Nur Iman Mlangi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
Kembangraps (bicara | kontrib)
Baris 11:
M. Ihsan ditunjuk sebagai pimpinan pemuda santri oleh kepala pondok pesantren, Kiai A. Muhsin. Pada suatu hari, Adipati Wironegoro yang tak lain adalah [[Untung Suropati]] berkunjung ke pondok dan melihat M. Ihsan. Sang Adipati merasa mengenal sang pemuda dan meyakin bahwa Ihsan bukanlah santri biasa. Aura kebangsawanan memancar dari wajahnya. Atas perkenan Kiai Muhsin, Adipati memanggil Ihsan dan mengajak ke rumahnya. Akhirnya diketahui bahwa Ihsan adalah putra pangeran Puger. Ihsan yang sebenarnya adalah RM Suryoputro diminta pulang ke [[Mataram]]. Namun sebelumnya dinikahkan dengan puteri Adipati Wironegoro, RA. Retno Susilowati. Dari hasil pernikahan mereka lahirlah RM Sandeyo yang dititipkan di pondok bersama ibunya sejak masih dalam kandungan. Sementara RM Suryoputro kembali ke [[Mataram]] yang masih bergejolak dan dinobatkan sebagai Raja Amangkurat IV atau lebih dikenal dengan nama Amangkurat Jawa.
 
Setelah dewasa, RM Sandeyo atas perintah ayahnya, dijemput untuk dibawa ke [[Mataram]]. Saat itu sedang berkecamuk perang saudara antara ketiga adik RM Sandeyo dari ibu yang berbeda. Untuk mendamaikan, RM Sandeyo mengajukan perjanjiyan Giyanti yang menyatakan bahwa{{Butuh rujukan}}:
# Kerajaan Mataram [[Kartasura]] dipecah ke dalam dua wilayah, yaitu Prambanan ke arah Timur dipimpin oleh Susuhunan Pakubuwana II dan memiliki ibu kota di [[Surakarta]] dan area Prambanan ke arah Barat dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwana I), beribu kota di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]].
# Sebuah wilayah kecil di daerah Surakarta dibentuk Puro, disebut Puro Mangkunegoro diserahkan kepada RM. Said/[[Pangeran Sambernyowo]].