Rejang]] dan [[Aksara Rencong|Kerinci]], aksara Lampung membentuk [[Aksara kaganga|rumpun aksara kaganga]] di Sumatra. Rumpun aksara ini memiliki ciri khas, yaitu bentuknya berupa goretan patah-patah dan lebih sederhana ketimbang keturunan aksara Kawi lainnya (seperti [[Aksara Jawa|Jawa]] dan [[Aksara Bali|Bali]]).<ref>{{Cite web|title=Aksara Kaganga Bengkulu – Kantor Bahasa Bengkulu|url=https://kantorbahasabengkulu.kemdikbud.go.id/aksara-kaganga-bengkulu/|language=id-ID|access-date=2021-03-15}}</ref>
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Lampungic isolects.svg|jmpl|ki|200px|Bahasa-bahasa pengguna aksara Lampung di Sumatra bagian selatan: {{color|green|'''Lampung Api'''}}, {{color|red|'''Lampung Nyo'''}}, dan {{color|blue|'''Komering'''}}.]]
 
Para ahli umumnya meyakini bahwa aksara Lampung merupakan salah satu turunan [[aksara Brahmi]] India melalui perantara [[aksara Kawi]], berdasarkan studi perbandingan bentuk aksara-aksara Nusantara yang pertama kali dijabarkan oleh Holle<ref name="holle">{{Cite Journal|title=Tabel van oud-en nieuw-Indische alphabetten|last=Holle|first=K F|journal=Bijdrage tot de palaeographie van Nederlandsch-Indie|year=1882|place=Batavia|publisher=W. Bruining|oclc=220137657|url=http://dbooks.bodleian.ox.ac.uk/books/PDFs/590496015.pdf}}</ref> dan Kern.<ref name="kern">{{Cite Journal|title=Eene bijdgrade tot de paleographie van Nederlansch-Indie|last=Kern|first=H|journal=Bijdrage tot de Taal-Land-en Volkenkunde van Nederlandsch-indie|year=1882|place=S' Gravenhage|publisher=Martinus Nijhoff}}</ref> Namun begitu, sejarah evolusi aksara Lampung tidak dapat dirunut dengan pasti karena aksara Lampung sejauh ini hanya ditemukan pada materi yang umumnya tidak berumur lebih dari 400 tahun. Aksara Lampung lazim ditulis pada media yang rentan rusak di iklim tropis, dan tidak ada prasasti atau peninggalan tua lainnya yang disetujui sebagai purwarupa langsung aksara Lampung.{{sfn|Kozok|1996|pp=233–234}}
 
Kerabat paling dekat dari aksara Lampung adalah aksara-aksara Sumatra Selatan seperti [[aksara Rejang]] dan [[aksara Rencong]]. Baik rumpun surat Batak maupun aksara-aksara Sumatra Selatan berkembang di wilayah pedalaman Sumatra yang relatif lambat menerima pengaruh luar. Karena itulah, ketika Sumatra menerima pengaruh [[Islam]] yang signifikan sejak abad ke-14, kedua wilayah tersebut mempertahankan penggunaan aksara turunan [[aksara Brahmi|Indik]] selagi wilayah pesisir mengadopsi penggunaan [[abjad Arab]] dan [[huruf Jawi|Jawi]]. Diperkirakan aksara Lampung pertama kali berkembang di daerah aliran [[Sungai Komering]] hingga perbatasan [[Sumatera Selatan]] dan [[Lampung]] tempat mayoritas penutur [[bahasa Komering]] bermukim. Hal ini nampak dari kemiripan antara bentuk aksara Lampung dengan aksara Rejang. Dari Komering, aksara Lampung menyebar ke arah selatan dan timur hingga menyentuh pesisir [[Selat Sunda]].{{Verify source|date=Maret 2021}}
 
