Kementerian Agama Republik Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: pengguna baru menambah pranala merah Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 97:
 
== Sejarah ==
Realitas politik menjelang dan masa awal kemerdekaan menunjukkan bahwa pembentukan Kementerian Agama memerlukan perjuangan tersendiri. Dalam rapat besar (sidang) [[BPUPKI|Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)]], tanggal 11 Juli 1945 Mr. [[Muhammad Yamin]] mengusulkan perlu diadakannya kementerian yang istimewa, yaitu yang berhubungan dengan agama yakni Kementerian Islamiyah yang menurutnya memberi jaminan kepada umat Islam (masjid, langgar, surau, wakaf) yang di tanah Indonesia dapat dilihat dan dirasakan artinya dengan kesungguhan hati. Tetapi usulnya tentang ini tidak begitu mendapat sambutan.<ref name="Sejarah">[http://e-dokumen.kemenag.go.id/files/r5yH4vPq1326688439.pdf Sejarah Pembentukan Kementerian Agama]</ref><ref name="Lintasan">[{{Cite web |url=http://sulsel1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=310 |title=sulsel1.kemenag.go.id: Lintasan Sejarah Agama-Agama di Indonesia Oleh Sudirman, S.Ag] |access-date=2015-03-04 |archive-date=2015-04-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150402122030/http://sulsel1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=310 |dead-url=yes }}</ref>
 
Pada waktu [[PPKI|Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)]] melangsungkan sidang hari Minggu, 19 Agustus 1945 untuk membicarakan pembentukan kementerian/departemen, usulan tentang Kementerian Agama tidak disepakati oleh anggota PPKI. Hanya enam dari 27 Anggota PPKI yang setuju didirikannya Kementerian Agama. Beberapa anggota PPKI yang menolak antara lain: [[Johannes Latuharhary]] mengusulkan kepada rapat agar masalah-masalah agama diurus [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|Kementerian Pendidikan]]. [[Abdul Abbas]] seorang wakil [[Islam]] dari [[Lampung]], mendukung usul agar urusan agama ditangani Kementerian Pendidikan. [[Iwa Koesoemasoemantri|Iwa Kusumasumatri]], seorang nasionalis dari [[Jawa Barat]], setuju gagasan perlunya Kementerian Agama tetapi karena pemerintah itu sifatnya nasional, agama seharusnya tidak diurus kementerian khusus. [[Ki Hadjar Dewantara]], tokoh pendidikan [[Taman Siswa]], lebih suka urusan-urusan agama menjadi tugas Kementerian Dalam Negeri. Dengan penolakan beberapa tokoh penting ini, usul pembentukan Kementerian Agama akhirnya ditolak.<ref name="Sejarah"/><ref name="Lintasan"/>
Baris 136:
# [[Inspektorat Jenderal Kementerian Agama Republik Indonesia|Inspektorat Jenderal]];
# [[Badan Penelitian dan Pengembangan, dan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama Republik Indonesia|Badan Penelitian dan Pengembangan, dan Pendidikan dan Pelatihan]]; dan
# [[Badan Penyelanggara Jaminan Produk Halal]]<ref>[http://kepri.kemenag.go.id/file/file/informasipenting/reap1441957590.pdf Peraturan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150928144757/http://kepri.kemenag.go.id/file/file/informasipenting/reap1441957590.pdf |date=2015-09-28 }} Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama</ref>
 
Selain unit kerja tersebut di atas, Menteri Agama dibantu oleh 3 (tiga) staf ahli dan 2 (dua) pusat yaitu: