Aswatama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Reverted to revision 17730893 by FBN122645 (talk)
Tag: Pembatalan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Baris 75:
 
== Pewayangan Jawa ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Wajangpop voorstellende Aswatama TMnr 3582-kl93.jpg|300px|ka|jmpl|Sosok Aswatama versi pewayangan Jawa.]]
 
Riwayat hidup Aswatama dalam [[pewayangan]] [[Jawa]] memiliki beberapa perbedaan dengan kisah aslinya dari kitab ''[[Mahabharata]]'' yang berasal dari [[India|Tanah Hindu]], yaitu [[India]], dan berbahasa [[Sanskerta]]. Beberapa perbedaan tersebut meliputi nama tokoh, lokasi, dan kejadian. Namun perbedaan tersebut tidak terlalu besar sebab inti ceritanya sama.
 
Dalam pewayangan Jawa, Aswatama juga dikenal sebagai putra [[Drona|BhagawanBegawan DronaDurna]] alias Resi Drona dengan Dewi Kripi, putri Prabu Purungaji dari negara Tempuru. Ia berambut dan bertelapak kaki [[kuda]] karena ketika awal mengandung dirinya, Dewi KrepiKripi sedang beralih rupa menjadi kuda sembrani, dalam upaya menolong Bambang Kumbayana (Resi [[Drona]]) terbang menyeberangi lautan. Aswatama berasal dari padepokan Sokalima. dan sepertiSeperti ayahnya, ia memihak para [[Korawa]] saat perang [[Bharatayuddha]]. Ketika ayahnya menjadi guru Keluarga [[Pandawa]] dan [[Korawa]] di [[HastinapuraAstina]] (Hastinapura), Aswatama ikut serta dalam mengikuti pendidikan ilmu olah keprajuritan. Ia memiliki sifat pemberani, cerdik dan pandai mempergunakan segala macam senjata. Dari ayahnya, Aswatama mendapat pusaka yang sangat sakti berupa [[panah]] bernama Panah Cundamanik.
 
Pada perang [[Bharatayuddha]], DronaDurna gugur karena terkena siasat oleh para [[Pandawa]]. Mereka berbohong bahwa Aswatama telah gugur, tetapi yang dimaksud bukan Aswatama manusia, melainkan seekor [[gajah perang]] yang bernama HestitamaHastitama (''Hestihasti'' berarti "Gajahgajah") namun terdengar seperti Aswatama. Lalu DronaDurna menjadi putus asa setelah ia menanyakan kebenaran kabar tersebut kepada [[Yudistira]] yang dikenal tak pernah berbohong. Aswatama merasa kecewa dengan sikap [[Duryodana]] yang terlalu membela [[Salya]] yang dituduhnya sebagai penyebab gugurnya [[Karna]]. Aswatama memutuskan untuk mundur dari perang [[Bharatayudha]]. Setelah Perang Bharatayuda berakhir dan keluarga [[Pandawa]] pindah dari [[Indraprastha|Amarta]] (Indraprastha) ke [[HastinapuraAstina]], secara bersembunyi Aswatama masuk menyelundupmenyelinap ke dalam istanakeraton HastinapuraAstina. Ia berhasil membunuh [[Drestadyumna]] (pembunuh ayahnya), [[Pancawala]] (puteraputra Puntadewa alias [[Yudistira]]), [[Banowati]] (Jandajanda [[Duryodana]]) dan [[Srikandi]]. Diceritakan bahwa akhirnya ia mati oleh [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]], karena badannya hancur dipukul Gada Rujakpala.
 
== Lihat pula ==