Salah satu deskripsi dan tabel aksara Lampung paling awal oleh penulis asing dapat ditemukan dalam buku ''History of Sumatra'' oleh William Marsden yang dicetak pada 1784.<ref>{{Cite book|last=Marsden|first=William|year=1784|url=https://www.academia.edu/38062886/History_of_Sumatra_by_William_Marsden_F.R.S.1784.P-000179.pdf|title=History of Sumatra|place=London|page=159-166}}</ref> Namun selain itu, tidak banyak yang diketahui mengenai bahasa, sastra dan aksara Lampung di luar masyarakat Lampung sendiri hingga pertengahan abad ke-19. Pada 25 Agustus 1868, atas dukungan dan izin dari Lembaga Penginjil Belanda, ahli bahasa [[Herman Neubronner van der Tuuk]] tiba di Pelabuhan [[Kota Bandar Lampung|Telukbetung]] untuk mempelajari bahasa dan aksara Lampung dengan tujuan menghasilkan kamus dan materi tata bahasa Lampung. Tiga bulan setelahnya, ia tiba di pesisir Way Seputih dan akhirnya tinggal di [[Bumi Agung, Lampung Timur|Desa Lehan]].<ref>{{Cite journal|last=Hollander|first=A. A. den|date=2003|title=review van: Een vorst onder de taalgeleerden; Herman Neubronner van der Tuuk; Afgevaardigde voor Indië van het Nederlandsch Bijbelgenootschap 1847-1873; Een bronnenpublicatie. [Bespreking van: K. Groeneboer (2002) Een vorst onder de taalgeleerden; Herman Neubronner van der Tuuk; Afgevaardigde voor Indië van het Nederlandsch Bijbelgenootschap 1847-1873; Een bronnenpublicatie.]|url=https://research.vu.nl/en/publications/review-van-een-vorst-onder-de-taalgeleerden-herman-neubronner-van|journal=Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde|language=Dutch|volume=159|pages=629–631|issn=0006-2294}}</ref> Ia rutin menjelajahi pedalaman ranah Lampung dari 1868 hingga kepergiannya dari Lampung pada 1869. Berdasarkan studi dan pengalamannya dengan masyarakat Lampung, Van der Tuuk menghasilkan materi komprehensif mengenai tradisi lisan dan tulis Lampung yang hingga kini masih masih menjadi rujukan dasar dalam berbagai studi Lampung.<ref>{{Cite web|last=Lampung|first=Teras|date=2018-03-06|title=Van der Tuuk Meneliti Bahasa Lampung, Bahasa Batak, Hingga Bahasa Bali|url=https://www.teraslampung.com/van-der-tuuk-meneliti-bahasa-lampung-bahasa-batak-hingga-bahasa-bali/|website=Teraslampung.com|language=id-ID|access-date=2021-03-17}}</ref>
 
==Media==
Aksara Lampung secara tradisional ditulis di sejumlah media, di antaranya yang paling lumrah adalah [[Bambu betung|bambu]], kulit kayu, tanduk binatang, rotan, dan kertas. Naskah dengan media-media tersebut dapat ditemukan dalam ukuran dan tingkat kerajinan yang bervariasi. Tulisan sehari-hari umum digurat pada permukaan bambu, rotan, atau tanduk dengan pisau kecil (''lading lancip''). Tergantung dari warna dasar media, guratan ini kemudian dilumuri untuk meningkatkan keterbacaan. Bila warna dasar media adalah putih, maka guratan akan dilumuri kemiri bakar. Bila warna dasar media adalah coklat/hitam, maka guratan akan dilumuri kapur sirih (''hapul'').{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=69}} Kebanyakan naskah Lampung Kuno yang ditemukan pada abad ke-18 dan 19 menggunakan kulit kayu sebagai media. Salah satunya adalah naskah milik Jo. Trefusis yang diserahkan kepada [[Bodleian Library|Perpustakaan Bodleian di Oxford]] pada [[1630]]. Naskah ini diyakini sebagai naskah beraksara Lampung Kuno tertua yang pernah ditemukan.<ref name=":0" /> Cara pembuatan naskah dengan media ini serupa dengan pembuatan ''[[pustaha]]'' di [[Sumatra Utara]]. Untuk membuatnya, kulit dalam pohon [[gaharu]] (''Aquilaria malaccensis'') dipotong sesuai keinginan. Setelah itu, dijemur beberapa saat dan kemudian diamplas dengan daun yang keras supaya halus. Terakhir. kedua permukaan (depan dan belakang) kulit dalam itu dilumuri dengan air beras. Berbeda dengan naskah bambu, rotan, dan tanduk, naskah kulit kayu ditulis dengan tinta menggunakan pena dari rusuk daun [[enau|aren]] (''Arenga pinnata'') yang disebut ''kemasi''. Tinta ''kemasi'' terbuat dari campuran buah ''deduruk'' (''[[:En:Melastoma malabathricum|Melastoma malabathricum L.]]''), arang, dan getah kayu ''kuyung'' (''[[Damar (pohon)|Shorea eximia]]'').{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=67}}
 
Kertas baru umum digunakan pada abad ke-19. Kebanyakan kertas yang dipakai saat itu merupakan kertas Eropa yang ditoreh menggunakan pena biasa.{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=66}} Walau begitu, bambu, tanduk, rotan, dan kulit kayu terus digunakan sebagai media utama penulisan aksara Lampung hingga abad ke-20 ketika tradisi tulis aksara Lampung mulai menghilang.
 
== Penggunaan ==
{| class="wikitable" style="margin:0 auto;" align="center" colspan="2" cellpadding="3" style="font-size: 80%; width: 100%;"
|-
|align=center colspan=2 style="background:#D3D3D3; font-size: 100%;"| '''Penggunaan Aksara Lampung'''
|-
|align=center; colspan=2|
<gallery mode="packed" heights=200px>
Berkas:Dalung Bandar Dewa.jpeg|jmpl|Dalung Bandar Dewa
File:Surat pantun cara Lampung.png|Buku dwibahasa ''Surat pantun cara Lampung'' yang ditulis dalam aksara Jawi dan Lampung
</gallery>
|}
 
Jauh sebelum [[Perang Dunia kedua]], masyarakat suku Lampung telah fasih membaca dan menulis aksara Lampung. Banyak diantaranya yang bahkan menguasai banyak variasi aksara Lampung. Mereka menggunakan aksara Lampung untuk berbagai hal, mulai dari sarana komunikasi, sarana pergaulan, hingga penulisan surat-surat penting. Oleh karena itu, tingkat melek huruf suku Lampung sangat tinggi di masa itu.{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=55}}
 
Aksara Lampung utamanya digunakan sebagai sarana komunikasi sesama penutur [[rumpun bahasa Lampung]]. Bahkan saat itu, orang Lampung akan merasa sangat malu bila tidak fasih membaca dan menulis aksara Lampung.{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=55}}
 
Selain sebagai sarana komunikasi, aksara Lampung juga digunakan sebagai sarana pergaulan muda-mudi Lampung. Pemuda dan pemudi Lampung tidak bisa bergaul secara bebas karena pertemuan mereka diatur secara adat. Adat yang mengatur pertemuan mereka disebut ''manjau muli.'' Dalam aturan adat ini, ada sebuah acara di mana muda-mudi Lampung bisa bersua ria di tempat orang yang sedang mengadakan upacara adat. Acara ini dinamakan ''miyos damau.'' Acara ini biasa diikuti secara beramai-ramai oleh muda-mudi Lampung. Dalam acara ini, para bujang dan gadis dapat saling bercakap-cakap, sindir menyindir, dan bersurat-suratan. Tidak jarang pula acara ini menjadi arena untuk saling menguji kepandaian bersastra, baik secara lisan maupun secara tertulis. Acara ini menjadi sangat menarik ketika mereka saling adu kepandaian menulis dan membaca aksara Lampung. Bahkan ada beberapa cara menulis aksara Lampung yang harus dikuasai para bujang dan gadis agar tidak menanggung malu dalam acara istimewa tersebut.{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=56}}
 
Dalam dunia [[Sastra Lampung|kesastraan Lampung]], aksara Lampung juga digunakan untuk menulis mantra, ''memang'',{{efn|Doa dalam bahasa Lampung|group=catatan}} hukum adat, dan surat-surat penting seperti surat jual beli dan surat perjanjian.{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=58}}
 
Pada zaman penjajahan Belanda, aksara Lampung terus digunakan untuk menulis surat-surat resmi, seperti Surat Keputusan Pengangkatan Kepala Kampung, surat keterangan kelahiran dan kematian, serta surat-surat resmi lainnya. Hal ini tidak terlepas dari tingginya angka melek huruf suku Lampung.{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=59}}
 
=== Kemunduran ===
Penggunaan aksara Lampung mengalami kemunduran yang signifikan pada [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|zaman pendudukan Jepang]] (1942–1945). Pada saat itu, pemerintah pendudukan mewajibkan penggunaan aksara Latin untuk menulis bahasa daerah. Kebijakan ini diikuti dengan pelarangan penggunaan aksara Lampung di muka umum.{{efn|Meski hingga kini belum ditemukan dokumentasi atau catatan resmi dari larangan tersebut.|group=catatan}}{{efn|Sebagai perbandingan, pemerintahan Jepang yang [[Pendudukan Jepang di Kamboja|menduduki Kamboja]] pada periode waktu yang sama justru menghapus upaya penggunaan huruf Latin yang dimulai [[Kamboja Prancis|pemerintahan kolonial Kamboja Prancis]] dan mengembalikan penggunaan [[aksara Khmer]] sebagai aksara resmi Kamboja.<ref name=Chandler>{{cite book|first=David P|last=Chandler|title=A History of Cambodia|publisher=Silkworm books|year=1993|isbn=9747047098|url=https://books.google.co.id/books/about/A_History_of_Cambodia.html?id=E8BRPgAACAAJ&redir_esc=y}}</ref>}} Akibatnya, penggunaan aksara Lampung terus menyusut. Keadaan ini tidak kunjung membaik bahkan di masa pascakemerdekaan.
 
