Permesta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 111:
Pada tanggal 18 Mei 1957, Pope bersama operator radio Harry Rantung berangkat dengan pesawat B-26 menuju ke Ambon dan lapangan udaranya untuk ke sekian kalinya. Setelah membom landasan, karena masih ada satu bom lagi Pope mencoba menemukan armada TNI yang datang untuk menduduki kembali kepulauan Halmahera. Setelah ditemukannya, Pope memfokuskan serangan ke kapal transport prajurit RI Sewaga. Ia tidak melihat kedatangan sebuah P-51 yang dipiloti [[Ignatius Dewanto|Kapten Ignatius Dewanto]]. Tembakan Dewanto pada saat Pope sedang menyiapkan pesawatnya untuk pemboman mengenai sayap kanan pesawat. Sedangkan tembakan dari konvoi kapal mengenai perut pesawat. Pesawat kemudian mulai terbakar dan Pope berteriak kepada Rantung untuk loncat keluar.<ref>[[#conboy|Conboy dan Morrison (1999)]], hlm. 148, 149.</ref> Pada waktu Pope loncat keluar kakinya kena ekor pesawat. Pope dan Rantung turun dengan parasut dan jatuh di pinggir Pulau Hatata yang terletak di sebelah barat Ambon. Pope dalam keadaan mengenaskan, tapi Rantung masih sempat menolong. Mereka berdua ditemukan oleh warga setempat yang disertai beberapa prajurit marinir dari KRI Sewaga yang dipimpin Letkol [[KKO]] Huhnholz.<ref>[[#conboy|Conboy dan Morrison (1999)]], hlm. 152.</ref>
 
Dua hari kemudian, orang-orang CIA di Mapanget mendapat perintah dari Filipina untuk mengundurkan diri dari Manado. Pope baru saja hilang beberapa hari sebelumnya dan mereka tidak tahu kalau dia tewas atau sudah ditangkap.<ref>[[#conboy|Conboy dan Morrison (1999)]], hlm. 155.</ref> Pernyataan resmi tentang Pope oleh pemerintah Indonesia baru keluar pada tanggal 27 Mei 1958.<ref>[[#conboy|Conboy dan Morrison (1999)]], hlm. 158.</ref> Namun sebelum Pope hilang, pemerintah Amerika Serikat sudah ada sentimen untuk merubahmengubah kebijakan terhadap situasi di Indonesia. Kesimpulan mereka bahwa masih ada perwira-perwira tinggi TNI di Jawa yang menentang gerakan komunis seperti [[Ahmad Yani|Letjen Ahmad Yani]] membuat perubahan dukungan ke pemerintah Indonesia masih bisa dipahami.<ref>[[#harvey|Harvey (1977)]], hlm. 109.</ref> Pada sebuah seminar tentang Permesta di [[Universitas Indonesia]] pada tahun 1991 yang dihadiri oleh Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Sumual berkomentar, "Amerika membantu kami demi mengamankan kepentingannya. Kalau kemudian dia berubah, meninggalkan kami dan membantu jenderal di Jakarta, itu juga demi kepentingan negara mereka sendiri."<ref>[[#tempo_08|TEMPO (2008)]].</ref>
 
=== Operasi Nunusaku ===