===Penggunaan kontemporer===
Pascakemerdekaan, tepatnya pada 1970, pembakuan aksara Lampung dimulai.<ref name=":1">{{Cite web|title=FONT AKSARA LAMPUNG UNTUK PERSIAPAN UNICODE ANANG RESTUNINGRAT - PDF Free Download|url=https://docplayer.info/52691492-Font-aksara-lampung-untuk-persiapan-unicode-anang-restuningrat.html|website=docplayer.info|access-date=2021-03-15}}</ref> [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Lampung|DPR-GR Provinsi Lampung]] dalam sidang pleno I memutuskan agar aksara Lampung diajarkan di sekolah-sekolah dasar di [[Provinsi Lampung]]. Dengan adanya keputusan ini, maka pada [[1 Januari]] [[1971]], [[Daftar Gubernur Lampung|Gubernur Lampung]], [[Zainal Abidin Pagaralam]] melalui Surat Keputusan Nomor Des/012/BVI/HK/1971 membentuk Panitia Pengkajian dan Penyusunan Buku Pelajaran Membaca dan Menulis Aksara Lampung yang diketuai oleh H. Moehammad Noeh.<ref name=":1" />
 
Hasil kerja panitia tersebut kemudian dibawa ke Musyawarah Pembakuan Aksara Lampung yang digelar pada 22–23 [[Februari]] [[1985]]. Musyawarah tersebut menghasilkan Surat Keputusan Nomor 001/PAL/1985 tentang Pembakuan Aksara Lampung yang berisi:
 
# Aksara Lampung berlaku seragam dan tunggal untuk seluruh rumpun bahasa Lampung, sesuai dengan ''Buku Pelajaran Membaca dan Menulis Aksara Lampung'' karya H. Moehammad Noeh dkk;
# Mengesahkan [[Aksara Lampung#Tanda Baca|tanda baca baru]];
# Aksara Lampung hasil pembakuan supaya diajarkan di semua sekolah di Provinsi Lampung;
# Pemerintah daerah beserta dinas pendidikan di Provinsi Lampung supaya bekerjasama melestarikan aksara Lampung;
# Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung bersama [[Universitas Lampung]] supaya segera membentuk lembaga pembinaan bahasa, sastra, dan budaya Lampung.<ref name=":1" />
 
Dengan dikeluarkannya surat keputusan tersebut, maka variasi bentuk aksara Lampung tidak lagi ditoleransi.<ref name=":1" /> Kini aksara Lampung bisa dijumpai pada lambang kabupaten/kota/provinsi, plang nama jalan, plat nomor rumah, dekorasi rumah, surat undangan pesta adat, hingga usaha [[ekonomi kreatif]] seperti jam tangan.<ref>{{Citation|title=Unik! Jam Tangan Bermotif Aksara Lampung|url=https://www.youtube.com/watch?v=F1iosJgbstI|accessdate=2021-03-17|language=id-ID}}</ref> Pasanggiri menulis dan membaca aksara Lampung mulai rutin digelar, baik oleh pihak pemerintah daerah maupun swasta.<ref>{{Cite web|last=Lampung|first=Poskota|title=Komunitas Aksara Lampung Gelar Lomba Menulis Cerpen dalam Aksara Lampung|url=https://lampung.poskota.co.id/plugin/article/view/3779/komunitas-aksara-lampung-gelar-lomba-menulis-cerpen-dalam-aksara-lampung|website=Poskota Lampung|language=id|access-date=2021-03-17}}</ref><ref>{{Cite web|title=Disdikbud Lamteng akan Gelar Lomba Sastra Daerah dan Kaligrafi Aksara Lampung|url=https://www.radarlamteng.com/2019/11/19/disdikbud-lamteng-akan-gelar-lomba-sastra-daerah-dan-kaligrafi-aksara-lampung/|website=Radar Lamteng|language=id-ID|access-date=2021-03-17}}</ref><ref>{{Cite web|last=Redaksi|date=2019-07-23|title=700 Pelajar Pesawaran Ikuti Lomba Menulis Aksara Lampung|url=https://www.radarlamsel.com/700-pelajar-pesawaran-ikuti-lomba-menulis-aksara-lampung/|website=Radar Lamsel|language=id-ID|access-date=2021-03-17}}</ref><ref>{{Cite web|last=Lampung|first=Poskota|title=Panitia Lomba Menulis Cerpen Gandeng Ahli Aksara Lampung|url=https://lampung.poskota.co.id/plugin/article/view/3807/panitia-lomba-menulis-cerpen-gandeng-ahli-aksara-lampung|website=Poskota Lampung|language=id|access-date=2021-03-17}}</ref> Semua sekolah di Provinsi Lampung diwajibkan mengajarkan muatan lokal Bahasa dan Aksara Lampung.<ref name=":2">{{Cite web|title=PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR: 39 TAHUN 2014 - PDF Free Download|url=https://adoc.pub/gubernur-lampung-peraturan-gubernur-lampung-nomor-39-tahun-223e0ea4213f7bf260b2bb52a060bf4ee44459.html|website=adoc.pub|language=en|access-date=2021-03-17}}</ref> Kedepannya, aksara Lampung diharapkan bisa digunakan di media elektronik seperti [[ponsel cerdas]] dan [[komputer jinjing]]/[[Komputer meja|meja]].{{efn|Usaha komputerisasi sudah mulai dirintis. Pada tahun 2016, aksara Lampung didaftarkan ke [[Unicode]] oleh Anshuman Pandey.{{Sfn|Pandey|2016}} Sayangnya hingga hari ini, tidak ada kabar kelanjutannya. Untuk saat ini, para desainer [[Fon komputer|fon]] menggunakan [[ASCII]] sebagai dasar pengetikan aksara Lampung.<ref>{{Cite web|title=Aksara di Nusantara|url=https://aksaradinusantara.com/|website=Aksara di Nusantara|language=en|access-date=2021-03-16}}</ref>|group=catatan}}
 
== Bentuk ==
=== Aksara dasar ===
Aksara dasar (''kelabai surat'')<!-- JANGAN UBAH KATA "SURAT"! Kata yang benar dan baku adalah "surat", bukan "sukhat". --> dalam aksara Lampung merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren /a/ atau /o/.{{efn|Vokal inheren /a/ dalam [[bahasa Lampung Api]] dan /o/ dalam [[bahasa Lampung Nyo]].|group=catatan}} Terdapat 20 aksara dasar dalam aksara Lampung, sebagaimana berikut:{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=49}}
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" |'''''Kelabai Surat'''''{{ref label|tabel dalam bahasa Lampung Api|1}}
|-
! ka
! ga
! nga
! pa
! ba
|-
| [[Berkas:lam_ka.png|90px]]
| [[Berkas:lam_ga.png|90px]]
| [[Berkas:lam_nga.png|90px]]
| [[Berkas:lam_pa.png|90px]]
| [[Berkas:lam_ba.png|90px]]
|-
! ma
! ta
! da
! na
! ca
|-
| [[Berkas:lam_ma.png|90px]]
|[[Berkas:lam_ta.png|90px]]
|[[Berkas:lam_da.png|90px]]
|[[Berkas:lam_na.png|90px]]
| [[Berkas:lam_ca.png|90px]]
|-
! ja
! nya
! ya
! ra{{ref label|dibaca /x/ atau /χ/ di beberapa dialek|2}}
! la
|-
| [[Berkas:lam_ja.png|90px]]
| [[Berkas:lam_nya.png|90px]]
| [[Berkas:lam_ya.png|90px]]
| [[Berkas:lam_ra.png|90px]]
| [[Berkas:lam_la.png|90px]]
|-
! wa
! sa
! ha
! a
! gha{{ref label|dibaca /ɣ/ atau /ʁ/ di beberapa dialek|3}}
|-
| [[Berkas:lam_wa.png|90px]]
| [[Berkas:lam_sa.png|90px]]
| [[Berkas:lam_ha.png|90px]]
| [[Berkas:lam_a.png|90px]]
| [[Berkas:lam_gha.png|90px]]
|-
| colspan="5" style="background:#F8F8F8;font-size:small;text-align:left" | '''Catatan'''
 
:1. {{Note|tabel dalam bahasa Lampung Api}} Tabel ini disajikan dalam [[bahasa Lampung Api]]
:2. {{note|dibaca /x/ atau /χ/ di beberapa dialek}} Juga dibaca [[Konsonan desis langit-langit belakang nirsuara|/x/]] atau [[Konsonan desis tekak nirsuara|/χ/]]{{sfn|Anderbeck|2007|pp=14–15}}
:3. {{note|dibaca /ɣ/ atau /ʁ/ di beberapa dialek}} Aksara baru hasil pembakuan. Dibaca [[Konsonan desis langit-langit belakang bersuara|/ɣ/]] atau [[Konsonan desis tekak bersuara|/ʁ/]]{{sfn|Anderbeck|2007|pp=14–15}}
</small>
|}
 
 
=== Diakritik ===
Diakritik (''benah surat'')<!-- JANGAN UBAH KATA "SURAT"! Kata yang benar dan baku adalah "surat", bukan "sukhat". --> adalah tanda yang melekat pada aksara utama untuk mengubah vokal inheren aksara utama yang bersangkutan dan/atau menutup suatu suku kata dengan konsonan. Terdapat 12 diakritik dalam aksara Lampung, sebagaimana berikut:{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=50}}<!-- JANGAN UBAH PENAMAAN ANAK SURAT! Penamaan ini telah mengacu pada dokumen resmi milik Depdikbud. Sertakan sumber valid apabila hendak mengubah! -->
 
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" | '''''Benah Surat'''''
! colspan="6" |Di atas aksara
|-
! -i
! -é{{ref label|/e/ sebagaimana e dalam kata "enak"|1}}
! -e{{ref label|/ə/ sebagaimana e dalam kata "empat"|2}}
!-n
!-ng
!-r
|-
| [[Berkas:lam_i.png|90px]]
| [[Berkas:lam_é.png|90px]]
| [[Berkas:lam_e.png|90px]]
| [[Berkas:lam_-n.png|90px]]
| [[Berkas:lam_-ng.png|90px]]
| [[Berkas:lam_-r.png|90px]]
|-
| style="text-align: center" |ulan
| style="text-align: center" |ulan
| style="text-align: center" |bicek
| style="text-align: center" |datas
| style="text-align: center" |teklubang
| style="text-align: center" |rejengjung
|-
! pi
! pé
! pe
!pan
!pang
!par
|-
|[[Berkas:lam_pi.png|90x90px]]
|[[Berkas:lam_pé.png|90x90px]]
|[[Berkas:lam_pe.png|90x90px]]
|[[Berkas:lam_pan.png|90x90px]]
|[[Berkas:lam_pang.png|90x90px]]
|[[Berkas:lam_par.png|90x90px]]
|-
! colspan="3" |Di bawah aksara
! colspan="3" |Sejajar aksara
|-
!-u{{ref label|/u/|3}}
!-o
!-w
!-y
!-h
!virama
|-
|[[Berkas:lam_u.png|90px]]
|[[Berkas:lam_o.png|90px]]
|[[Berkas:lam_-w.png|90px]]
|[[Berkas:lam_-y.png|90px]]
|[[Berkas:lam_-h.png|90px]]
|[[Berkas:lam_nengen.png|90px]]
|-
| style="text-align: center" |bitan
| style="text-align: center" |bitan
| style="text-align: center" |teklengu
| style="text-align: center" |teklingai
| style="text-align: center" |klengiyah
| style="text-align: center" |nengen
|-
!pu
!po
!pau
!pai
!pah
!p
|-
|[[Berkas:lam_pu.png|90x90px]]
|[[Berkas:lam_po.png|90x90px]]
|[[Berkas:lam_pau.png|90x90px]]
|[[Berkas:lam_pai.png|90x90px]]
|[[Berkas:lam_pah.png|90x90px]]
|[[Berkas:lam_p.png|90x90px]]
|-
| colspan="6" style="background:#F8F8F8;font-size:small;text-align:left" | '''Catatan'''
 
:{{note|/e/|1}} /e/ sebagaimana e dalam kata "enak"
:{{note|/ə/|2}} /ə/ sebagaimana e dalam kata "empat"
:{{note|/u/|3}} Diakritik baru hasil pembakuan. Dibuat dengan memodifikasi ''bitan'' /o/
|}
 
=== Angka ===
Angka-angka berikut adalah angka yang dimuat dalam aksara Lampung hasil pembakuan. Masih belum jelas dari mana angka-angka ini berasal karena dalam naskah-naskah Lampung tidak ditemukan penggunaan simbol khusus untuk angka selain dari [[abjad Arab]].{{Citation needed}}
 
{| class="wikitable" style="width:40%;"
|+ style="text-align: center;" |Angka
|- style="text-align: center"
! 0
! 1
! 2
! 3
! 4
|- style="text-align: center"
| [[Berkas:lam 0.png|90px]]
| [[Berkas:lam 1.png|90px]]
| [[Berkas:lam 2.png|90px]]
| [[Berkas:lam 3.png|90px]]
| [[Berkas:lam 4.png|90px]]
|- style="text-align: center"
! 5
! 6
! 7
! 8
! 9
|- style="text-align: center"
| [[Berkas:lam 5.png|90px]]
| [[Berkas:lam 6.png|90px]]
| [[Berkas:lam 7.png|90px]]
| [[Berkas:lam 8.png|90px]]
| [[Berkas:lam 9.png|90px]]
|}
 
=== Tanda Baca ===
Tanda baca pada bagian ini merupakan salah satu hasil dari Musyawarah Pembakuan Aksara Lampung {{Time ago| Feb 22 1985}}. Terdapat 5 tanda baca yang disahkan dalam musyawarah tersebut, sebagaimana berikut:{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=51}}
 
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" | '''Tanda baca'''
|-
! kuma
! beradu
! seru
!ngulih
!ngemula
|-
| style="text-align: center" | [[Berkas:lam_kuma.png|90px]]
| style="text-align: center" | [[Berkas:lam_beradu.png|90px]]
| style="text-align: center" | [[Berkas:lam_seru.png|90px]]
| style="text-align: center" | [[Berkas:lam_ngulih.png|90px]]
| style="text-align: center" | [[Berkas:lam_ngemula.png|90px]]
|-
| style="text-align: center" |tanda koma
| style="text-align: center" |tanda titik
| style="text-align: center" |tanda seru
| style="text-align: center" |tanda tanya
| style="text-align: center" |tanda pembuka paragraf
|}
 
== Contoh teks ==
Berikut salah satu bait ''[[hahiwang]]'' yang menceritakan tentang peristiwa [[Letusan Krakatau 1883|meletusnya gunung Krakatau 1883]].<ref>{{Cite web|title=Warisan Budaya Takbenda {{!}} Hahiwang|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=4549|website=warisanbudaya.kemdikbud.go.id|access-date=2021-03-27}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Parangu|first=Reza Nawafella Alya|last2=Salim|first2=Tamara Adriani|date=2018-09-17|title=INDIGENOUS KNOWLEDGE PRESERVATION OF ORAL LITERATURE “HAHIWANG” IN WEST LAMPUNG|url=https://grdspublishing.org/index.php/people/article/view/1551|journal=PEOPLE: International Journal of Social Sciences|language=English|volume=4|issue=2|pages=1221–1232|doi=10.20319/pijss.2018.42.12211232|issn=2454-5899}}</ref>
{| class="wikitable"
|+
| bgcolor="#032EA1" |<div style="color:#FFFFFF"><center>'''Aksara Lampung'''</center></div>
|style="text-align: center;"|[[File:Hahiwang1.png|290px]]
|-
| bgcolor="#E00025" |<div style="color:#FFFFFF"><center>'''Latin'''</center></div>
|style="text-align: center;"|''Ngandering bunyi pangking,<br>Minjak tengah dabingi,<br>Dunia kelom keliling,<br>Banjér tengah sekali,<br>Suara gimpa lagi.''
|-
| bgcolor="#E00025" |<div style="color:#FFFFFF"><center>'''IPA'''</center></div>
|style="text-align: center;"|[ŋandəχiŋ buɲi paŋkiŋ]<br>[mind͡ʒaʔ təŋah dabiŋi]<br>[dunia kəlom kəliliŋ]<br>[band͡ʒeχ təŋah səkali]<br>[suara ɡimpa lagi]
|-
| bgcolor="#008000" |<div style="color:#FFFFFF"><center>'''Terjemahan'''</center></div>
|style="text-align: center;"|Terdengar suara yang mencekam,<br> Membangunkan di tengah malam,<br>Malam gelap nan gulita,<br>Banjir datang menghempas,<br>Suara gempa jua.
|}
 
== Galeri ==
{| class="wikitable" style="margin:0 auto;" align="center" colspan="2" cellpadding="3" style="font-size: 80%; width: 100%;"
|-
|align=center colspan=2|
<gallery mode="packed" heights=160px>
File:Enschede-Lampong letters by JA Schmidlin.jpg|Ilustrasi tulisan tangan aksara Lampung Kuno (1893).
Berkas:Gapurabandarlampung1.jpg|Dekorasi aksara Lampung yang berbunyi ''"selamat datang di Kota Bandar Lampung"'' pada Gapura Kota Bandarlampung
Berkas:Pendapa Pringsewu, Lampung.jpg|Dekorasi aksara Lampung yang berbunyi ''"selamat datang di Pering Séwu"'' pada gerbang Pendapa [[Kabupaten Pringsewu]]
Berkas:PLANG JALAN.jpg|Plang jalan dengan aksara Lampung
Berkas:Plang SDN 1 Podomoro, Pringsewu, Lampung.jpg|Papan tanda SDN 1 Podomoro, Pringsewu, Lampung
Berkas:Lampung coa.png|Lambang Provinsi [[Lampung]] dengan kata ''"Lampung"'' ditulis dalam aksara Lampung
Berkas:Logo-baru-bandar-lampung1.jpg |Lambang [[Kota Bandar Lampung]] dengan kalimat ''"Ragom gawi"'' ditulis dalam aksara Lampung
Berkas:Logo Lampung Selatan Baru.jpg|Lambang Kabupaten [[Lampung Selatan]] dengan kalimat ''"Ragom mapakat"'' ditulis dalam aksara Lampung
</gallery>
|}
 
== Lihat pula ==
* [[Bahasa Lampung]]
* [[Sastra Lampung]]
* [[Aksara Nusantara]]
 
== Catatan ==
{{notelist}}
 
== Rujukan ==
{{reflist}}
 
=== Daftar pustaka ===
*{{Cite book|last=van der Tuuk|first=Hermanus Neubronner|date=1868|title=Les manuscrits Lampongs: en possesion de M. le Baron Sloet van de Beele, (ancien gouverneur-general des indes neerlandaises)|location=Leide|publisher=T. Hooiberg et fils, Libraires-editeurs|url-status=live}}
* {{cite journal |last= Anderbeck|first=Karl Ronald |date=2007 |title=An initial reconstruction of Proto-Lampungic: phonology and basic vocabulary |url=https://www.sil.org/resources/archives/25900 |journal=Studies in Philippine Languages and Cultures |volume=16 |pages=41–165 |publisher=SIL International |access-date=23 April 2019 }}
* {{cite book|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/12730/1/Aksara%20dan%20naskah%20kuno%20lampung%20dalam%20pandangan%20masyarakat%20lampung%20kini.pdf|title=Aksara dan Naskah Kuno Lampung Dalam Pandangan Masyarakat Lampung Kini|last=Pudjiastuti|first=Titik|publisher=Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Pusat Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|year=1996|location=Jakarta|language=ID|ref=harv}}
*{{cite book |last=Kozok |first=Uli |chapter=Bark, Bones, and Bamboo: Batak Traditions of Sumatra |url=https://archive.org/details/illuminationswri0000kuma |title=Illuminations: The Writing Traditions of Indonesia|editor=Ann Kumar|editor2=John H. McGlynn|publisher=Lontar Foundation|year=1996|isbn=0834803496|location=Jakarta|language=EN|ref=harv}}
* {{cite journal|url=https://unicode.org/L2/L2016/16073-lampung.pdf|first=Anshuman|last=Pandey|title=Preliminary proposal to encode the Lampung script in Unicode|date=31 Maret 2016|publisher=Unicode|ref=harv}}
 
== Pranala luar ==
{{commons category}}
<!-- === Lainnya === -->
* [https://unicode.org/L2/L2016/16073-lampung.pdf Proposal Unicode untuk aksara Lampung]
* [https://www.omniglot.com/writing/lampung.htm Artikel aksara Lampung] di omniglot.com
* Unduh fon aksara Lampung di situs web [https://aksaradinusantara.com/fonta/aksara/lampung Aksara di Nusantara]
 
{{jenis aksara|state=show|state2=show}}
 
[[Kategori:Rumpun aksara Brahmi]]
[[Kategori:Bahasa Lampung]]
[[Kategori:Aksara Lampung| ]]
[[Kategori:Aksara Nusantara|Lampung]]